Mohon tunggu...
Ki Ali
Ki Ali Mohon Tunggu... wiraswasta -

percayalah, jangan terlalu percaya. apalagi kepada saya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

cerita silat dan kisah kependekaran saya (jilid 1)

17 November 2010   13:15 Diperbarui: 4 April 2017   17:55 6086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12900417321577594858

saya mengenal dunia kependekaran sejak masih (seingat saya) kelas 5 SD. seorang kawan yang sudah SMP di Ajibarang seringkali mengajak patungan untuk menyewa komik-komik silat di sebuah taman bacaan dan persewaan buku dan komik di Ajibarang. dan saya ikut bergantian membacanya. saya tak memesan judul komik dan pengarangya, semuanya tergantung selera dan apa yang dapat disewa oleh kawan saya itu. beberapa judul yang masih saya ingat seperti: Naga Branjangan Membalas Dendam, Jaka Lola, Runtuhnya Pualam Putih, kesemuanya adalah karya Jan Mintaraga, yang selain ceritanya sungguh memikat juga gambar komiknya yang menurut saya sungguh yang terbaik diantara komik-komik silat indonesia. beberapa karya komikus lain memang pernah juga kami sewa, semisal Djair, Hans Jaladara dengan Panji Tengkoraknya, tetapi yang terus teringat hingga sekarang adalag karya-karya Jan Mintaraga.

kemudian ketika menempuh pendidikan SMP di Ajibarang saya menyewa sendiri komik-komik silat itu. sempat ditawari novel-novel remaja macam karya Fredy S dan yang lain, tetapi saya lebih suka dan asik menikmati komik silat. hingga kemudian menemukan pilihan baru yaitu buku cerita silat, bukan komik!. cerita silat Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 adalah yang paling terkenal waktu itu. beberapa yang lain adalah Rara Centil Pendekar Rantai Maut, Suro Gendeng Pendekar Kapak Dewa 131, Mahesa Kelud, Mahesa Edan, Suro Bodong, Jaka Sinting, banyak lagi lainnya (Suto Sinting mulai saya baca ketika sudah mengembara di Surabaya tahun 1996-an). saya menjelajah begitu luas dunia persilatan, hingga kemudian saya mengenal jenis baru dari cerita silat: Kho Ping Hoo!

awalnya saya menawari seorang teman untuk membaca Wiro Sableng, tetapi dengan segera dia menolak dan mengatakan bahwa bacaan itu tak ada apa-apanya dibanding Kho Ping Hoo. sebagai seorang yang setiap harinya membacai cerita silat tentu saja saya penasaran, apalagi ketika saya coba lihat ke taman bacaan ternyata yang dimaksud dengan Kho Ping Hoo itu adalah buku cerita silat yang ukurannya kecil (seukuran yang dapat dimasukkan kedalam saku celana!) dan tipis tiap jilidnya dan satu judul cerita dapat terdiri dari banyak jilid. meski terasa tidak terbiasa dengan buku kecil berjilid-jilid macam itu, demi memuaskan napsu membaca saya akhirnya saya menyewa juga, untuk pertama kali, judulnya adalah Asmara Di Balik Dendam Membara, sebuah kisah kependekaran dengan latar belakang sejarah Kerajaan Jawa Kedhiri dan tokoh utamanya adalah Budhidharma. dan ternyata benar apa kata teman saya: Wiro Sableng dan semacamnya tak ada apa-apanya dibanding Kho Ping Hoo! kalah kelas! apalagi setelah kemudian Wiro Sableng mulai ngelantur dengan menembus waktu kembali ke masa silam (bayangkan: jika latar belakang semula Wiro Sableng adalah kerajaan dengan Sultan dan Kota Gede sebagai penunjuk bahwa zamannya adalah zaman setelah islam menyebar di Jawa, mengapa kemudian terdapat cerita Wiro Sableng berpapasan dengan Raden Wijaya dan ikut terlibat dalam kisah pendirian Majapahit?). sejak saat itu saya rajin menimba ilmu kependekaran dari buku-buku karya Asmaraman S. Kho Ping Hoo. memang sempat juga membaca Senopati Pamungkas karya Arswendo Atmowiloto dengan tokoh utamanya Upasara Wulung, namun saya yang masih remaja ketika itu lebih gandrung kepada Kho Ping Hoo.

selanjutnya ketika menempuh pendidikan SMA di Purwokerto saya makin rajin membaca Kho Ping Hoo. meskipun latar belakang yang sering ditampilkan adalah sejarah Cina Kuno dengan nama-nama dan istilah-istilah yang menggunakan bahasa Mandarin (atau bahasa Tionghoa dialek terterntu, saya tidak paham dengan sebenar-benarnya) tidaklah membuat sulit bagi saya untuk mengingat nama dan istilah yang ada. banyaknya taman bacaan persewaan buku dan komik yang lebih banyak dan beragam koleksinya semakin membuat hasrat membaca saya bertambah. puluhan judul Kho Ping Hoo saya baca, baik yang cerita tunggal maupun yang merupakan serial. diantara semuanya yang paling berkesan adalah Pendekar Sakti (dalam terbitan sebelumnya berjudul Pendekar Patah Hati) dengan tokoh utamanya Bu Pun Su Lu Kwan Cu yang istimewa setelah belajar dari kitab yang ditemukannya: Im-Yang-Bu-Tek-Cin-Keng! lanjutan dari kisah itu berturut-turut adalah Ang I Niocu, Pendekar Bodoh, Pendekar Remaja, kemudian dengan melewatkan sekian puluh/ratus tahun, dilanjutkan dengan Raja Pedang, Rajawali Emas, Pendekar Buta, Jakalola.

 

[caption id="attachment_75758" align="alignnone" width="350" caption="sampul Pendekar Sakti"][/caption]

kenikmatan membaca Kho Ping Hoo tidak berkurang dan makin seru ketika membacai serial Pulau Es, serial Pedang Kayu Harum, atau juga yang berlatarbelakang sejarah Jawa semisal serialPecut Sakti Bajrakirana, serial Badai Laut Selatan dan serial Keris Pusaka Megatantra. beberapa karya yang non serial juga memikat semisal Cheng Hoa Kiam, Rajawali Lembah Huai, atau Kidung Senja di Mataram.

bersamaan dengan membacai Kho Ping Hoo saya juga menemukan cerita-cerita silat karya S.D. Liong, Khu Lung, Gan K.L., Lim Hap Hai, Stevanus, Batara, dan beberapa lainnya yang saya tidak ingat (ada satu nama lagi, tapi saya ingin ceritakan nanti di bagian lain). Pendekar Komersil, Biruang Salju, Pedang Pengejar Arwah, Budak Cinta Budak Racun (yang ini saya tidak membacanya benar-benar!), Putri Harum dan Kaisar, Pendekar Kepala Batu, adalah judul-judul yang masih saya ingat.

selain buku cerita silat saya juga membaca komik silat Kung Fu Boy karya Takeshi Maekawa. komik silat gaya Jepang ini sangat menarik dan saya mencoba mengoleksinya. pada waktu itu selain Kung Fu Boy komik silat yang terkenal adalah Tapak Sakti dan Tiger Wong. tapi saya tak menyukainya karena alasan keindahan yang berlebihan dalam imajinasi gerak jurus pertempuran-pertempurannya. hingga saat ini Kung Fu Boy serial terbaru masih saya ikuti. namun demikian tetap saja membaca Kho Ping Hoo lebih asik dan berbeda. ini akan saya kemukakan di tulisan selanjutnya.

kegemaran membaca Kho Ping Hoo terus berlanjut ketika saya mengembara di Surabaya. bahkan tidak keberatan untuk kembali mengulang membaca cerita yang sudah pernah dibaca. Pendekar Sakti misalnya sudah 3 kali saya baca (tidak termasuk membacanya dalam format digital). hingga kemudian bertambah asik ketika menjadi operator (lebih tepatnya tukang jaga) sebuah warnet saya mulai menemukan media berbagi dengan banyak sesama penggemar Kho Ping Hoo: blog-blog dan milis di Yahoo Groups. dari sana saya mendapat banyak informasi tentang file-file digital karya Kho Ping Hoo yang dapat di-download, secara gratis tentu saja. meskipun membutuhkan kesabaran atas lambatnya koneksitas internet, akhirnya saya memiliki banyak file digital karya Kho Ping Hoo (dalam banyak jenisnya: ada yang dalam bentuk .doc, .chm, .txt, .pdf, .lit, .html, .pdb). beberapa image sampul Kho Ping Hoo juga saya men-download-nya.

selain membaca Kho Ping Hoo, saya juga membaca karya-karya SH Mintarja: serial Api Di Bukit Menoreh (lewat cerita bersambung yang termuat di koran (Suara Merdeka ataukah Kedaulatan Rakyat, saya tidak ingat benar) dan Naga Sasra Sabuk Inten yang aduhai dengan Mahesa Jenar sebagai tokohnya.

apakah dengan membaca cerita silat sebanyak itu dan selama itu saya sudah menjadi seorang pendekar yang tak terkalahkan? saya ingin menceritakannya nanti di lanjutan tulisan ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun