Mohon tunggu...
Khustiana AdindaZahra
Khustiana AdindaZahra Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Mahasiswa

Saya adalah Mahasiswi kependidikan yang tertarik dengan isu pendidikan, kesehatan, mental dan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kanker Serviks: Sering Diabaikan, Namun Paling Mematikan?

5 Juni 2023   21:35 Diperbarui: 5 Juni 2023   21:52 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penatalaksanaan kanker serviks pada stadium 0, I atau stadium IIA umumnya dilakukan dengan pembedahan atau operasi. Terapi kanker dengan pembedahan ini umumnya merupakan pengangkatan jaringan tumor, pengangkatan serviks atau pengangkatan seluruh bagian rahim yang sudah terdampak sel kanker. Menurut American Cancer Society (2018) terdapat dua prosedur bedah yang umumnya dilakukan untuk menangani kanker serviks yaitu Histerektomi dan Trakelektomi radikal.

Radioterapi

Radoterapi adalah salah satu metode terapi pengobatan penyakit-penyakit maligna menggunakan sinar peng-ion yang dimana memiliki tujuan utnuk mematikan sel tumor sebanyak-banyaknya dan memelihara jaringan sehat sekitar tumor agar tidak mengalami dampak kerusakan terlalu berat (Maulani, Sri and Asih, 2021). Radioterapi menjadi pilihan terapi kanker serviks untuk stadium kanker IIB-IVA karena diperkirakan lebih efektif dan efisien jika dibandingkan dengan operasi ditambah kemoterapi. Radioterapi sendiri terdiri atas gabungan atau kombinasi radiasi eksterna dan brakhiterapi (Susilo, Indrati and Sulaksono, 2019).

Brakhiterapi

Brakhiterapi adalah komplemen metode teleterapi dengan memasang siber radiasi kedalam tumor. Disebut sebagai komplementari karena brakhiterapi bertujuan untuk memberikan dosis terapi tambahan (booster) setelah pemberian radiasi eksterna tercapai (Susilo, Indrati and Sulaksono, 2019). Perlu dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai pendukung sehingga dapat diberikan terapi dengan metode brakhiterapi. Untuk memperoleh waktu 25 rawatan yang pendek diperlukan sumber radioaktif yang mempunyai laju dosis tinggi.

Kemoterapi

Kemoterapi merupakan salah satu tatalaksana kanker serviks yang umum diberikan kepada pasien kanker. Terapi ini diberikan dalam bentuk pemberian obat antikanker yang diminum ataupun diinfuskan ke pembuluh darah guna untuk membunuh, mencegah penyebaran dan menghentikan pertumbuhan sel kanker (American Cancer Society, 2021). Dalam proses pelaksanaannya, efektivitas kemoterapi terhadap pasien kanker serviks harus terus dievaluasi (Suwendar et al., 2018)

Pencegahan Kanker Serviks

Vaksinasi HPV

Vaksinasi HPV merupakan pilihan paling efektif untuk mencegah terjadinya kanker serviks. Dua macam vaksin berlisensi yang ada saat ini yakni vaksin quadrivalen (Gardasil, mengandung perlindungan tambahan terhadap tipe 6 dan 11, yang bertanggung jawab atas 90% kutil atau kondiloma anogenital jinak) dan vaksin bivalen (Cervarix, perlindungan terhadap tipe 16 dan 18 saja). 

Kedua vaksin tersebut mengandung partikel mirip virus (VLP) yang berbentuk seperti bagian luar HPV. Vaksin ini dapat menstimulasi berkembangnya antibodi dalam serum terhadap VLP sehingga mampu mencegah infeksi HPV jika terkena di kemudian hari.Selain itu adanya korelasi yang kuat antara kadar antibodi yang diinduksi vaksin dalam serum dan dalam cairan mukosa serviks menunjukkan bahwa vaksin HPV juga dapat menghasilkan antibodi transudat melalui epitel mukosa serviks.

Vaksinasi HPV untuk anak perempuan harus dilakukan sebelum dimulainya periode seksual aktif. WHO merekomendasikan vaksin HPV untuk anak perempuan dalam kelompok usia 9-13 tahun. Anak perempuan yang menerima dosis pertama vaksin HPV sebelum usia 15 tahun dapat menggunakan jadwal dua dosis. Interval antara dua dosis harus enam bulan. Tidak ada interval maksimum antara dua dosis; namun, interval tidak lebih dari 12-15 bulan disarankan. Jika interval antara dosis lebih pendek dari lima bulan, maka dosis ketiga harus diberikan setidaknya enam bulan setelah dosis pertama.

Skrining Kanker Serviks

Pap Smear

Salah satu metode untuk skrining kanker serviks adalah Pap smear, tetapi skrining ini membutuhkan laboratorium, staf yang terlatih dan berpengalaman, serta biaya yang tinggi sehingga tidak tersedia di semua negara berkembang dan di semua tempat. Selain itu, waktu yang relatif lama antara saat tes dilakukan dengan kapan hasilnya dikeluarkan menyebabkan kurangnya tindak lanjut oleh pasien pada beberapa kasus.

Inspeksi visual dengan asam asetat (IVA)

Teknik ini adalah pengembangan metode skrining dengan biaya yang lebih murah. Dasar dari IVA adalah serviks dengan lesi neoplasia serviks intraepitelial (CIN) diputihkan dengan adanya asam asetat. Manfaat IVA adalah biaya rendah, tidak perlu teknologi tinggi, hasilnya segera dan siap dalam 1-2 menit, dan dapat dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan di daerah-daerah jauh, yang membuat IVA merupakan metode alternatif yang sangat baik selain Pap smear di negara berkembang.

Daftar Pustaka

Chelimo C, Wouldes TA, Cameron LD, Elwood JM. Risk factors for and prevention of human papillomaviruses (HPV), genital warts and cervical cancer. J Infect [Internet]. 2013;66(3):207–17.

Jasa, N. E. (2016). Determinan yang berhubungan dengan kejadian kanker serviks pada wanita di poli kebidanan rsud dr. H. Abdul Moeloek propinsi lampung. Jurnal Kesehatan, 7(3), 445-454.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun