Mohon tunggu...
Khussy
Khussy Mohon Tunggu... pegawai negeri -

tidak ada yang kebetulan di dunia ini. semuanya terjadi dan tertulis dalam skenario-Nya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Simbah Putri

29 September 2010   14:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:52 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Nduk, tulung irisna apel kuwi. Sethithik wae, ga usah akeh-akeh", itulah permintaan terakhir simbah padaku di suatu petang yang sunyi. Ditemani temaram lampu ublik dimana semprongnya mulai menghitam terkena langes. Malam itu aku tertidur pulas dalam pelukan simbah. Rasanya damai sekali hingga aku tidak menyadari simbah telah pergi untuk selama-lamanya. Simbah yang paling aku sayangi meninggalkan aku. Masih terngiang di telinga ini, orang-orang bilang padaku, saat aku kecil simbah selalu ngudang aku, "nduk, sok gedhe dadia wong sing iso ngangkat derajate wong tuwa, sekolaho sing dhuwur, masio mbahe uripe susah, ojo nganti kowe melu susah." Dan kini aku  hanya bisa meneteskan air mata dan dada rasanya sesak mengingat hal itu. Mbah, aku rindu. Maafkan aku yang tidak bisa membahagiakanmu. Tapi aku yakin mbah, jika saja mbah saat ini masih sugeng, mbah akan bangga padaku. Terima kasih mbah, telah merawat dan menyayangiku selama ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun