Orang menilai ia seorang guru. Sebuah gudang ilmu, kata mereka.
"Beri aku segenggam harta. Dalam waktu tak lama, kita akan berpisah."
"Aku menolak perintahmu. Kau bukan Tuhan bagiku dan kau bukan seorang perampok. Kau telah katakan itu. Sekarang, lakukan yang kau suka."
"Aku tidak ingin merebut jiwa orang merdeka."
Sang guru mengerutkan keningnya kemudian, "Inilah si pencuri itu. Dia begitu kerdil untuk mengaku tetapi enggan berjalan jauh karena takut terhadap jebakan yang telah terpasang dalam hatinya. Semenjak kapan kau berbelas kasih?"
Jawab Sanumerta, "Kau tak patut bertanya padaku."
"Dengan jawaban itu, maka kau pantas mengambil hidupku."
"Aku bukan dewa. Bukan pula pencabut nyawa!"
"Kau adalah perampas harta, pencuri kehormatan para perawan, pemetik bunga yang telah bertabur benih lelaki lain. Dan kau nyatakan diri telah berubah. Kondang namamu di masa lalu ternyata bukan kenyataan yang aku hadapi sekarang. Sanumerta telah berputih mata."
Penjaga langit mengguncang semesta dalam satu kibas pedang. Memasung marah dalam ledak cemeti bertangkai palung samudera.
"Aku tidak mempunyai mata."