Mohon tunggu...
khusnul khuluq
khusnul khuluq Mohon Tunggu... -

mahasiswi uin maliki malang

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Pengetahuan Secara Verbal

5 November 2014   00:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:38 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Model Pengorganisasian Pengetahuan Secara Semantik

Pendekatan terhadap memori semantik telah beralih dari prespektif asosianistik ke prespektif kognitif, yang mengasumsikan bahwa struktur-struktur kognitif yang menditail akan mempresentasikan cara informasi cara semantic diorganisasikan dalam memori.

Model Set-Teoritik

Dalam model set-teoritik mengenai memori, konsep-konsep semnatik dipresentasikan oleh rangkaian elemen, atau kumpulan informasi. dalam model ini sebuah konsep dapat direpresentasikan dalam LTM tidak hanya melalui eksemplar atau item-item yang berpadu membentuk konsep tersebut, namun juga melalui atribut-atribut (karakteristik) eksemplar itu sendiri. Dengan demikian, konsep burung mungkin menyangkut tentang nama-nama burung-burung kenari, murai, elang, dan lain sebagainya yang sekaligus mencakup atribut-atribut konsep tersebut yakni mampu berkicau, terbang, dan memilki bulu. Dalam model set-teoritik, memori terdiri dari beragam konsep. Item-item dalam memori dapat disimpan asosiatif (berhubungan) dengan lebih dari satu konsep lainnya. Pengambilan memori (retrieval) melibatkan verivikasi, yakni suatu pencarian melalui dua atau lebih rangkaian informasi untuk menemukan eksemplar-eksemplar yang saling tumpang tindih.

Verivikasu terhadap suatu proposisi (semsal; penguin adalah burung) dilakukan dengan membandingkan hanya atribut-atribut konsep tersebut (burung) dengan atribut-atribut konsep eksemplar (penguin). Derajat tumpang tindihnya antar atribut melandasi keputusan terhadap kebenaran proposisi tersebut yakni (penguin adalah burung).

Validasi etrhadap pernyataan-pernyataan tersebut ditentukan oleh hubungan yang telah di-set antara kategori-kategori semantik. Hubungan-hubnungan yang telah di-set tersebut, atau yang disebut commanality (kelaziman, keumuman, diukur melalui jumlah eksemplar yang digunakan oleh kedua proposisi tersebut.

Hubungan antara kedua proposisi tersebut tidak hanya ditentukan oleh kombiansi tumpang tindih antar eksemplar-eksemplar yang digunakan, namun juga ditentuka oleh ketidaksamaannya. Dimana derjat kesahihannya dari pernyataan yang logis adalah kesatuan dari tumpang tindih atau eksemplar-eksemplar yang digunakan sekaligus oleh kedua proposisi tersebut.

Model Pembandingan Fitur Semantik

Makna dari sebuah kata diproposisikansebagai suatu rangkaian fitur-fitur semantik. Serangakaina luas fitur-fituryang berkaitan dengan suatu kata bervariasi dalam sebuah kontinum, dari fitur yang sangat penting hingga fitur yang sepele. Sebagai contoh; seekor burung murai dapat dideskripsikan menggunakan fitur-fitur ini; memilki sayap, sepasang kaki, memilki dada, berwarna merah, bertengger dipohon, menyantap cacing, sulit dijinakkan, dan muncul pada musm semi.

Pengujian kebenaran suatu proposisi (seperti murai adalah sejenis burung). Dalam konteks dua jenis fitur yang telah disebutkan , disusun lebih berdasarkan fitu yang penting bukan fitur yang yang berkarakterisitik.

Model pertama dalam validasi pernyataan melibatkan perbandingan fitur penegas dan fitur karakteristikdari dua ketegori leksial. Jika terdapat tumpang tindih yang signifikan antara fitur penegas dan fitur karakteristik, akibatnya suatu pernyataan yang bersangkutan dinilai tidak valid. Jika terdapat sejumlah tumpang tindih pada pencarian tahap dua diaktifkan. Dalam pencarian tahap dua ini, system kognitif membuat perbandingan spesifik antar dua unit leksialberdasarkan fitur-fitur penegasyang dimilki kedua unit tersebut.

Sebagai contoh, dalam kategori senjata, kata pisau dan senapan memilki konotasi yang lebih kuat dibandingkan tinju dan rantai (yang bermakna semakin umum). Asumsi bahwa objek memilki tingkat kelaziman yang beragam dalam ketegorinya masing-masing sehingga muncul kecenderungan untuk membentuk ketegori prototype.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun