Mohon tunggu...
RIKA KURNIAWATI
RIKA KURNIAWATI Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mencoba membiasakan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Edward Snowden's Self-disclosure

17 Juni 2014   04:22 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:26 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“I’ve done the right thing",
Snowden dalam komentarnya
tentang pembocoran rahasia inteligen Amerika Serikat yang ia lakukan.

Belum lama ini Brian Williams, jurnalis senior NBC Amerika Serikat mewawancarai salah satu orang yang paling dicari di dunia khususnya oleh negara Paman Sam. Lelaki bernama lengkap Edward Joseph Snowden menjadi dikenal khalayak karena tindakan berani yang ia lakukan. Kepada 1 orang jurnalis dan 1 orang film maker, ia mengungkapkan rahasia Inteligen Amerika Serikat yang ternyata melakukan penyadapan ke berbagai negara. Dalam dokumen inteligen Amerika Serikat yang dibawa oleh Snowden, terkuak juga informasi bahwa Australia melakukan penyadapan kepada Indonesia. NBC, sebagai salah satu saluran televisi swasta Amerika Serikat boleh berbangga karena mereka terhitung sebagai televisi pertama yang berhasil mewawancarai dan menayangkan percakapan antara Snowden dan Williams yang telah termediasi menjadi tontonan publik. Di salah satu hotel di Rusia, Brian Williams mencoba menarik sisi personal dari Snowden, untuk benar-benar mengetahui motivasi dari tindakan kontroversial yang ia lakukan sehingga dapat membantu penonton memutuskan apakah Edward Snowden seorang traitor (pengkhianat negara) atau patriot (seseorang yang sangat mencintai negaranya). Wawancara yang mendalam membuat komunikasi antara mereka berdua mendekati komunikasi interpersonal dimana Brian Williams mewakili masyarakat Amerika Serikat bahkan warga dunia untuk mencoba mengerti apa tujuan dari pelaku pembocoran rahasia spionase negara adidaya tersebut dan dari sisi lain Edward Snowden menjawab pertanyaan-pertanyaan Williams menyangkut masa lalunya, keluarganya, apa yang ia pikirkan, dan apa yang ia rasakan sebelum dan setelah kejadian yang mengegerkan dunia ini.

Sebelum kita membahas wawancara tersebut lebih jauh, mari kita lihat pokok-pokok yang akan disambungkan dengan wawancara yang dilakukan di suatu hotel di Rusia tersebut .
Joseph A. DeVito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book edisi ke 13 mengungkapkan bahwa self-disclosure adalah proses mengkomunikasikan informasi-informasi tentang diri kita (biasanya informasi yang telah dirahasiakan sebelumnya) kepada orang lain.

“ Self-disclosure means communicating information about yourself (usually information that you normally keep hidden) to another person.” –Joseph A.DeVito-

Informasi yang diungkapkan untuk mendukung self-disclosure bisa berupa

1. nilai, kepercayaaan, dan keinginan kita ;

2. apa yang kita lakukan, telah lakukan, atau tindakan apa yang kita rencanakan;

3. karakteristik dan kualitas diri kita

Self-disclosure yang disadari sekarang ini lebih kepada pesan verbal atau apa yang seseorang katakan. Namun informasi self-disclosure dapat dilihat juga dari simbol-simbol yang kita percayai. Simbol tersebut bisa saja seperti hijab yang digunakan oleh wanita muslim, liontin salib yang digunakan umat kristiani, ataupun pakaian formal yang digunakan oleh pekerja kantoran.

Tujuan setiap individu untuk membuka diri (self-disclosure) bisa bervariasi :

Catharis, atau kebutuhan untuk menghilangkan rasa bersalah/malu atau untuk mengakui bahwa ia telah melakukan hal yang salah.

To help the listener / to show the listener. Self-disclosure dapat dilakukan untuk memberikan dukungan kepada lawan bicara kita, seperti yang dilakukan oleh motivator wanita Indonesia, Merry Riana yang telah membuat buku perjalanan hidupnya.

To encourage relationship growth / to maintain or repair relationship.Semakin dekat dan semakin tinggi tingkat interdependensi kita terhadap orang lain, dapat dipastikan bahwa self-disclosure adalah salah satu yang menjadi tandanya.

Self-disclosure juga bervariasi, menyesuaikan dengan identitas diri, kebudayaan, gender, pendengar, dan topik yang ingin kita utarakan.

Identitas diri (Who you are)
DeVito menjelaskan dengan membedakan individu yang ekstrovert dengan yang introvert ; individu yang self-esteem (penghargaan akan dirinya sendiri) tinggi dengan individu yang self-esteemnya rendah. Self-disclosure akan lebih sering ditemukan pada ektrovert dan individu yang tingkat self-esteemnya tinggi.

Kebudayaan (Your culture)
Penelitian membuktikan bahwa individu-individu yang berasal dari daerah yang sama akan lebih membuka diri satu sama lain daripada mereka berinteraksi dengan individu dari daerah atau individu yang mempunyai budaya yang berbeda.

Gender (Your Gender)
Sudah banyak yang menyadari bahwa wanita secara umum berbicara lebih banyak dari laki-laki. Fakta yang lain membuktikan bahwa wanita secara umum lebih sering melakukan self-disclosure daripada laki-laki.

Pendengar (Your  listeners)
Orang lebih condong mengungkapkan informasi yang telah disimpan sekian lama kepada mereka yang ia percayai, ia sukai, atau lebih lagi, yang ia cintai.

Topik  (Your topic)
Secara umum, self-disclosure tidak akan dilakukan bila itu menyangkut infromasi yang terlalu personal dan mempunyai unsur negatif.

Setiap tindakan mempunyai akibat, akibat yang muncul bica positif dan negatif. Bisa berdampak baik dan buruk.  Begitu juga self-disclosure :

The Reward of self-disclosure

Tindakan ini dapat

membantu pelaku self-disclosre untuk mengenal dirinya sendiri secara lebih lagi.

Hal ini sama dengan salah satu fungsi komunikasi yang dikemukakan oleh William E.Gordon. Ia percaya bahwa komunikasi mempunyai fungsi sosial yang salah satunya yaitu membentuk konsep diri kita. Saat kita membuka diri kita, respon dari lawan bicara akan membantu kita menyadari apa yang sebelumnya belum kita ketahui tentang diri kita.

membantu membentuk hubungan yang lebih dekat dan efektif.
Ketika hubungan yang dibina tertuju pada hubungan yang mempunyai kepercayaan antara satu sama lain, keterbukaan diri akan membuat individu lain merasa dipercaya dan membuat hubungan lebih dekat dan dapat menghindari kesalahpengertian di kemudian hari.

menjaga kestabilan fisiologi.
Satu hal lagi  yang berhasil dibuktikan oleh penelitian adalah  tingkat kesehatan fisiologi orang yang lebih sering melakukan self-disclosure akan terjaga daripada yang tidak.

The Danger of Self-disclosure : Risks Ahead
Self-disclosure mempunyai risiko. Risiko yang ada dibedakan menjadi 3:

personal risks
Respon lawan bicara mempengaruhi kondisi individu yang menyatakan self-disclosure. Penolakan atau rasa tidak diterima setelah membuka diri dapat membuat seseorang kecewa dan lebih lagi, depresi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun