Relawan mewakili garis hidup yang tak tergantikan pada saat konflik, bencana alam dan wabah penyakit. Tanpa mereka, komunitas yang tak terhitung jumlahnya akan ditinggalkan sendirian dan tanpa bantuan.Â
Sebagian besar responden pertama kemanusiaan adalah sukarelawan lokal, yang sering bertindak sebagai pemain kemanusiaan utama atau bahkan eksklusif dalam situasi krisis.
Namun, di seluruh dunia, ada perubahan besar yang terjadi dalam kesukarelawanan. Sederhananya: lebih sedikit orang yang maju sebagai sukarelawan dan untuk periode waktu yang lebih singkat. Semua negara, termasuk Indonesia, harus memperhatikan hal ini.
Di masa lalu, orang akan memilih organisasi seperti Palang Merah, dan tetap bersama organisasi itu selama bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun.Â
Tetapi pola stabilitas dan loyalitas terhadap organisasi ini telah berubah selama dekade terakhir. Semakin banyak, kaum muda menyelaraskan diri mereka dengan tujuan daripada organisasi.Â
Terlebih lagi, teknologi baru dan media sosial memudahkan mereka untuk memilih peluang, atau menciptakan peluang sendiri. Tren sekarang adalah menuju ledakan sukarela yang lebih pendek melalui e-volunteering, kampanye online, sukarelawan terampil, dan sukarela yang terorganisir mandiri.
Ini berarti bahwa kita melihat penurunan secara keseluruhan dalam jumlah orang yang menjadi sukarelawan dengan organisasi berbasis kesukarelawanan "tradisional", dan peningkatan yang stabil dalam usia rata-rata orang yang terlibat.
Relawan generasi baru ini menginginkan fleksibilitas yang lebih besar dan keragaman peluang keterlibatan yang lebih besar. Organisasi berbasis relawan seperti PMI perlu berbuat lebih banyak untuk memenuhi aspirasi ini, sambil memastikan bahwa semangat kesukarelawanan tidak menipis.Â
Ini adalah tantangan bagi banyak organisasi amal atau sosial yang menyediakan layanan penting bagi masyarakat melalui upaya sukarela tetapi semakin sulit untuk mempertahankan dukungan.Â
Kita harus menemukan cara baru untuk menawarkan kesempatan menjadi sukarelawan. Salah satunya adalah menciptakan kemitraan baru dengan sektor korporasi untuk membekali organisasi berbasis relawan dengan keahlian teknis untuk mengatasi krisis secara nasional.
Pada saat darurat, kita membutuhkan dukungan logistik yang sangat baik untuk menyebarkan kebutuhan mendesak dari masyarakat yang terkena dampak.Â