Dibutuhkan kesadaraan, pengetahuan, prinsip dan pemahaman posisi Indonesia dalam sistem ekonomi yang terbuka, sistem keuangan yang terintegrasi dengan global financial system, market mechanisme system, pengaruh defisit anggaran, pengaruh defisit transaksi berjalan, transaksi modal dan keuangan, keputusan ekonomi dan kebijakan harus berangkat dari kesadaran berada dalam sistem tersebut. Â Sehingga mampu membuat bauran kebijakan ekonomi yang fundamental, konsisten dan sustain.
Orientasi ekonomi Jokowinomics sudah baik, seperti mewujudkan daya saing, membangun infrastrukur, memangkas regulasi yang menghambat. Tetapi, kesalahan Jokowi yang terbesar adalah tidak menyadari posisi ekonomi Indonesia dalam pusaran sistem global yang saya sebutkan  di atas.
Sehingga lalai terhadap perbaikan defisit transaksi berjalan, penambahan utang berdenominasi dollar untuk menambal desisit anggaran, investasi pembangkit llistrik mahal dengan komponen impor yang besar seperti pembelian pembangkit listrik tenaga bayu di sidrap menghabiskan 150 juta dollar lebih hanya untuk 60an megawatt, 5x lebih mahal dari pembangkit konvensional, ini salah satu contoh keputusan yang menghabiskan banyak devisa. Â
Bangsa kita dalam hal ini pemerintah lalai dengan pepatah lama yang mengatakan "jangan besar pasak daripada tiang" pepatah ini sangat relevan dan harus diimplementasikan dalam mengelola ekonomi negara. Jika tidak, bangsa ini akan menjadi patsy of advance country and intenational economic and finance institution  tunggu saja kehancurannya kalau cara lama masih diterus - teruskan.Â
Untuk konsultasi politik, ekonomi, saham, kurs dapat email saya di sini: kielaristokrat@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H