Mohon tunggu...
Kian Siong
Kian Siong Mohon Tunggu... Ilmuwan - Ilmuwan

Ilmuwan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Covid -19: Hubungan Hasil Analisis Kuantitatif Titer Antibodi Laboratorium dan Kualitatif Rapid Test Antibody

26 Juli 2021   18:15 Diperbarui: 27 Juli 2021   13:32 1489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hasil Analisis Kuantitatif Titer Antibodi Laboratorium dan Kualitatif Rapid Test Antibody (IgG and IgM) Setelah Terpapar Covid -19 Atau Vaksinasi 

 

Pada artikel ini kita akan fokus pada pemeriksaan rapid test antibodi IgG dan IgM. Keberadaan IgG mengindikasikan keberadaan antibodi terhadap SARS-CoV-2. Dan tentunya semakin kuat atau tegas garis nya akan semakin tinggi pula antibody yang terbentuk. Hasil IgG positif dapat menandakan seseorang terpapar Covid-19 di masa lampau (jika IgM negative) atau sudah terbentuk kekebalan tubuh setelah vaksinasi, berikut ini adalah point point penting yang didapat dari pengamatan, mohon tidak menjadikan nya sebagai suatu reference.

  • Terlepas jenis vaksin, lakukanlah vaksin, mungkin vaksin tidak membuat kita kebal tapi menurunkan kemungkinan timbul gejala yang mengharuskan kita ke rumah sakit 80% dan 90% penderita penerima vaksin tidak akan masuk ICU (Penelitian berdasarkan vaksin Sinovac di Chili, dengan peserta 10 juta orang)
  • Pentingnya efek samping: lebih banyak penerima vaksin Astrazeneca (AZ) yang melaporkan adanya efek samping mirip flu sehari setelah disuntik, tidak ada nya data penerima vaksin Sinovac bisa dikarenakan penerima tidak merasakan ada nya efek samping setelah penyuntikan
  • Umur penerima vaksin yang masih muda dan sehat cenderung memberikan response kuat setelah vaksin
  • Penerima vaksin AZ baik naïve alias belum pernah terpapar atau penyintas yang melaporkan efek samping setelah vaksinasi, semua nya menunjukkan adanya antibody IgG dari kuat sampai lemah, satu kasus dimana penerima vaksin AZ tidak merasakan adanya efek samping, hasil rapid test tidak terlihat ada nya antibodi IgG
  • Penerima vaksin Sinovac yang telah menyelesaikan dua kali vaksin menunjukkan response kuat IgG pada minggu hingga bulan pertama, tapi setelah satu setengah bulan, antibody nya IgG mulai hilang, hal sama juga terlihat pada dua penerima yang telah tiga bulan menerima vaksin Sinovac, dimana tidak terlihat ada nya IgG.
  • Penyintas yang setelah sembuh dan menerima vaksin AZ (dengan efek samping sehari kemudian), setelah sebulan menunjukkan response IgG yang kuat sampai sedang.
  • Penyintas yang mengalami gejala Covid-19 sedang baik yang menerima vaksin atau tidak menunjukan response IgG yang kuat pada hari pertama dinyatakan sembuh.
  • Penyintas dengan gejala ringan setelah dua dan tiga bulan tidak menunjukkan adanya antibody IgG.
  • Korelasi antibody IgG yang lemah dan kuat dengan hasil test kuantifikasi antibody menunjukan angka dibawah 100 Ul/mL, hal ini disebabkan hasil kuantitatif laboratorium adalah untuk semua antibodi, terutama IgA, IgG dan IgM
  • Rapid test yang murah dan dapat diperoleh secara daring dapat memberikan solusi cepat tanpa harus ke laboratorium. Karena pada saat ini kita juga tidak tahu diangka titer berapa kita akan kebal terhadap paparan virus SARS-CoV-2.
  • Saat ini belum ada rapid test antibody IgA, yang menurut studi tujuh kali lebih kuat dari IgG untuk menetralisir virus Covid-19

Dengan bertambah nya jumlah penduduk yang sudah divaksinasi timbul suatu keingintahuan seseorang yang telah divaksinasi atau seseorang penyintas yang telah pernah terpapar Covid-19 yaitu apakah mereka telah memiliki antobodi. Artikel ini sendiri ditulis sebagai media berbagi informasi dari pengamatan penulis terhadap anggota keluarga. Apa yang penulis tuangkan dalam artikel ini janganlah digunakan untuk membandingkan efikasi vaksin tertentu. Metodologi yang digunakan untuk mengumpul data berdasarkan hasil rapid test antibody IgG dan IgM yang dapat diperoleh secara daring (Clung**e) dan juga hasil analisis laboratorium untuk mengkuantifikasi antibodi (metode ECLIA)  yang telah terbentuk. Dengan jumlah sampel yang terbatas tulisan ini hanya bisa digunakan sebagai informasi untuk diskusi. Penggunaan test kit sesuai dengan prosedur yang diberikan, satu tetes darah dari pipet ditempatkan pada tempat sample kaset, dua tetes buffer, dan pembacaan pada waktu 15 menit.

Tentu nya kita pernah mendengar salah satu anggota DPR RI terpapar Covid-19 padahal sudah divaksin dan menurutnya memiliki titer antibody di angka 250 yang lumayan besar, jadi pertanyaan nya adalah berapa titer antobodi yang diperlukan untuk menghalang virus Covid-19 menginfeksi tubuh, jawaban nya sampai saat ini belum ada, belum ada consensus pada titer berapa neutralizing 100% terjadi. Para peneliti banyak yang sedang melakukan analisis serologi baik terhadapat naïve (alias yang belum pernah terpapar dan menerima vaksin), penyintas yang belum dan telah menerima vaksin untuk menentukan berapa angka antibody yang dibutuhkan tubuh. Sebagai contoh setelah seseorang divaksin hepatitis B, maka jika paska vaksinasi seseorang memiliki titer anti-HBs lebih besar dari 10 mlU/ml, maka orang tersebut memiliki imum terhadap hepatitis B.

Gambar pertama (Fig 1) ini adalah hasil monitor antibodi penulis (belum pernah terpapar) selama 40 hari setelah menerima vaksin astrazeneca (AZ) dan mengalami gejala mirip flu sehari setelah nya, monitor dilakukan menggunakan test kits dan kemudian dihari ke 36, melakukan test kuntitatif dengan metode ECLIA yang banyak digunakan oleh laboratorium di Indonesia. Sebagaimana hasil yang diterbitkan di the British Journal of Medicine (https://www.bmj.com/content/373/bmj.n1274), suntikan pertama AZ setelah 30 hari akan terbentuk antibody pada 92 % samples. Penulis sendiri mulai terlihat adanya antibody IgG pada hari ke 24 walaupun sangat lemah, dan ini berlanjut sampai hari ke 34, garis yang tipis ini setelah dikuantifikasi memberikan titer 68 Ul/mL. Pada hari ke 40 tes menggunakan test kit antibody perusahaan lain, namum hasil nya tetap menunjukkan IgG yang lemah. Presisi test kits lumayan baik baik dilihat dari perusahaan pembuat atau pun keterulangan hasil pada test kit pada satu perusahaan.

fig-1-60fe73d806310e2d2d13cbe2.png
fig-1-60fe73d806310e2d2d13cbe2.png
Gambar kedua (Fig 2) adalah satu keluarga terdiri dari bapak, ibu dan anak perempuan (semua belum pernah terpapar). Rapid test dilakukan secara berkala, hasil yang ditampilkan adalah setelah satu bulan menerima vaksin pertama AZ, ibu dan bapak mengalami gejala mirip flu sehari setelah penyuntikan. Dari hasil test, bisa dilihat ibu dan anak memberikan response IgG yang kuat sedangkan sang bapak terlihat IgG tapi lemah. Hasil kuantifikasi dari laboratorium dengan methode ECLIA menunjukkan bapak (24Ul/mL), Ibu (71 Ul/mL) dan anak (54Ul/mL). DIbandingkan dengan Fig 1, seperti ada yang tidak konsisten, karena pada Fig 1 response nya lemah, namum perlu diingat laboratorium menganalisa total antibody, utama nya IgA, IgG dan IgM. IgA dapat diibaratkan security di pintu rumah rumah yang akan menghalangi virus, ada studi menyatakan IgA lebih potential tujuh kali dari IgG dalam menetralkan virus. IgG ibarat security komplek yang akan datang jika pintu rumah telah dijebol. Saat pintu nya jebol, IgA berperang dibantu oleh penghuni rumah (IgM) sambil menunggu IgG, keadaan ini berhubungan kemungkinan adalah saat Covid -19 terdeteksi positif.

Sayang nya saat ini, kita belum bisa melakukan rapid test IgA, yang persentase nya dalam antibodi sekitar 10 sampai 15 persen sedangkan IgG adalah antibodi terbanyak, yakni 70-80 persen dari total. Namum keberadaan IgA yang ada di sel sel mukosa, ibarat mereka yang menjaga pintu utama rumah kita. 

fig-2-60fe7411b34e1c734f0b21c2.png
fig-2-60fe7411b34e1c734f0b21c2.png
Pada gambar ketiga (Fig 3.) adalah response beragam dari naïve ( N - belum pernah terpapar) dan Penyintas.
  1. N1 (70 thn), setelah menyelesaikan vaksinasi (2X) di April 2021 dengan Sinovac, rapid tes tidak menunjukan antibody setelah 3 bulan (rapid test 22 Juli 2021).
  2. N2 (40 thn) baru menyelesaikan vaksinasi (2X) dengan Sinovac dua minggu sebelum dilakukan rapid test, hasil uji menunjukkan IgG yang kuat.
  3. N3, umur < 40 tahun, test dilakukan setelah dua minggu menerima vaksin pertama Sinovac, hasil tidak menunjukan ada nya IgG.
  4. N4, umur < 40 tahun, penerima 2X vaksin Sinovac sebulan sebelum dilakukan rapid tes, terlihat garis IgG lemah dan yang terakhir adalah
  5. N5 (<40 thn), 2X Sinovac, rapid test satu setengah bulan setelah vaksin terakhir, tidak terlihat garis IgG dan IgM
  6. N6 (<40 thn), 2X Sinovac, rapid test satu bulan setelah vaksin terakhir, garis IgG kuat, tidak ada IgM
  7. N7, penerima vaksin AZ (tanpa side effect) sebulan sebelum test, hasil tidak menunjukkan adanya IgG.
  8. N8, umur 32 thn, penerima satu kali vaksin Sinovac, mengkonsumsi obat hipertensi dan obese, hasil setelah satu bulan menunjukkan adanya IgG yang lemah
  9. N9, Umur 23 thn, penerima satu kali vaksin Sinovac, keadaan sehat,hasil setelah hampir satu bulan menunjukkan adanya IgG yang kuat
  10. N10, Umur 52 thn, penerima dua kali vaksin Sinovac di bulan April 2021, keadaan sehat, hasil test di July 2021 tidak menunjukkan adanya IgG dan IgM 
  11. N11, umur 50 tahun, penerima 2x Sinovac di bulan July 2021, hasil Rapid test setelah dua minggu response kuat IgG and tidak ada IgM
  12. N12, umur 73 tahun, penerima 2x Sinovac di bulan July 2021, hasil Rapid test setelah dua minggu response kuat IgG and tidak ada IgM 
  13. N13, umur 41 tahun, belum pernah divaksin, hasil Rapid test July 25, 2021 tidak ada response antibodi baik IgG maupun IgM
  14. Penyintas (S- survivor), terdapat S1 dan S2 yang pernah terpapar virus SARS-Cov-2 dua dan tiga bulan lalu dengan gejala ringan, dan sampai saat ini belum menerima vaksin, hasil menunjukkan tidak ada nya garis IgG yang terlihat

     

fig-3a-rev-60fe775606310e6fe327c8b2.png
fig-3a-rev-60fe775606310e6fe327c8b2.png
fig-3b-rev-60fe7713b34e1c76f1418f62.png
fig-3b-rev-60fe7713b34e1c76f1418f62.png
fig-3c-rev-60fe7c33152510162c4f3012.png
fig-3c-rev-60fe7c33152510162c4f3012.png
Pada gambar ke empat (Fig 4) menunjukkan hasil rapid test pada tiga orang penyintas yang baru Kembali beraktvitas setelah terpapar dengan gejala sedang, test dilakukan pada hari pertama setelah dinyatakan senbuh, hasil test menunjukkan ketiga penyintas memberikan response IgG yang kuat, dua diantara nya juga menunjukkan masih ada nya sisa IgM yang lemah. Tidak diketahui apakah IgM ini menunjukan masih atau tidak nya virus dalam tubuh penyintas (tidak diketahui juga CT hasil PCR).

fig-4-60fa98e4152510782405a182.png
fig-4-60fa98e4152510782405a182.png
Pada gambar ke lima (Fig 5) adalah lima penyintas yang mendapatkan suntikan pertama vaksin AZ setelah dinyatakan sembuh dari Covid-19. Rapid test dilakukan satu bulan setelah vaksinasi, semua penyintas mengalami side effect pada hari berikut nya setelah vaksinasi. Hasil rapid test menunjukkan response IgG mulai dari sangat kuat sampai sedang, tidak terlihat ada nya IgM

fig-5-60fa994406310e02371693f2.png
fig-5-60fa994406310e02371693f2.png

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun