“What a man can do and what a man can’t do.” Sebutir air matanya menetes ke laut lepas.
Sparrow masih larut dalam kesedihan. Dalam kebrutalan diri, Jack masih merindukan sosok wanita yang pernah dikenalnya saat berlabuh di Pelabuhan Banten. Meysarrow nama perempuan itu, berkerudung putih dengan kebaya lengan panjang berwarna senada. Hati Jack bergetar dibuatnya.
“Kang Jack, kumaha damang? Sok mangga dileeut kopina!” Meysarrow menunduk malu menghadapi tatap mata Jack yang terpesona.
“Haturnuhun, Neng!” Dada Jack bergemuruh. Bergetar tangannya memegang gelas kopi.
“Duh, Gusti. Cinta atanapi naon ieu? Kumargi abdi teh nyepeung gelas karaos hesena timbang nyepeng pedang?” Jantung Jack berdebar kencang.
Lamunannya buyar oleh hentakan kapal yang menabrak ombak.
“I miss you, Meysarrow.” Dikecupnya sapu tangan merah pemberian Meysarrow. Lalu diikatkan kembali di kepalanya.
Black Pearl terus berlari membelah ombak samudera. Sparrow bersulang mengangkat gelas perak tinggi-tinggi bersama para awak kapal.
“Guys, better to not know which moment may be your last, alive to be mystery of it all!” Sang Kapten membakar semangat para awak.
“Cheers, Captain!” Serentak para awak menyambut semangat dari pemimpin mereka.
Malam tiba, Black Pearl memasuki perairan Afrika. Wilayah paling berbahaya sebab terkenal dengan para perompak yang tak kenal ampun. Sparrow mengingat pengkhianatan yang dia lakukan beberapa tahun silam. Ketika dia membebaskan para budak yang harus dia antarkan untuk dijual. Apa yang Jack lakukan membuat Cuttler Beckett murka. Wicked Wench dibakar dan ditenggelamkan sebagai hukuman.