Mohon tunggu...
Nyi Ismayawati
Nyi Ismayawati Mohon Tunggu... Buruh - Urip sakmadya

Ngupaya upa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Geguritan] Bapak

12 November 2020   10:24 Diperbarui: 12 November 2020   10:32 2350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalan munggah aku digendhong, dalan mudhun aku ya digendhong.

Aku ngembang kacang jalaran kepanasan bapak ya tetep mesem.

Aku kok nglamuti es sing drodosan banyune nelesi rasukane, bapak ya tetep mesem.

Sumelete srengenge sing kaya ngobong donya bapak ya tetep mesem ora ngresula.

Iku sing tansah dak eling-eling nalika aku diajak bapak menyang tegal sawah utawa nonton jaran kepang.

Saiki aku urip mapan bebrayatan, bapak isih kaya biyen, urip tetanen.

Budhal esuk bali wayah bedhuk nalika srengenge wis tengange.

Manggul suket sakranjang kanggo pakan menda.

Tangan kiwa nggoceli kranjang sing ditengguluk, tangan tangan karo nyekel arit, lan tutuke nyokot topi sing ora digawe.

Abot enteng tansah disangga bapak.

Foto sendiri.
Foto sendiri.
Foto sendiri.
Foto sendiri.
Bahasa Indonesia.

Jalan menanjak aku digendong, jalan menurun aku juga digendong.

Aku cemberut karena panas terik mentari bapak tetap tersenyum.

Aku mengisap dan airnya menetes dibajunya, bapak tetap tersenyum.

Sinar mentari yang semakin panas seakan membakar dunia, bapak tetap tersenyum tanpa mengeluh.

Itulah kenangan indah saat aku diajak bapak ke kebun, sawah, atau menonton kuda lumping.

Sekarang kuhidup sejahtera dalam berkeluarga, bapak tetap seperti dulu hidup bertani.

Berangkat pagi pulang tengah hari kala mentari bertahta di atas kepala.

Memanggul sekeranjang rumput untuk pakan kambing.

Tangan kiri memegang keranjang yang dipanggul tangan kanan memegang sabit dan mulut menggigit topi yang tak dikenakan.

Berat ringan selalu dijalani bapak.

Foto sendiri.
Foto sendiri.

Foto sendiri
Foto sendiri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun