Mohon tunggu...
RIKA KURNIAWATI
RIKA KURNIAWATI Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mencoba membiasakan menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Statis

22 Mei 2015   20:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:42 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kalau kedamaian dunia adalah utopia,
lalu kenapa aku repot-repot berusaha
mengurangi kesenangan pribadi,
melihat mereka yang menderita dan mencoba peduli.

Kalau kesetaraan tak selalu diperjuangkan
oleh kebanyakan orang yang hanya bisa mengeluh.
Lalu kenapa aku harus menunggu dan menyemangati diri sendiri
bahwa mereka dan aku akan menyambungkan benang merah.

Kalau tak pernah sedetik pun manusia secara serentak melihat dengan hati nurani,
lalu kenapa aku harus terus berdoa
meminta dan meminta ketentraman jiwa,
memohon dan memohon kedamaian dunia.

Kalau alam semesta itu netral,
lalu kenapa manusia mencoba mengisinya dengan sifat-sifat.
Kata dan persepsi yang dibangun oleh mereka sendiri.
Bukankah seharusnya kita berdiam diri ?
Mendengar alam mengatakan dengan desiran angin,
melihat keindahan langit dengan mata tertutup,
menyentuh jiwa tanpa menempelkan tubuh,
memuji tanpa berkata tetapi hanya menatap.

Haruskah manusia menjadi makhluk hidup yang statis?
Tak punya keinginan untuk tahu,
hanya diam dan bersatu dengan alam semesta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun