Apa itu Stunting dan Mengapa kita harus peduli? Stunting bukan hanyalah tentang tinggi  badan yang kurang. Ini adalah masalah serius yang mencerminkan kekurangan gizi dalam jangka waktu lama serta infeksi yang terjadi berulang kali. Salah satu ciri anak yang mengalami stunting adalah anak yang memiliki tinggi badan di bawah standar kesehatan yang ditetapkan pemerintah melalui Peraturan Presiden No. 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting. Oleh karena itu, periode 1.000 hari pertama kehidupan menjadi masa paling kritis karena periode inilah pondasi kesehatan dan kecerdasan anak dibagun.Â
Saat ini, Indonesia menghadapi kenyataan pahit dimana sekitar 30% anak balita mengalami stunting. Kondisi ini tidak hanya mengancam masa depan individu tetapi juga bangsa. Anak yang stunting berisiko mengalami keterbatasan kognitif, kesehatan yang rapuh, dan produktivitas yang rendah di masa dewasa. Penyebabnya? Gizi buruk, akses terbatas ke makanan bergizi, praktik pemberian makan yang keliru, buruknya sanitasi, hingga kurangnya edukasi tentang pentingnya nutrisi. Lalu, apa solusi yang ditawarkan pemerintah?
Salah satu terobosan yang diluncurkan untuk melawan stunting adalah program makan siang gratis. Inisiatif yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming ini berupaya menyediakan makanan bergizi dan susu untuk anak-anak sekolah, pesantren, hingga ibu hamil. Tujuannya? Memenuhi kebutuhan gizi harian yang sering kali terabaikan. Vitamin A, zat besi, folat, dan zinc menjadi fokus utama program ini karena peran pentingnya dalam mendukung tumbuh kembang anak. Namun, apakah langkah ini cukup? Mari kita lihat lebih dekat.
Jika ditelisik lebih dalam, program makan siang gratis ini bukanlah konsep baru. Negara seperti Finlandia, Swedia, dan Jepang telah membuktikan efektivitasnya dalam meningkatkan kesehatan anak-anak. Program makan siang gratis di sekolah-sekolah mulai diluncurkan dengan harapan besar: mengatasi stunting dan meningkatkan gizi anak-anak Indonesia. Tapi, apakah ini benar-benar solusi yang kita butuhkan?
Kualitas Makanan adalah Segalanya
Makanan gratis tidak akan banyak membantu jika hanya sekadar mengenyangkan. Anak-anak butuh asupan bergizi lengkap—karbohidrat, protein, hingga vitamin dan mineral. Tanpa pengawasan ketat, makanan yang diberikan mungkin tidak cukup bergizi, bahkan bisa menimbulkan masalah kesehatan baru.
Tantangan Akses ke Daerah Terpencil
Distribusi makanan bergizi ke pelosok negeri adalah pekerjaan rumah besar. Tidak semua daerah punya akses mudah. Anak-anak di kota mungkin lebih cepat merasakan manfaatnya, tapi bagaimana dengan mereka yang tinggal di wilayah terpencil? Jika tidak dikelola dengan baik, ketimpangan ini justru memperburuk masalah gizi yang ada.
Jangan Sampai Ketergantungan
Jika keluarga hanya bergantung pada makanan gratis di sekolah, tanpa perubahan kebiasaan makan di rumah, hasilnya mungkin tidak akan bertahan lama. Edukasi gizi untuk orang tua dan anak-anak harus menjadi bagian tak terpisahkan dari program ini.
Dengan demikian, dibutuhkan langkah-langkah efektif agar program ini sukses yang salah satunya menyediakan menu yang bergizi dan beragam, monitoring dan evauasi yang ketat, serta edukasi gizi yang sinergis. Program makan siang gratis adalah langkah awal yang menjanjikan. Namun, ini bukan solusi instan. Keberhasilan program ini bergantung pada kerja sama semua pihak: pemerintah, masyarakat, dan lembaga terkait. Dengan pendekatan yang terintegrasi, kita bisa memastikan masa depan anak-anak Indonesia yang lebih sehat, cerdas, dan penuh harapan.