Mohon tunggu...
Ki Sontoloyo
Ki Sontoloyo Mohon Tunggu... -

sang penciptaku memberi nama sontoloyo biar ada embel-embel Ki,ya tetap saja sontoloyo,yaaah...namanya juga sontoloyo jangan berharap banyak deh tentang aku memang sontoloyo....tenan....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Persetubuhan

13 Mei 2010   20:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:13 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ki Sontoloyo

Persetubuhan

Dewa-dewa terpekur khidmat melantunkan seloka-seloka mantra,para malaikat bertasbih melafalkan dzikir-dzikir pemuja..,
mengiringi persetubuhan sepasang manusia,persetubuhan yang mulia yang telah melebur dalam cinta.
Belaian-belaian mesra adalah hembusan angin sorgaloka yang menyapu semua prasangka-prasangka manusia
Sentuhan sentuhan raga adalah getaran bintang bintang di jagat raya.
Tatapan mata terpejam..hanya mata batin yang merasakan,dan hanya jiwa yang saling bicara tanpa perlu berkata-kata,
karena kata-kata telah kehilangan makna

Tempat persetubuhan mereka adalah tempat nenek moyang mereka kala mereka belum mengenal makna kata-kata.
Sebuah tempat awal mula menemukan kesadaran diri,merupakan pusat dunia,sebuah cakra,puncak stupa-stupa,mandala,
kubah-kubah rumah ibadah yang merupakan garis penghubung antara sorgaloka,bumi dan neraka,pintu gerbang jagat raya diri manusia.

Gerak irama tubuh meliuk-liuk,berpangutan saling melilit menyapa,adalah gerakan jagad raya berpusar lembut bak lukisan bimasakti,
menebar bagai kabut sutera nebula yang menyimpan kedahsyatan supernova.
Gerakan merapat,merenggang,sapuan sapuan tangan keseluruh permukaan tubuh,seolah-olah sedang melukis seluruh dinamika manusia.
Yang mengusap mendesah,yang diusap melenguh,
yang menatap terpana,yang ditatap merah merona,aksi-reaksi ,sebab-akibat,interaksi-interaksi umat manusia terangkum didalamnya.

Gerakan gerakan semakin menggila...
Dengusan nafas memacu irama..,irama peradapan dunia..,dengan percepatan yang tak terkendali,
seolah-olah kehilangan jiwa,hasrat-hasrat membahana,jantung berdengup kencang, memburu pencapaian nafsu-nafsu duniawi
yang merupakan imitasi-imitasi surgawi

Keringat yang menetes membasahi tubuh mereka,menyatu membasahi bumi seperti peluh umat manusia yang berdaya untuk bertahan dan mengembangkan
eksistensiya,perjuangan,pengorbanan dan pertentangan,kebahagiaan dan kesedihan,menumpahkan kordrat-kodrat di bumi

Tarian cinta terhempas oleh dengusan-dengusan birahi,menebar aroma hasrat-hasrat manusiawi yang memabokan nurani,membunuh naluri-naluri.
Ketika cinta terkaburkan oleh pesona hasrat-hasrat diri,yang ada adalah pumenuhan pemuasan hasrat birahi.
Antara cinta dan hasrat diri menjadi bias untuk diterjemahkan,mengatas namakan cinta,memuja cinta tak lebih dari kebingungan menjabarkan cinta,
dan para pujangga menebar cinta dengan kata kata yang berbunga-bunga,cinta tanpa aroma cinta.
Dengan kata-kata yang mendayu dayu merayu nafsu.
Para alim  mensucikan dengan doa-doa yang dibayar,menistakan dengan kutukan-kutukan yang mengatas namakan kesucian

Dewa-dewa terperanggah semakin lantang melantunkan mantra,para malaikat jatuh dalam sujud memohon dengan air mata...inikah manusia..ratapnya..,penghuni nerakapun tertunduk mendesahkan sesal derita,inilah yang telah kita wariskan pada mereka...

Nafas semakin memburu..mata menatap nanar tertutup selaput air berkabut.
Gerakan berhenti..!,nafaspun terhenti seketika!
Tanpa sadar mereka telah dalam ketelanjangan,ketelanjangan yang menghentakan jiwa,saling tatap menelusuri segenap kepolosan,
menyadarkan mereka tentang keindahan,kesempurnaan ragawi tak lebih dari proyeksi inderawi,proyeksi nilai nilai,nilai kecantikan,nilai kebaikan,nilai kepatutan.
Keindahan dalam ketelanjangan adalah daya pikat dari dua kutup yang berlawanan dan masing masing adalah jurang yang amat dalam
Yang satu daya pikat Ilahi dan yang satu daya pikat manusiawi,akulah surga,engkau adalah bumi.
Ketelanjangan telah menelanjangi jiwa mereka,surga,bumi dan neraka.

Mereka terunduk meresapi semua makna ketelanjangan,tangan yang saling menggegam merasakan getaran-getaran Ilahiah dari cinta
begitu indah begitu mulia tak terukur oleh indera bahkan tak terjangkau oleh mimpi mimpi paling indah sekalipun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun