Mohon tunggu...
Khustiana AdindaZahra
Khustiana AdindaZahra Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Mahasiswa

Saya adalah Mahasiswi kependidikan yang tertarik dengan isu pendidikan, kesehatan, mental dan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kanker Serviks: Sering Diabaikan, Namun Paling Mematikan?

5 Juni 2023   21:35 Diperbarui: 5 Juni 2023   21:52 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semakin muda usia melakukan hubungan seksual resiko terkena kanker semakin besar dibandingkan dengan wanita yang melakukan hubungan seksual > 20 tahun. Nilai OR yang diperoleh adalah 2,473, artinya melakukan hubungan seksual usia dini merupakan faktor risiko kanker serviks karena pada umur muda sel- sel rahim masih belum matang sehingga sel-sel tersebut rentan terhadap zat-zat kima yang dibawa oleh sepermatozoa. Jika serviks kelebihan sel mati maka mendorong terjadinya kanker serviks (Musfirah, 2018).

Kontrasepsi KB Hormonal

Terdapat 4 penelitian yang berhubungan dengan kontrasepsi KB Hormonal dengan kejadian kanker serviks. Pada penelitian Skorstengaard, dkk. (2021), dilihat dari penilaian studi kohort berbasis populasi retrospektif dari wanita berusia 29-44 tahun, risiko terjadinya CIN3+ dan kanker serviks lebih tinggi pada pengguna kontrasepsi oral dibandingkan dengan pengguna IUD (RR 1,83, 95%CI 1,60-2,09 dan RR 1,70, 95%CI 1,00-2,90).

Wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal ≥ 5 tahun memiliki risiko 10,7 kali lebih tinggi mengalami lesi pra-kanker serviks dibandingkan dengan yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal, dan penggunaan <5 tahun meningkatkan risiko sebesar 3,0 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal (Weni Tri Purnani, Siswi Wulandari, Anita Nuril Fadila, 2021).

Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu >5 tahun berisiko meningkatkan perkembangan kanker serviks, kontrasepsi oral yang berisi hormon estrogen dapat meningkatkan pertumbuhan neoplastik, wanita dengan kadar estrogen yang lebih tinggi secara signifikan memungkinan terjadinya pengikatan traskripsi pada DNA HPV yang memicu terjadiny proses pembentukan sel kanker (Utomo et al., 2020)

Wanita yang Memiliki Lebih dari 1 Pasangan Seksual

Terdapat 3 penelitian yang berhubungan dengan wanita yang memiliki >1 pasangan seksual. Penelitian yang dilakukan oleh Meihartati (2017) menunjukkan 65,1% kejadian kanker serviks terjadi pada wanita yang memiliki >1 pasangan seksual. Perilaku bergunta ganti pasangan seksual menyebabkan peningkatan tertularnya penyakit kelamin infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Semakin banyak memiliki pasangan seksual maka tingkat risiko terinfeksi HPV semakin tinggi. Hal ini dibuktikan penelitian berbasis populasi dengan nilai OR = 19,9 : 95% CI = 16,7-23,6 (Kasamatsu et al., 2018).

Penelitian Torres-Poveda et al. (2019) melakukan deteksi dini pada wanita yang terkena kanker serviks. Penelitian ini menemukan 13% kejadian wanita terinfeksi HPV positif (13.606/106.905) karena memiliki 1 hingga 5 pasangan seksual. Semakin banyak pasangan seksual maka 2 kali lipat meningkatkan risiko terkena kanker serviks. Hasil statistik p 0,0001 menunjukkan bahwa pada wanita yang memiliki pasangan seksual 6 hingga 10 pasangan 4 kali lipat berisiko terkena kanker serviks (25 % - 637/2585).

Merokok

Berdasarkan hasil penelitian dari Sugawara, et al., (2019) satu studi cohort menemukan peningkatan risiko kaner serviks secara signifikan pada subjek yang merokok 20 batang atau lebih per hari dan satu studi kasus kontrol menemukan peningkatan risiko kanker serviks secara signifikan pada subjek yang merokok 10 batang atau lebih per hari. 

Mekanisme biologis lain dimana karsinogen dalam asap rokok dapat mempengaruhi risiko kanker serviks dengan mendukung akuisi atau infeksi HPV persisten melalui gangguan fungsi imunologi dan juga merokok dapat mempengaruhi kekebalan bawaan. Oleh karena itu, merokok dapat menjadi fasilitator hubungan antara infeksi HPV dan karsinogenesis serviks (Chelimo et al, 2013).

Gejala Kanker Serviks

Kanker serviks terkadang tidak menimbulkan gejala pada pasien, walaupun telah terjadi invasi sel tumor ke dalam stroma. Ketika tumor dalam kondisi stadium awal, tanda dini yang muncul tidaklah begitu spesifik seperti adanya sekret vagina yang agak banyak dan kadang-kadang dengan bercak perdarahan. Dengan semakin tumbuhnya penyakit, perdarahan semakin jelas. Pada stadium lanjut ketika tumor telah menyebar keluar dari serviks dan melibatkan jaringan di rongga pelvis dapat dijumpai tanda seperti nyeri yang menjalar ke pinggul atau kaki hingga perdarahan yang semakin jelas (Jasa, 2016).

Meskipun tidak memiliki gejala yang khas pada awal kemunculannya, namun menurut American Cancer Society (2020), ada beberapa gejala yang biasanya muncul, diantaranya:

  • Perdarahan tidak normal. Perdarahan yang terjadi ini adalah perdarahan setelah menopause, perdarahan atau periode menstruasi lebih lama dari biasanya, dan perdarahan setelah bersenggama.
  • Keputihan yang tidak normal, seperti lendir sangat kental berwarna kuning atau bercampur darah, dan berbau busuk serta terasa gatal pada vagina.
  • Terasa sangat sakit ketika bersenggama
  • Terasa sakit pada daerah panggul.

Penanganan Kanker Serviks

Pemberian terapi kepada pasien kanker serviks sendiri disesuaikan berdasarkan tingkat keparahannya, yaitu: operasi, radioterapi, brakiterapi dan kemoterapi (Fidinillah, 2019).

Operasi / pembedahan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun