BANYUWANGI, 03 Desember 2023 - Pada hari Minggu di Jalan Jaksa Agung Suprapro Penganjuran,kediaman Ibu Suyati saya diberikan kesempatan berbincang dengan beliau, wanita berusia 58 tahun yang memiliki kisah menarik sebagai tukang laundry lalu menjadi pemandu wisata di Banyuwangi. Menurut Ibu Suyati, pemandu wisata adalah seseorang yang mengantar orang ke tempat pariwisata. Bagi dirinya, pekerjaan ini merupakan hiburan karena dia senang melancong sejak muda.Â
Perbincangan di mulai dengan cerita langkah awal Ibu Suyati menjadi seorang pemandu wisata. "Tamu-tamu dari homestay tetangga dititipkan kepada saya karena full menjadi awal perjalanan saya. Itu tak hanya hiburan, tetapi juga kesempatan untuk melatih bahasa Inggris," ungkap Ibu Suyati. Ketika ditanya tentang hambatan yang dihadapinya, Ibu Suyati menceritakan tantangannya yaitu tidak memiliki kendaraan pribadi. "Saya harus menyewa kendaraan, sehingga penghasilan sedikit terpotong. Meskipun kadang kala ada kesalahan bahasa yang lucu, saya tetap bersyukur dan menggunakan Google Translate sebagai alternatif," jelasnya sambil tersenyum.
Ibu Suyati kerap mengantar wisatawan ke berbagai destinasi menarik, termasuk Kawah Ijen, Bangsring, Pulau Merah, Sukamade, savana di Tegal Dlimo, dan Plengkung. Meskipun mengaku baru dalam dunia ini, Ibu Suyati memiliki rasa penyesalan karena tidak memulai lebih muda, namun tetap bersyukur dengan kondisinya saat ini. "Kadang-kadang wisatawan hanya singgah dari Kawah Ijen, lalu langsung ke Bali atau mengunjungi Bangsring terlebih dahulu.Â
Saya pernah mengantar wisatawan dari Belanda yang hanya menginap tiga hari untuk menyimpan barang mereka saat perjalanan ke Sukamade dan Pulau Merah," cerita Ibu Suyati. Menurut Ibu Suyati, tempat-tempat seperti Kawah Ijen dan Bromo selalu menjadi favorit wisatawan yang dia antar." Mereka selalu berkata wahhh kalua saya tanya tentang ijen dan bromo" "Kelebihan yang saya dapatkan adalah kebahagiaan hati saat melayani tamu, meskipun tidak memiliki sepeda pribadi dan harus menyewa. Tidak ada keluhan lain karena saya senang melakukan pekerjaan ini," kata Ibu Suyati.
Ibu Suyati mengungkapkan bahwa pandangan orang sekitarnya cukup bervariasi. Ada yang bertanya tentang tujuan uangnya, ada yang memandang sebelah mata, dan juga ada yang iri. Namun, Ibu Suyati tetap tegar dan percaya "orang yang mencaci itu biasanya orang yang iri."Â
"Saya merasa senang dan tidak pernah menyangka bisa bersahabat dengan orang luar negeri. Saran kepada calon pemandu wisata, jangan malu untuk belajar bahasa Inggris karena tidak sesulit yang dibayangkan," pesan Ibu Suyati. Wawancara dengan Ibu Suyati memberikan inspirasi dan pandangan baru tentang profesi pemandu wisata, menunjukkan bahwa semangat dan keramahan dapat mengatasi segala hambatan. Ibu Suyati adalah bukti bahwa tak ada kata terlambat untuk mengejar passion dan bermimpi lebih besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H