Mohon tunggu...
Kusnun Daroini
Kusnun Daroini Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis lepas

Suka menulis peristiwa dan topik trend

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ngaji "Sorogan" Kyai Kampung, Solusi Pendidikan Berkarakter

3 Desember 2024   22:35 Diperbarui: 3 Desember 2024   22:40 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anehnya, diluar sikap beliau yang teramat keras dan disiplin tersebut, ia sangat penyayang dan lembut dgn murid2nya. Setiap kali sepulang Kondanga&ngaji, bisa dipastikan ambeng (bingkisan kenduri) mendarat ditengah2 kerumunan teman2 yg lagi ngobrol malam yg dilanjutkan bermalam  di Mushola.

H. Abdul mana Musthofa, itulah nama lengkap beliau. Jebolan Pondok Supit Uang, salah satu pondok Salaf yg ada di wilayah Blitar tepatnya di Utara sungai Brantas. Pondok ini terbilang tua. Tidak begitu terkenal seperti halnya Pondok Kunjr yg tersohor itu.  

Hingga sekarang saya masih bertanya2, tentang model dan metode pengajaran yg diterapkan oleh beliau. Mungkin sebagian ditempat lain akan tidak jauh beda untuk era zaman itu. Saya hanya BS menyimpulkan sementara, bisa jadi guru2 kala itu tidak terpaku dgn metode dan model pembelajaran. Bahkan tidak terpikir njlimet seperti sekarang hrs disatndarkan setingkat kurikulumnya. Seperti halnya model IQRA" yg menjamur dikampung2.

Bisa saja banyak orang menyebut pola ngaji Sorogan adalah kuno & nggak relefan zaman. Karena lamban harus bergilir satu per satu. Tapi dibalik anggapan itu semua ada hal yg menarik dan istimewa. Yaitu model sorogan itu Sang Guru berhadapan lngsng dgn si Murid. Sudah otomatis emosional&empati Guru-murid terjalin secara batin-psikologisnya. Sang Guru akan tahu detail problematik anak yg beliau ajar.  Secara reflek: intonasi suara, mimik wajah, semangat, bahkan aura si anak akan terasakan langsng oleh sang Guru.

Disitulah  kejujuran, tekad&semangat kegigihan sianak didik bisa nampak jelas. Sang guru tidak akan banyak bertanya karena sudah mampu menyelami alam pikir juga perasaan sianak yg paling dalam.  

Sikap dan dedikasi Sang Guru ini tidak lain adalah dorongan rasa ikhlas dan totalitas ketrpanggilan dari spirit dakwah. Bahkan wujud perjuangan sebagai seorang santri yg dulu pernah diamanatkan oleh sang Kyai  yg pernah mendidik dgn segala petuah2 agung dan luhur.

Mungkin saja "kering&gersang"nya atmosfer pendidikan model sekolahan sudah banyak bergeser dari spirit diatas. Sehingga semaju dan secanggih apapun metodologi sekarang akan sulit menembus "problem si murid. Karena ada jarak dan renggang spirit kebatinan yg sepi bahkan kosong&hampa......

Kajoran, 02-12-2024

Wallohu A'lam bisshowab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun