Mohon tunggu...
Khussy
Khussy Mohon Tunggu... pegawai negeri -

tidak ada yang kebetulan di dunia ini. semuanya terjadi dan tertulis dalam skenario-Nya.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Selalu Ada Cinta dalam Segelas (Secangkir) Kopi

27 November 2012   09:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:36 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_218564" align="aligncenter" width="582" caption="kopi perekat cinta (dok.khussy)"][/caption]

Kopi. Menurut saya, kopi adalah segalanya. Selain sebagai pengganjal mata, juga bisa sebagai perekat cinta. Ehm...

Cinta ibu kepada anaknya. Ah, jadi inget emak di kampung. Setiap pagi, sebelum berangkat ke tempat kerja, bahkan ketika mata baru melek, segelas kopi – bukan secangkir – sudah ada di meja. Harumnya menyeruak merangsang indera penciuman supaya cepat-cepat menyeruputnya. Walau belum sempat sikat gigi, tapi kopi bikinan emak selalu lebih menarik daripada menyikat gigi di pagi hari.

Segelas kopi dimana kami berkumpul. Dari gelas yang sama, saya dan adik selalu berebut kopi bikinan emak. Emak yang hanya menyeruput sekali, saya sekali tetapi adik saya selalu dalam hitungan detik, bisa menghabiskan sisa kopi yang ada. Saya jadi kangen saat-saat tersebut.

Lepas dari kopi emak, sasarannya adalah kopi untuk Mbah Anang (mbah lanang atau kakek, tapi saya selalu memanggilnya mbah anang). Sembari menenteng tas dan berhelm, kopi di gelas mbah yang masih setengah tingginya, tak akan lepas dari incaran saya. Hehehehe...

Kini saya di Balikpapan, kopi punya cerita sendiri juga.

Kopi bisa jadi sarana untuk gencatan senjata/perang. Terkadang hidup berumah tangga ada masa di mana tensi naik. Semalaman marah sama suami. Walau sudah ada peraturan, jika sudah di kamar, harusnya sudah tidak boleh ada masalah yang dibawa. Tetapi terkadang masih gondok juga. Terbawa sampai pagi.

Rutinitas di pagi hari adalah membuatkan kopi buat suami tercinta. Favorit kami adalah G**d D** yang rasa Carrebian Nut. Kopi untuknya haruslah di cangkir yang sudah dipanasin dulu. Cangkir ikut direbus sembari menunggu air mendidih. Baru kemudian cangkir diangkat dan masukkan kopi instan itu selanjutnya air mendidih 125 ml. Sudah. Setiap pagi jatahnya 2 kali.

Mengapa kopi bisa jadi sarana gencatan senjata/perang?

Suami kadang berkata, kok kopi rasanya beda ya? Sambil menengok ke dalam gelas. Itu selalu jadi pertanyaan jika semalaman saya marah atau jika saya lupa pelengkapnya. Terkadang saya tidak menyadarinya dan menjawab kalau kopi yang saya buat adalah kopi yang sama. Dia selalu mengangkat cangkir dan mencari-cari sesuatu ke dalam cangkir. Barulah saya ingat apa yang dia cari. Sebuah pelukan hangat dan kecupan di pipi. Walau semalaman kesal/marah, langsung hilang seketika. Setiap hari, secangkir kopi plus pelukan hangat dan kecupan kecil adalah menu wajib dan bisa jadi perekat cinta. Karena selalu ada cinta dalam secangkir kopi.

27112012

#ada cinta dalam tiap butir kopi, bayangkan para petani kopi yang menunggu dari harumnya bunga yang semerbak hingga ranumnya biji di dahan-dahan. jari-jari penuh cinta memetiknya dan menjemur hingga akhirnya sampai dalam cangkir/gelas yang siap kita nikmati. alangkah panjang perjalanan kopi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun