Mohon tunggu...
Kiara Wael
Kiara Wael Mohon Tunggu... Wiraswasta - Love

Respect, Peace and Love :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Inilah Tradisi Ramadan di Mesir

15 Juni 2016   03:58 Diperbarui: 23 Juni 2016   04:44 1153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buka Puasa Bersama, sumber foto : www.chatal3nabi.com

Ramadan di Mesir selalu disambut dengan meriah. Biasanya persiapan untuk menyambut Ramadan dilakukan seminggu sebelumnya. Dibandingkan Ramadan yang jatuh pada musim dingin, Ramadan pada musim panas jauh lebih ramai dan suasana kota menjadi lebih hidup.

Menjelang Magrib adalah waktu yang dinanti-nanti, menunggu azan yang disiarkan dari televisi atau mendengarkan azan dari masjid. Dahulu tradisi menandai waktu berbuka adalah dengan membunyikan meriam, biasa disebut dengan Medfaa Al Iftar مــدفـع الإفــطـــار  yang diletakkan di alun-alun kota. Waktu berbuka di musim panas sekitar pukul 19.00 dan waktu imsak sekitar pukul 3.00 dini hari. Pada umumnya keluarga di Mesir berbuka puasa atau Iftar langsung menyantap menu utama dan diakhiri dengan minum teh hangat.

Sama dengan di Indonesia, salat tarawih hari pertama terlihat penuh di masjid-masjid. Hanya ada sedikit perempuan yang menunaikan salat tarawih di masjid. Kebanyakan perempuan Mesir salat di dalam rumah. Malam hari ketika menjelang sahur, jarang sekali ada orang yang membangunkan sahur. Dahulu Al Mesaharati المـســحـراتى sebutan untuk orang yang membangunkan sahur berjalan keliling kampung dengan membawa drum kecil dan lampu penerang. 

Sesuai dengan perkembangan zaman, pada malam kemarin terlihat anak-anak muda membangunkan sahur dengan mengendarai mobil yang berjalan pelan sambil meneriakkan "Ramadan Kareem". Sampai waktu imsak pun anak-anak kecil masih asyik bermain. Yang menarik, banyak anak muda di Mesir bermain bola di jalanan sampai menjelang Subuh.

Inilah beberapa tradisi menyambut Ramadan. 

Memasang Lampu Fanous

Banyak cerita mengenai asal-usul lampu fanous yang dipasang di balkon rumah ketika Ramadan. Salah satunya cerita ketika zaman Bani Fathimiyah pada tahun 358 H. Saat itu Raja al Nuiz li Dinillah memasuki Kota Kairo pada waktu malam Ramadan dan masyarakat setempat menyambutnya dengan beramai-ramai membawa lampu penerang. 

Penjual Lampu Fanous
Penjual Lampu Fanous
Sampai sekarang ketika memasuki Ramadan, banyak sekali penjual fanous. Bentuk dan ukurannya beraneka ragam, terbuat dari timah dan rangkaian kaca yang berwarna-warni. Penerang dari lampu fanous bisa lilin maupun listrik. Harga lampu fanous mulai 20 Le dan yang terbesar bisa mencapai 500 Le.

Memasang Lampu dan Hiasan di Jalan

Hiasan di Jalan
Hiasan di Jalan
Terangnya jalanan dengan lampu yang berwarna-warni dan hiasan di waktu malam menambah semarak ketika ramadan dan biasanya pemasangan lampu dan hiasan dilakukan pada malam hari.

Mempersiapkan Makanan dan Minuman untuk Berbuka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun