Mohon tunggu...
Khusnun Nisak Assalami
Khusnun Nisak Assalami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi

Follow the flow and enjoy the process

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sosiologi Pengetahuan Karl Manhein dalam Tradisi Ziarah Kubur

20 Oktober 2022   08:21 Diperbarui: 20 Oktober 2022   08:30 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Setiap pulau memiliki keberagaman, baik itu suku, budaya, bahasa, agama, dan kepercayaan. Salahsatu contoh dari banyaknya budaya yang ada adalah tradisi ziarah kubur di Jawa, yang dilakukan menjelang ramadhan dan lebaran. 

Tradisi ini dilakukan turun-temurun sejak dahulu, dimana keluarga datang berziarah untuk mendoakan kerabat atau sodara yang telah meninggal dunia. Selain itu mereka juga melakukan berbersih makam dari rumput liar dan membawakan bunga segar untuk ditabur pada makam. Tradisi ini menjadi sarana refleksi diri untuk mengingatkan manusia pada kematian supaya manusia dapat meningkatkan spiritualitasnya. 

Menurut saya tradisi ziarah kubur merupakan salah satu contoh dari teori sosiologi pengetahuan Karl Manhein. Karena dalam tradisi ziarah kubur terdapat kaitan antara pemikiran manusia dengan tindakan dalam hubungan sosialnya, yaitu secara objektif, ekspresif, dan dokumenter. 

Saya mengenal teori sosiologi pengetahuan dari jurnal yang berjudul Sosiologi Pengetahuan: Telaah Atas Pemikiran Karl Manhein. Jurnal ini menjelaskan bahwa sosiologi pengetahuan mengkaji tentang hubungan antara masyarakat dengan pengetahuan. Sebuah pengetahuan dapat dipahami dengan baik apabila faktor sosial yang mendasari kelahiran pengetahuan tersebut dipahami dengan baik pula. Dalam teori sosiologi pengetahuan, weltanschauung (wordview) memainkan peran metodologis yang sangat penting. Weltanschauung berperan untuk membuat pandangan dunia secara rasional dan secara teoritis dapat diakses. 

Menurut jurnal yang berjudul Makna Tradisi Ziarah dan Ritual Mubeng Beteng di Makam Raja-raja Imogiri, Yogyakarta, Karl Mannheim menyatakan bahwa tindakan manusia dibentuk dari dua dimensi, yaitu perilaku (behavior) dan makna (meaning). Sehingga untuk dapat memahami suatu tindakan sosial, diperlukan kajian tentang perilaku eksternal dan makna perilaku. 

Mannheim mengklasifikasikan dan membedakan makna perilaku tindakan sosial menjadi tiga macam, yaitu: 1) makna objektif, adalah makna yang ditentukan oleh konteks sosial di mana tindakan berlangsung. 2) makna ekspresive, adalah makna yang ditunjukkan oleh aktor (pelaku tindakan) 3) makna dokumenter, yaitu makna yang tersirat atau tersembunyi, sehingga aktor tersebut tidak sepenuhnya menyadari bahwa suatu aspek yang diekspresikan menunjukkan kepada kebudayaan secara keseluruhan

Menurut pemahaman saya, sosiologi pengetahuan adalah suatu teori yang memberikan penjelasan mengenai berbagai fenomena sosial secara objektif dan ilmiah. Karena tidak semua fenomena sosial dapat diterima sebagai pengetahuan. 

Maka melaui teori ini diharapkan agar suatu fenomena sosial dapat dianalisis, dilihat, dan dibuktikan secara rasional sesuai dengan fakta yang ada. Oleh karena itu faktor sosial yang mendasari kelahiran pengetahuan tersebut juga harus dipahami dengan baik. 

Dalam tradisi ziarah kubur, jika ditelaah menggunakan kacamata teori sosiologi pengetahuan maka tradisi tersebut dapat dilihat sebagai pengetahuan, yaitu melalui makna objektif, ekspresif, dan dokumenter. Makna objektif dari ritual ini adalah sebagai bentuk refleksi manusia terhadap tuhannya dan pengingat untuk mendoakan kerabat yang telah meninggal. 

Makna ekspresif adalah sebagai media untuk mendoakan kerabat yang telah meninggal dan sebagai sarana silaturahmi keluarga. Serta makna dokumenter adalah bahwa kegiatan ziarah kubur ini sesungguhnya sudah menjadi tradisi turun temurun yang dilakukan masyarakat. 

Teori sosiologi pengetahuan diperkenalkan oleh Karl Mannhein. Ia lahir pada 27 Maret 1893 di Budapest, Hungaria. Mannheim sangat tertarik pada ilmu filsafat, khususnya epistemologi. Namun kemudian perhatiannya beralih pada ilmu sosial khususnya tentang ajaran-ajaran yang dikembangkan oleh Max Weber, Max Scheler, dan Karl Marx. 

Pada tahun 1925, Mannheim menjadi dosen di Universitas Heidelberg. Empat tahun kemudian, Manhein menjadi guru besar sosiologi dan ekonomi di Frankfurt. Namun pada tahun 1933 ia diberhentikan atas perintah Adolf Hitler. Setelah itu, Mannheim menetap di London, Inggris dan mengajar sosiologi di London School of Economics. 

Selama tinggal di Inggris, Mannheim memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan sosiologi di sana. Sehingga menjadikan sosiologi sebagai bidang ilmu yang dihormati. Karya-karya penting Mannheim yang telah diterbitkan antara lain:. Structures of Thinking; Conservatism. A Contribution to the Sociology of Knowledge; Ideologie und Utopie; Man and Society in an Age of Reconstruction; Ideology and Utopia; Freedom, Power, and Democratic Planning; Sociology as Political Education; dan From Karl Mannheim.

Referensi: 

Hamka. (2020). Sosiologi Pengetahuan: Telaah Atas Pemikiran Karl Manhein. Journal of Pedagogy, 3(1), 76-84. 

Hayati, R. (2019). Makna Tradisi Ziarah dan Ritual Mubeng Beteng di Makam Raja-raja Imogiri, Yogyakarta. Dialog, 42 (1), 61-68.

Arisandi, Herman. 2015. Buku Pintar Pemikiran Tokoh-Tokoh Sosiologi Dari Klasik Sampai Modern. Yogyakarta: IRCiSoD. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun