Mohon tunggu...
Khussy
Khussy Mohon Tunggu... pegawai negeri -

tidak ada yang kebetulan di dunia ini. semuanya terjadi dan tertulis dalam skenario-Nya.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Desa Jabung: Ironi, Peraih Kalpataru dan Menuju Desa Wisata

15 Desember 2010   09:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:43 895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_78144" align="alignright" width="300" caption="Gapura masuk Desa Jabung, spanduk selamat datang bagi peserta bimbingan sadar wisata, sebelah kiri gapura adalah lokasi penambangan dan sebelah kanan gapura adalah sumber mata air (gambar saya ambil  pada 13 November 2010)"][/caption]

Desa Jabung adalah sebuah desa di Kabupaten Magetan yang berada di kaki Gunung Lawu sebelah utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Ngawi. Desa ini rencananya akan dijadikan Desa Agrowisata mengingat Desa ini adalah penghasil durian dan lumbung madu alam di daerah Kabupaten Magetan. Selain itu Desa Jabung ini memiliki banyak sekali sumber mata air. Maka dari itu pada tanggal 13 November 2010 diadakan Bimbingan Sadar Wisata yaitu usaha untuk mengajak masyarakat agar menjaga lingkungan dalam rangka menjadikan Desa Jabung menjadi Desa Wisata.

Bahkan Kelompok Tani "Murakapi" Desa Jabung mendapatkan Kalpataru pada tahun 2003 dalam Kategori Penyelamat Lingkungan atas usahanya melestarikan hutan dan menanami kembali hutan yang gundul akibat perambahan sehingga menjadi lestari kembali yang mana menjaga kelangsungan sumber mata air bagi Desa tersebut beserta desa-desa yang ada di bawahnya. Kelompok Tani “Murakapi” ini diketuai oleh Bapak Surat. Tempat tinggal beliau tidak jauh dari sekolah kami, kamipun sering ke rumahnya untuk membeli madu hasil beternak lebah anggota kelompok tani.

Tapi akhir-akhir ini mungkin usaha Bapak Surat dan anggota Kelompok Taninya dalam menjaga kelangsungan sumber mata air akan mulai sia-sia. Karena ada sebuah lokasi di atas salah satu sumber mata air di Desa Jabung ini yang telah terjamah Penambang batu.


[caption id="attachment_78146" align="aligncenter" width="300" caption="Lokasi penambangan batu, di sebelah kiri adalah lokasi sumber mata air (gambar saya ambil hari ini, 15 Desember 2010)"]

12924032471442230936
12924032471442230936
[/caption]

[caption id="attachment_78147" align="aligncenter" width="300" caption="foto ke dua yang sempat saya abadikan (gambar saya ambil hari ini, 15 Desember 2010)"]

1292403707915905715
1292403707915905715
[/caption]

Penambangan batu ini melibatkan eskavator, tentu saja ini bukan penambangan batu kecil. Entah penambangan ini berijin resmi atau tidak, saya tidak tahu. Karena saya hanya melihatnya dan hanya bisa mengelus dada menyaksikan ini karena setiap hari saya melewati jalan di mana penambangan itu dilakukan.

Bukit yang dulunya menjulang dan sebenarnya tidak membahayakan pemakai jalan kini telah hilang dalam 1-2 bulan ini. Tanah digali dan dikeruk. Batu-batu diambil. Bahkan terlihat banyak truk yang berjajar menanti.

Saya mencoba mengambil gambar aktivitas mereka walaupun kaki saya gemetaran di atas motor saat berusaha mengambil gambar itu. Khawatir jika ada yang mengetahuinya dan akhirnya tidak suka dengan tindakan saya. Saya hanya sempat membidikkan kamera ponsel saya dua kali, itupun dengan obyek yang sama. Padahal jika saya mengambil gambarnya dari lokasi yang agak lebih tinggi pasti akan terlihat betapa parahnya perusakan itu dilakukan.

Sumber mata air bagi masyarakat Desa Jabung pasti sangat berharga sekali, karena mereka tidak dipungut bayaran yang berarti, hanya membayar 15-20 ribu rupiah per tahun untuk biaya perawatan pipa-pipa yang membawa air sampai ke rumah-rumah penduduk. Bahkan sekolah kami juga menikmati air tersebut untuk menyiram tanaman dan aktivitas sehari-hari dengan ikut menyediakan pipa-pipa saja tanpa dipungut biaya walau terkadang kami juga mengisi kas. Tapi jika dibandingkan membayar ke PDAM pasti akan jauh sekali.

Saya hanya khawatir, sumber mata air yang ada di seberang jalan di mana penambangan itu dilakukan lambat laun akan mati. Bahkan sekarang saja sudah jadi longsoran karena terbawa air hujan sampai ke jalan sehingga membahayakan pengguna jalan di mana jalan menjadi sangat licin dan berlumpur.

Semoga saja banyak pihak yang menyadari bahwa ini adalah perusakan lingkungan yang teramat parah.



15122010

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun