Jika ada pertanyaan mengenai pandemi Covid-19 tentunya setiap individu yang ditanya akan dengan mudah menjawab bahkan menjelaskan tentang pandemi ini.
Siapa sangka keinginan untuk menjalani tahun 2020 dengan kegiatan positif yang bermanfaat dengan bertatap muka antar individu maupun kelompok menjadi berkebalikan dengan ekspetasi, kita dihadapkan dengan realita dimana pandemi meluluhlantakkan setiap kegiatan dan pergerakan di banyak Negara, termasuk Indonesia.
Virus yang bermula dari kota Wuhan, China ini disebabkan dari infeksi kelelawar dan berakhir dengan banyaknya orang yang terinfeksi sehingga menyebar ke negara barat maupun timur.
Efek dari Covid-19 terasa hingga saat ini, baik di segi sosial maupun ekonomi. Dampak yang sangat berpengaruh di Indonesia berasal dari perekonomian yang laju perkembangannya bergerak turun semenjak datangnya pandemi, terutama di bagian ekspor dan impor barang dari dalam ataupun luar negeri serta mencuatnya dampak mengerikan terhadap kegiatan investasi.
Masyarakat memilih berhati-hati dalam pembelian terhadap suatu barang, apalagi untuk sekedar berinvestasi. Proyeksi pasar juga menjadi salah satu alasan mengapa banyak investor yang menjadi ragu untuk berinvestasi di era pandemi ini dikarenakan berubahnya perkiraan capaian pasar dan supply chain yang tidak jelas.
Seiring dengan pertambahan penyebarakan virus di Indonesia, pemerintah menetapkan larangan untuk keluar rumah dan menganjurkan untuk melakukan aktivitas sehari-hari dirumah termasuk dengan sekolah dan bekerja. Penetapan ini disebut dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan dengan tujuan mengurangi angka penambahan korban terinfeksi maupun korban meninggal dunia akibat virus ini.
Dalam setiap permasalahan tentu saja sebuah solusi akan bergerak untuk membantu dibelakangnya. Untuk permasalahan mengenai pandemi Covid-19, Industri Telekomunikasi memegang peran vital atau penting sebagai salah satu tonggak penyokong berjalannya kelancaran setiap aktivitas yang dilakukan dengan skala tele atau jarak jauh. Seperti yang diumumkan oleh Kementerian Komunikasi dan Teknologi Informasi (Kominfo) bahwa yang menjadi pusat peraturan saat ini menyorot peran perusahaan telekomunikasi untuk pengoptimalan jaringan saat dilakukannya social distancing, hal ini berarti bahwa industri telekomunikasi juga berperan dalam kendali perekonomian di Indonesia.
Industri Telekomunikasi dapat dikatakan sebagai peran vital dikarenakan banyaknya aktivitas yang dapat dijadikan contoh saat ini sebagai bentuk pengaplikasian telekomunikasi. Hal pertama yaitu Work From Home (WFH) yang merupakan salah satu bentuk dari skema telekomunikasi berbentuk bekerja dalam jarak jauh. Istilah untuk bekerja jarak jauh untuk pertama kalinya dilihat pada tahun 1950 didalam buku “The Human Use of Human Beings Cybernetics and Society” oleh Norbert Wiener. Pada akhir abad 20-an konsep mengenai bekerja jarak jauh mulai mendapatkan banyak atensi dari banyak pihak disertai dengan munculnya dan berkembangnya teknologi komunikasi, sehingga para pekerja mendapatkan kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaannya dirumah alih-alih dilakukan di kantor. Sebelum dilanda pandemi, penerapan dalam skema bekerja dari rumah bersifat sukarela sesuai dengan kebutuhan dari pekerjaan. Namun, dengan keberadaan pandemi Covid-19 saat ini bekerja dari rumah adalah suatu keharusan sehingga perekonomian di Indonesia akan tetap terjaga. Dalam kasus ini, Bekerja jauh dari kantor membutuhkan perangkat pendukung seperti komputer, laptop, telepon genggam, printer, dan masih banyak yang lainnya. Beberapa media yang disebutkan tadi juga merupakan bentuk dari perkembangan telekomunikasi di dunia. Selanjutnya, ada faktor dukungan teknis. Perusahaan telekomunikasi dikatakan sangat perlu untuk mempertahankan layanan jaringan guna meningkatkan kinerja selama periode yang tidak pasti. Faktor terakhir mengenai telekomunikasi di sektor pekerjaan yaitu ketersediaan data dan pengamanannya. Keamanan data merupakan salah satu persyaratan wajib yang harus ditaati dalam skema bekerja dari rumah. Seperti yang tertera pada Peraturan Menkominfo Nomor 20 Tahun 2016 yang berbunyi “Data Pribadi adalah data perseorangan tertentu yang disimpan, dirawat, dan dijaga kebenaran serta dilindungi kerahasiaannya.”
Selain di bidang pekerjaan, industri telekomunikasi tidak kalah berperan didalam bidang pendidikan. Menurut data yang tertera di website lokadata menyatakan bahwa pada tahun ajaran 2019/2020 terdapat sejumlah 25,2 juta siswa yang berstatus pelajar yang tengah menempuh jalur pendidikan di tingkat SD,SMP,SMA maupun SMK. Sementara pada tahun 2019 tercatat sejumlah 2,9 juta mahasiswa di Perguruan Tinggi Negeri dan 4,4 juta mahasiswa di Perguruan Tinggi Swasta.
Melihat tingginya angka yang tercatat sebagai pelajar dan mahasiswa di tengah pandemi saat ini menandakan bahwa sejumlah tersebut juga yang harus merasakan dampak ketika menempuh pendidikan dikala pandemi terus menyebar. Dampak utama yang dirasakan adalah Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang harus dilakukan dirumah dibandingkan dengan disekolah dan dikampus guna mencegah penularan lewat interaksi sosial. Namun, hal ini merupakan suatu tantangan bagi para pendidik, peserta didik yaitu pelajar dan mahasiswa, pihak institusi serta turut melibatkan para orang tua. Pelaksanaan pendidikan dirumah haruslah mendapatkan cara bagaimana sebuah materi pembelajaran dapat tetap disampaikan dan diterima dengan mudah dan baik oleh para peserta didik. Begitu pula dengan peserta didik yang harus bisa menyesuaikan diri dengan suasana dan kondisi yang baru ditengah pandemi Covid-19. KBM dirumah ini tentunya didukung oleh telekomunikasi yang berupa perangkat atau media komunikasi yang memakai internet untuk menghubungkan seluruh perangkat baik perangkat guru maupun perangkat siswa dan mahasiswa. Pemanfaatan teknologi telekomunikasi didalam KBM sudah sering digunakan sebagai media pembelajaran, laboratorium virtual serta dalam pembelajaran jarak jauh (e-learning). Beragamnya aplikasi e-learning yang ada pada saat ini sangatlah membantu para guru dalam melakukan kegiatan mengajar sehingga para peserta didik meskipun melalui media virtual akan tetap mendapatkan pengetahuan. Contoh dari media yang saat ini sering digunakan sebagai jembatan penyalur antara guru dan peserta didik adalah Zoom, Google Classroom, Google Meet, Discord, dan sebagainya. Fitur - fitur yang tersedia di media telekomunikasi yang disebutkan diatas sudah cukup memadai jika digunakan didalam proses KBM karena sudah mampu untuk membuat kelas sesuai mata pelajarannya, memberikan banyak materi untuk pembelajaran dan video pembelajaran, memberikan tugas untuk melatih kemampuan individu setelah mempelajari materi, serta bisa terjalin interaksi antara sang pengajar dengan para peserta didik.
Namun, proses pembelajaran yang dilakukan dirumah kadangkala tidak berjalan lancar sesuai dengan ekspetasi. Proses pembelajaran yang dilakukan melalui media internet juga kadang dapat terkendala dengan masalah jaringan dan sinyal tergantung dengan dimana para pemakai internet tinggal dan jaringan apa yang mereka gunakan. Hal ini terkadang dapat menyebabkan ketidak stabilan jaringan dan sinyal yang lemah dikarenakan lokasi tempat tinggal pengguna internet yang terhitung jauh dari jangkauan sinyal internet. Sehingga dampak dari hal tersebut adalah kegiatan belajar mengajar secara online tidak dapat terlaksana dengan baik dan menjadi tersendat. Hal ini juga menyatakan bahwa kecepatan internet tentunya berbeda beda diberbagai penjuru daerah. Orang-orang yang bertempat tinggal di kota akan jauh lebih menikmati internet dan sinyal lebih cepat dibandingkan dengan orang-orang yang tinggal di daerah yang berada dipedalam sehingga sulit sinyal.
Melihat kondisi seperti diatas, banyak perusahaan yang menyediakan jasa telekomunikasi bersaing untuk memberikan fasilitas dan hasil terbaik untuk para pengguna serta melakukan pembaharuan fitur dari aplikasi yang dimilikinya agar konsumen dapat tertarik untuk menjadi penggunanya. Perusahaan penyedia jasa telekomunikasi mencakup penyediaan layanan internet dan jaringan diantaranya yaitu Telkomsel, Smartfren, Tri, XL, Indosat, dan masih banyak lagi. Hasil dari perhitungan dan penelitian di bidang telekomunikasi, mengatakan bahwa struktur industri telekomunikasi di Indonesia saat ini dikuasai oleh dua perusahaan berskala besar, yaitu Telkomsel dan Indosat yang yang pengguna layanan jaringan selulernya di Indonesia telah mencapai 81%.
Dilanjutkan dengan pemaparan pentingnya industri telekomunikasi di bidang perbelanjaan online atau e-commerce sebagai peran vital dikala pandemi Covid-19. Saat ini, ketika hendak berbelanja suatu keperluan baik sandang maupun pangan sudah bisa dilakukan melalui aplikasi berbasis internet dan didukung oleh sinyal yang memadai. Tentunya, telekomunikasi memegang andil dibalik aplikasi ini berupa media nya berbentuk handphone dan juga jaringan internet yang memadai. Seiring dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi juga komunikasi yang semakin pekat, untuk memenuhi kebutuhan pangan dan sandang nya orang-orang mencari cara dan alternatif yang mudah dikala pandemi. Layanan jual-beli berbasis elektronik pun menjadi solusi dari masalah ini. E-commerce dapat memenuhi kebutuhan pangan dan sandang masyarakat namun juga menjadikan masyarakat untuk tetap mematuhi aturan social distancing saat PSBB diterapkan. Contoh dari e-commerce guna memenuhi kebutuhan pangan yaitu go-food dan grab food ataupun layanan delivery dari restoran yang menyediakan jasa antar makanan juga Sayurbox, HappyFresh dan TaniHub yang menyediakan jasa pembelian kebutuhan yang biasa kita dapatkan di pasar maupun supermarket. Sementara, untuk memenuhi kebutuhan sandang sangat banyak aplikasi yang menyediakan fitur ini, diantaranya adalah shopee, lazada, tokopedia, bukalapak, dan sebagainya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) e-commerce dikatakan mampu untuk menarik banyak pengguna serta turut berkontribusi dalam perekonomian di Indonesia.
Berdasarkan sejumlah pemaparan yang dijelaskan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa industri telekomunikasi sangat jelas memegang andil penting dibalik peran vital nya untuk kesenjangan kehidupan disaat pandemi Covid-19. Bukti dan fungsi dari telekomunikasi juga dapat dilihat dengan nyata seluruh kontribusinya karena pada awal diterapkan WFH, PJJ, dan PSBB industri telekomunikasi sempat mengalami kenaikan keuntungan sebesar 9,9%. Namun, guna memperbarui dan meningkatkan fitur yang ada, mulai dari periode di bulan Maret sampai Juni pendapatan mengalami penurunan karena meningkatnya biaya ketika operator terus menambah kapasitas pada jaringan. Keberhasilan Industri Telekomunikasi sebagai peran vital di era yang tidak diharapkan ini tentu saja akan menjadi acuan bagi pihak penyedia jasa telekomunikasi untuk terus meningkatkan layanan dan fitur untuk menjadikan Industri Telekomunikasi lebih berkembang lagi kedepannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H