Mohon tunggu...
Kiara Adya
Kiara Adya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Perokok dan Bisnis

22 September 2018   15:24 Diperbarui: 24 September 2018   16:32 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perokok Dan Kegagalan Dalam Berbisnis

 Emotional Intelegent -- Why It Can Matter More Than IQ
 

Jika seseorang perokok di tanya “mengapa kamu merokok?” mereka akan menjawab “karena saya menyukainya!” atau “karena ini menghilangkan stress!”
“apakah kamu tahu bahaya dari rokok?” Umumnya mereka akan menjawab, “Bukannya tidak tahu, Hanya saja ini sulit untuk dijelaskan!”
“kenapa tidak berhenti?” Maka jawaban yang selalu didapat  “Sulit!” di ikuti dengan “saya sudah mencobanya” atau “kalo tidak merokok abis makan itu...” Pada akhirnya perokok selalu mempunyai alasan untuk membenarkan dirinya.

Baca Juga : Manfaat Kulit Manggis Bagi Kesehatan

lalu Apa masalah yang menjadikan seseorang "Sulit" untuk melepaskan diri dari jerat rokok?

 

hal yang sangat mempengaruhi adalah lemahnya kecerdasaan emosional seseorang itu.

 

Emotional Quotient(EQ) di konsepkan oleh Keith Beasley di tahun 1987, tetapi mulai banyak di ketahui orang umum setelah Daniel Goleman menggantinya dengan Emotional Intelligence (EI) lalu menerbitkan buku "Emotional Intelligence -- why it can matter more than IQ"(1995). Dalam judulnya Daniel telah menampar banyak orang pada masa itu yang telah mengangap IQ adalah Tolak ukur dasar untuk keberhasilan seseorang.

 

Robert T. Kiyosaki juga mengatakan dalam bukunya "Rich Dad, Poor Dad" bahwa seseorang yang memiliki kecerdasaan emosi yang rendah, cendrung akan gagal di kehidupan social.

 Baca Juga : The Way To Be Success, "Rich Dad Poor Dad" Robert T. Kiyosaki

Untuk mengukur kecerdasaan emosianal seseorang, kita dapat melihat seberapa besar kontrol diri seseorang atas dirinya sendiri. Walaupun sedikit ambigu, para ahli juga sulit menerima gagasan ini karena mereka bekerja dengan bukti yang valid dan alat ukur yang jelas. Sedangkan alat ukur EI hanya pertanyaan-pertanyaan ataupun penilaian langsung terhadap kehidupan orang itu. Tetapi sebenarnya konsep EI itu sendiri telah kita pahami sebelum dikonsepkan.

 

Robert mencoba menjelaskan, jika seseorang melakukan hal yang merugikan dirinya sendiri secara sadar. maka hal itu merupakan salah satu contoh dari lemahnya kecedarasaan emosinya.

 

Memang terdengar sepele, tetapi ini adalah hal yang mendasar di diri seseorang yang mencakup seluruh pola tindakannya. Jika seseorang tidak keberatan dengan hal yang merugikan dirinya, bagaimana mungkin ia mendapatkan keuntungan? 

Seseorang yang berhasil dalam berbisnis tentu mengetahui untuk apa dan kemana uang mereka.

 Baca Juga : Uang Anda Nyaman, Belanja Anda Nyaman

Sebagai penutup, saya ucapkan terima kasih telah membaca, dan salam hangat.

 

"Seseorang berkata "Jika kamu tetap ke arah itu, maka kamu akan jatuh ke jurang dan mati!" saya tahu itu dan saya tidak peduli karena saya menyukai arah ini. Lalu saya jatuh ke jurang dan mati. Tamat" .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun