"Hah! Siapa yang memanggilmu? Aku sedang tertawa menyambut hawa kemenangan." Kuping si kera ini rupanya tajam juga. Padahal tadi ia menutup mata sambil mendekap lututnya erat. Ternyata dia mendengarku suaraku.
"Mas Jack, kau merasa hawa semakin dingin tidak?"
"Ehm, ya. Sedikit."
Aku mengedarkan pandangan, menyapu sekeliling Black Pearl. Air laut sudah mulai tenang. Kabut juga sudah mulai enggan berlama-lama denganku. Apa aku tak cukup tampan berada dalam balutannya? Ah, padahal aku akan terlihat lebih memesona berdiri dengan pedang Cortes berlatar belakang kabut laut Karibia.
"Mas Jack, gunung es di depan kita," bisik Sun Go Kong.
"Artinya kita sudah dekat dengan istana Elsa."
Aku berlari menuju haluan Black Pearl. Mengambil napas dalam, menikmati udara dingin. Perlahan merayapi kulit, lalu mengisi paru, dan menabuh lonceng gairahku. Cortes, sebentar lagi kau akan ada dalam genggamanku. Kekuasaan. Kemenangan.
"Berhenti, Perompak!"
Suara seseorang, lembut tapi begitu tegas. Elsa berdiri di ambang jurang gunung itu. Kokoh sekaligus anggun. Ah, kenapa gadis secantik dia membawa kabur pedang keramat itu? Bukankah sebaiknya dia menjadi kekasihku saja?
"Oh, boleh aku mencium tanganmu, Nona? Sebagai tanda perkenalan, mungkin?" kataku begitu berhadapan dengan pemilik rambut berwarna itu.
Mataku mulai melirik keberadaan Sun Go Kong, dan mencoba memetakan daerah pertahanan Elsa. Aku yakin Si Kera Sakti berada tak jauh dariku.