Perokok Dan Kegagalan Dalam Berbisnis
Emotional Intelegent -- Why It Can Matter More Than IQ
Jika seseorang perokok di tanya “mengapa kamu merokok?” mereka akan menjawab “karena saya menyukainya!” atau “karena ini menghilangkan stress!”
“apakah kamu tahu bahaya dari rokok?” Umumnya mereka akan menjawab, “Bukannya tidak tahu, Hanya saja ini sulit untuk dijelaskan!”
“kenapa tidak berhenti?” Maka jawaban yang selalu didapat “Sulit!” di ikuti dengan “saya sudah mencobanya” atau “kalo tidak merokok abis makan itu...” Pada akhirnya perokok selalu mempunyai alasan untuk membenarkan dirinya.
Baca Juga : Manfaat Kulit Manggis Bagi Kesehatan
lalu Apa masalah yang menjadikan seseorang "Sulit" untuk melepaskan diri dari jerat rokok?
hal yang sangat mempengaruhi adalah lemahnya kecerdasaan emosional seseorang itu.
Emotional Quotient(EQ) di konsepkan oleh Keith Beasley di tahun 1987, tetapi mulai banyak di ketahui orang umum setelah Daniel Goleman menggantinya dengan Emotional Intelligence (EI) lalu menerbitkan buku "Emotional Intelligence -- why it can matter more than IQ"(1995). Dalam judulnya Daniel telah menampar banyak orang pada masa itu yang telah mengangap IQ adalah Tolak ukur dasar untuk keberhasilan seseorang.
Robert T. Kiyosaki juga mengatakan dalam bukunya "Rich Dad, Poor Dad" bahwa seseorang yang memiliki kecerdasaan emosi yang rendah, cendrung akan gagal di kehidupan social.