Mohon tunggu...
kibagus hadikusumo
kibagus hadikusumo Mohon Tunggu... -

lelaki yang tak tergoda dengan perniagaan dan jual beli dari mengingat Allah. Amin

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Apakah Politisi Kita Penganut Nadhirisme?

9 Agustus 2012   17:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:01 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MENGGADAIKAN KEYAKINAN ADALAH PENGKHIANATAN

Mendengar jawaban dari bani Nadhir tadi, puaslah hati musyrikin Makkah. Mereka dengan semangat bergabung bersama bani Nadhir. Bergabung pula bani Gathfan, bani Assad dan kabilah-kabilah lainnya untuk menyerang Madinah. Akhirnya terkumpullah 10.000 tentara sekutu.  Jumlah pasukan jazirah Arabia yang terbesar saat itu. Perang ini dikenal dengan Perang Ahzab (Sekutu), berlangsung sekitar bulan Syawal 5 Hijriah. Perang ini diakhiri dengan kegagalan dari pihak pasukan sekutu.

Yang menarik perhatian adalah bersekutunya antara dua pasukan yang berbeda keyakinan: kaum paganis dan Yahudi. Jadi, guna mencapai ambisi dan dendam politiknya, kaum Nadhiris ini menempuhnya dengan segala cara, hingga rela menggadaikan kepercayaan agamanya sendiri. Padahal, menggadaikan keyakinan adalah sebuah pengkhianatan yang amat besar.

Kini, praktek-praktek Nadhirisme seperti ini banyak diikuti para politisi. Bahkan mungkin ini yang paling laku di pasaran. Mengapa? Tidak perlu ribut dengan urusan ideologi, keyakinan agama dsb. Yang penting ambisi tercapai. Sama-sama senang. Selesai urusan.

Saya jadi curiga, mungkin Machiavelli dahulu bergurunya pada bani Nadhir ini hingga ia berujar, "Tujuan menghalalkan segala cara". Apakah politisi kita juga masih satu perguruan? Bisa jadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun