Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pengajaran dan  pendidikan telah menjadi citra tersendiri bagi sejarah pendidikan di Indonesia, membawa pesan moral yang kuat, bermakna, bermaksud mengangkat martabat bangsa lewat Pendidikan, membuka sekat-sekat strata sosial masyarakat, bahwa pendidikan  harus dirasakan semua kalangan masyarakat dan membangkitkan nilai Kebudayaan.Â
Konsep pendidikannya menampilkan kekhasan kultural Indonesia dan  menekankan pentingnya pengolahan potensi-potensi peserta didik secara terintegratif. Pada titik itu pula, konsep pendidikannya sungguh kontekstual untuk kebutuhan generasi Indonesia pada masa itu, dan sampai saat ini masih relevan.
Pendidikan itu merupakan perubahan yang selalu berjalan terus menerus tidak boleh statis sesuai dengan keadaan zaman dan sesuai dengan kondisi siswa yang berbeda-beda.Transformasi pendidikan saat ini masih relevan dengan pemikiran Kihajar Dewantara sebab ada tiga kerangka perubahan menurut Kihajar Dewantara terkait Pendidikan yaitu:
- Kodrat keadaan yang terbagi dua kodrat alam dan kodrat zaman
- Kodrat alam terkait dengan tempat tinggal masyarakat, tempat tinggal didaerah pertanian berbeda dengan tempat tinggal dipegunangan. Kodrat zaman terkait perubahan dari waktu- kewaktu dan tantangan berbeda-beda.
- Prinsip melakukan perubahan yaitu ada azas trikon :
- Kontinuitas harus terus sesuai akar budaya atau nilai esensi budaya dimasyarakat harus dipegang, konvergensi perubahan harus menuju pada satu titik menguatkan nilai-nilai kemanusian dan konsentris walau menuju nilai yang sama tapi harus menghargai keragaman yang ada, artinya pendidkan itu harus memerdekakan
- Apa yang berubah? Disini terdapat Budi Pekerti
- Budi menurut Kihajar Dewantara terdiri dari Cipta, Rasa, dan Karsa dan
- Pekerti yaitu tenaga. Dalam pemikiran Kihajar Dewantara ini harus seimbang, ada Olah Cipta menajamkan pikiran, Olah Rasa menghaluskan rasa dan kemauan serta Olahraga menyehatkan Jasmani.
Selaras dengan konsep manusia sebagai makhluk dinamis, pemikiran manusia hingga saat ini juga berkembang dan menjadi kian kompleks. Artinya, setiap pemikiran manusia yang dipandang cocok untuk masa tertentu di suatu wilayah tertentu, belum tentu dapat diimplementasikan pada masa dan kondisi yang berbeda, baik di wilayah yang sama maupun di wilayah yang berbeda.Â
Hal ini berlaku juga bagi pemikiran Ki Hadjar tentang pendidikan. Konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara boleh jadi sangat bagus dan sesuai dengan kebutuhan pada masanya, tapi untuk konteks pendidikan di Indonesia pada jaman sekarang ia tidak luput dari tantangan-tantangan. Oleh karena itu, ia perlu diinterpretasi untuk menjawab tantangan-tantangan implementasinya dalam konteks zaman yang berbeda.
Namun, persoalan yang di hadapi disekolah saat ini adalah bahwa praktek pendidikan di Indonesia belum dapat dikatakan berhasil dalam mengaktualkan potensi-potensi manusia di Indonesia secara terintegrasi dan bertanggungjawab dalam seluruh kompleksitasnya.
Setelah mempelajari pemikiran Kihajar Dewantara Ringkasnya, terefleksi bahwa selama ini belum menerapkan sepenuhnya pemikiran Kihajar Dewantara. lembaga pendidikan di Indonesia belum menempatkan diri sebagai instansi yang mencoba selalu memahami kepentingan peserta didik sebagai stakeholder (pemangku kepentingan) dan menjadikannya sebagai tujuan dalam prakteknya.Â
Akibatnya, pendidikan di Indonesia sibuk dengan kegiatan yang dominasi kognitif Kondisi ini membuat para pendidik di sekolah sering hanya berperan sebagai pengajar (transfer of knowledge). Mereka belum terkondisikan menjadi pendidik dan fasilitator serta teman bermain bagi siswa. Relasi yang terbangun antara pendidik dan peserta didik pun mirip dalam sebuah instansi non-kependidikan: terpola secara tegas antara atasan dan bawahan. Padahal, relasi yang terjadi idealnya adalah setara dalam arti, guru adalah sahabat dan sekaligus teman bagi siswa untuk saling berbagi dan memperkaya wawasan pengetahuan.
Pemikiran-pemikiran diatas mendorong saya melakukan aksi tindak nyata perubahan disekolah dengan  kerangka sebagai berikut:
   Latar Belakang
1.  Pelaksanaan pembelajaran dikelas secara keseluruhan menggunakan metode ceramah  yang membuat siswa bersikap monoton dan pasif
2. Â Memandang semua siswa sama dan harus mencapai tujuan yang ditetapkan tanpa melihat latar belakang profesi dari orang tua si anak
3. Â Tidak pernah membuat kesepakatan
4. Hasil belajar siswa rendah
  Tujuan
1. Â Pembelajaran menjadi menarik
2. Minat belajar siswa tinggi, antusias mengikuti pelajaran, aktif, mempunyai komitmen mandiri, berefleksi
3. Kurang siswa yang mempunyai masalah dalam belajar
4. Hasil belajar meningkat
  Linimasa
- Guru harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik yaitu dengan menerapkan metode among yang dapat menciptakan suasana merdeka belajar dan siswa bersemangat, aktif dan antusias mengikuti proses pembelajaran
- Membuat kesepakatan, mengelompokkan anak berdasarkan minat, bakat untuk menentukan cara belajar, mulai dari tujuan, hasil yang dinilai, strategi dan sumber bahan ajar yang digunakan
- Kegiatannya guru didepan memberi tauladan, ditengah membangun semangat berkarya, dibelakang mendorong, menopang menuju arah yang benar bagi hidup dan karya anak didiknya
- Metode among guru sebagai teman sekaligus sahabat dalam belajar, mengasuh anak-anak dalam nilai, membangun kesadaran tanpa paksaan
- Pendidikan holistik
   Faktor PendukungÂ
   Dukungan yang dibutuhkan, yaitu pertama dari :
Orangtua karena keluarga adalah faktor utama tumbuh kembangnya anak
Lingkungan sianak karena dengan lingkungan maka anak dapat menjalani kesehariannya dengan baik tanpa adanya kesulitan dalam berinteraksi, Stimulus yang didapat anak melalui lingkungan akan berpengaruh pada perkembangan Bahasa, budaya dan karakter anak.
Sekolah dimana guru-guru harus mengasuh sianak dengan memperhatikan kodrat sianak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H