Mohon tunggu...
Khussy
Khussy Mohon Tunggu... pegawai negeri -

tidak ada yang kebetulan di dunia ini. semuanya terjadi dan tertulis dalam skenario-Nya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Taare Zameen Par: Memahami Dengan Hati

23 Februari 2011   10:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:20 1479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="alignnone" width="225" caption="Ishaan dan Nikumbh, bintang yang bersinar di bumi."][/caption] Tidak semua film bollywood berkisah tentang kekayaan, pesta, perkelahian hingga polisi-polisi yang bodoh. Ada sebuah film yang sangat hebat (menurut saya) yang mengajarkan kepada kita bagaimana kita memperlakukan anak yang berbeda (baca spesial). Film itu adalah Taare Zameen Par (Stars on Earth). Sebuah film dimana Amir Khan menjadi sutradara dan produser bersama beberapa orang lainnya. Film yang memang pantas mendapatkan penghargaan sebagai film terbaik tahun 2008. Film yang sempat diajukan ke ajang oscar tapi akhirnya gagal meraih nominasi. * Adalah seorang anak berumur delapan tahun, Ishaan. Murid kelas tiga yang menderita disleksia. Bahkan orang tua dan guru di sekolah lamanya pun tidak menyadari itu. Yang diketahui oleh guru dan orang tuanya, Ishaan selalu gagal dalam pelajaran. Walau sebenarnya dia mempunyai bakat seni yang luar biasa. Film ini menggambarkan secara detil bagaimana Ishaan berimajinasi. Imajinasi seorang anak dengan disleksia. Saat ujian matematika, Ishaan hanya menjawab satu soal saja dan salah. Yang mana soal itu adalah: 3X9=... . Jawaban yang seharusnya 27, oleh Ishaan dijawab 3. Kenapa? Saat mengerjakan soal itu, imajinasi Ishaan berkembang. Seakan-akan dia mengendarai pesawat luar angkasa dengan nomor 3 lalu dia melintasi beberapa planet hingga akhirnya mengalahkan si nomor 9. 3 itulah yang dia tuliskan. Ishaan memang enggan pergi ke sekolah. Dia masih ingin bersenang-senang. Hingga akhirnya dia kabur dari sekolah dan berjalan-jalan menyusuri kota. Saat jam pulang tiba, dia kembali ke bis sekolah dan pulang ke rumah. Ishaan bingung karena keesokan harinya dia pasti ditanya telah kemana. Dia akhirnya mendesak kakaknya (Yoohan) untuk membuatkan surat ijin bahwa dia sakit. Ishaan ketakutan pergi sekolah karena guru-guru tidak mengerti kalau sebenarnya dirinya berbeda. Ishaan selalu dimarahi. Dia kesulitan membaca karena di dalam fikirannya saat membaca seakan huruf-huruf itu menari-nari. Saat menulispun dia selalu tidak beraturan. Hingga dia bertemu dengan guru seni di sekolah baru di mana dia dikirim oleh orang tuanya untuk tinggal di asrama. Ishaan yang merasa kesepian dan terbuang, disajikan bagus di film ini. Dia sama sekali tidak berminat mengikuti segala pelajaran walau dia ada di dalam kelas. Hingga Nikumbh akhirnya mengajar kelas seni di sekolah Ishaan. Dia lah yang menyadari kalau Ishaan berbeda. Saat pelajarannya, di mana teman-temannya bergembira, Ishaan tidak bereaksi sama sekali. Ishaan terlihat tertekan. Saat murid-murid dibawa ke bukit, Ishaan asyik dengan benda-benda di kantong ajaibnya. Benda-benda yang dia anggap menarik, yang dia temukan di jalan atau di manapun. Benda-benda itu dia rakit dengan daun yang ada dan menjadi sebuah perahu yang bisa bergerak di kolam. Nikumbh terpana. Dia sangat penasaran dengan anak ini. Saat tiba di sekolah, Nikumbh mulai melihat-lihat catatan Ishaan. Memperhatikan dan mengamati setiap coretan tangannya. Bahkan dia pergi ke rumah Ishaan untuk lebih mengenal anak ini. Hingga dia menemukan sebuah buku yang berisi lukisan Ishaan. Buku jika dibuka secara cepat maka lukisan-lukisan di dalamnya bercerita. Bercerita tentang sebuah keluarga, Ishaan, Yoohan, Ayah dan Ibunya. Hingga tangan Ishaan semakin lama semakin terlepas dari Yoohan hingga akhirnya gambar Ishaan tidak ada di buku itu. Lewat coretan itulah, akhirnya Nikumbh menyadari bahwa Ishaan menderita disleksia, dimana dia juga mengalaminya. Akhirnya dia bertekad membantu Ishaan. Mulai dengan membesarkan hati Ishaan di dalam kelas. Menceritakan tokoh-tokoh terkenal penderita disleksia. Ishaan akhirnya mulai tumbuh percaya dirinya. Tiap hari dia belajar dengan Nikumbh hingga akhirnya dia mampu membaca dan menyelesaikan pelajarannya. Sebagai guru seni, Nikumbh mengadakan lomba melukis. Lomba yang wajib diikuti oleh semua warga sekolah. Saat lomba berlangsung, Ishaan pergi entah ke mana hingga akhirnya dia datang dan mengikuti lomba. Ishaan menjadi juara pertama dan Nikumbh (yang melukis wajah Ishaan) menjadi runner-up. * Film ini sangat inspiratif. Film Bollywood yang layak ditonton. Saya sangat beruntung menyaksikannya minggu lalu di Z Variasi melalui tv kabel. Film yang menyentil kita, bagaimana kita seharusnya memahami berbagai macam karakter dan masalah yang ada pada peserta didik. Tidak hanya menuntut mereka berprestasi. Tidak hanya marah saat mereka gagal. Tetapi lebih kepada hati. Karena tidak semua anak sama. Pasti ada yang spesial. * Semoga jiwa Nikumbh ada pada kita semua. 23022011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun