Globalisasi adalah salah satu fenomena yang paling signifikan dan kontradiktif di zaman modern. Pada awalnya, globalisasi muncul berdasarkan gagasan progresif pembentukan masyarakat global yang terintegrasi, di mana arus faktor produksi dan produk jadi bergerak bebas. Persaingan global seharusnya merangsang aktivitas inovatif masyarakat dan menciptakan rangsangan alami untuk mempercepat kemajuan teknologi, yang juga dirangsang oleh pertukaran pengetahuan dan informasi internasional dan keterbukaan ilmu pengetahuan dan pendidikan. (Zankovsky, Bezbakh, Inshakova, & Rusakova, 2021).Â
Tidak hanya itu, globalisasi juga nyatanya berhasil meraut pola kehidupan individu atau masyarakat menjadi bagian-bagian kecil yang tak terduka. Sehingga konsekuensi dari adanya globalisasi, kini minim dirasakan karena kebanyakan masyarakat menikmati kelezatan globalisasi sebagai salah satu dinamika sosial yang berkembang dalam kehidupan sehari-hari tanpa menyaring apakah konsekuensi yang diterima bersifat positif atau negatif bagi lingkungan sosial dan budaya.
Selama ini, globalisasi terus meningkatkan kontak dan koneksi antara orang-orang di seluruh masyarakat baik dari lintas sosial, ekonomi, politik, pendidikan, teknologi dan budaya. Hal ini tentunya menjadi salah satu fokus kajian studi ilmu sosial dalam memahami dan mengidentifikasi segala bentuk dinamika sosial yang terjadi dalam lingkungan masyarakat.Â
Globalisasi sudah pasti merupakan bagian dari studi ilmu sosial yang keberadaannya menjadi perhatian penting karena melibatkan unsur-unsur berbagai perilaku manusia dan masyarakat didalamnya secara general. Hal tersbut dapat menunjukkan betapa besarnya peran ilmu sosial terutama ilmu sosiologi dalam mewadahi dan menganalisis apa saja yang menjadi konsekuensi dari adanya globalisasi dalam rautan studi ilmu sosial dalam perspektif sosiologi.
Dalam literatur dijelaskan bahwa Globalisasi telah menjadi fenomena besar yang mengubah begitu banyak aturan dan aspek dari jangka pendek menjadi jangka panjang. Fakta bahwa globalisasi menantang aspek-aspek alami dari mulai dari aspek sosial budaya, ekonomi, pendidikan, politik dan teknologi, membuat daya saing lebih maju karena begitu banyak ancaman besar dalam masyarakat internasional, pasar internasional, pembangunan, pendidikan dan integrasi. Globalisasi masing-masing memiliki dampak pada berbagai struktur yang terdapat dalam lapisan masyarakat dan memiliki kriteria dan konsekuensi yang berbeda.Â
Globalisasi saat ini melawan hukum sekarang dan masa depan dengan menertibkan dan mempertimbangkan institusi, nilai dan norma masyarakat secara global baru. Namun hal tersebut juga mengancam begitu banyak tantangan sosial-ekonomi hingga pendidikan yang memetakan masa depan masyarakat. (Benabed, 2022).
Dalam perspektif sosiologi sebagai bagian dari studi ilmu sosial, dijelaskan dalam buku Anthony Giddens dengan tema tentang globalisasi cukup untuk menjawab gejala yang direkam untuk studi selanjutnya dengan buku untuk diikuti. Konsekuensi globalisasi Sebelum Giddens mengemukakan pemikirannya tentang globalisasi, Giddens mengklarifikasi sesuatu tentang globalisasi. Baginya, globalisasi lebih dari sebuah era yang terbatas secara spasial dan temporal. Globalisasi tidak terbatas, tidak membatasi ruang dan waktu.Â
Menurut Giddens, globalisasi adalah bentuk kehidupan sosial atau organisasi yang muncul di Eropa sejak abad ke-17 dan telah memiliki pengaruh di seluruh dunia. Pengertian globalisasi dalam dimensi ruang dan waktu ini mempengaruhi pemikirannya tentang fenomena globalisasi.
Menurut Giddens, globalisasi mengubah kehidupan masyarakat. Jika globalisasi dimulai di Barat, itu akan sangat dibentuk oleh kekuatan politik dan ekonomi Amerika Serikat, dengan hasil yang sangat tidak proporsional, dan juga mempengaruhi negara lain. Dan globalisasi tidak hanya mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari, tetapi juga berbagai peristiwa di tingkat global.Â
Globalisasi memiliki dimensi ekonomi, politik, teknologi dan budaya. Lebih lanjut Giddens menunjukkan bahwa globalisasi terutama dipengaruhi oleh perkembangan sistem komunikasi yang dimulai pada akhir 1960-an. Giddens berpendapat bahwa globalisasi bukan hanya soal apa yang ada 'di luar sana', ia bergerak terpisah dari orang ke orang. Ini juga merupakan fenomena "di sini" yang mempengaruhi aspek intim dan pribadi dari kehidupan kita.
Menurut Giddens, kerangka konseptual konflik spatio-temporal mengarah pada hubungan yang kompleks antara peristiwa lokal dan interaksi jarak jauh. Dalam kondisi modern, tingkat kontradiksi ruang-waktu jauh lebih tinggi daripada di era sebelumnya, dan hubungan antara peristiwa lokal dan jauh lebih tegang.Â