Di sisi lain, Mead juga memperhitungkan faktor konflik dan status sosial dalam interaksi sosial. Kedua faktor tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap proses pemaknaan dan tindakan seseorang. Mead menyadari bahwa, seiring dengan terlibatnya manusia dalam aktivitas yang didalamnya terdapat konflik, dan kontradiksi internal yang memengaruhi perilaku. Mead menyebutkan bahwa, konflik interpersonal menggambarkan konflik antara Unsocialized will, nafsu, dorongan, dan sebagainya. Dengan keinginan signification group yang terinternalisasi. Terdapat beberapa faktor yang memeengaruhi perkembangan self, yang juga mempengaruhi konflik interpersonal diantaranya adalah posisi sosial. Seseorang dengan posisi tinggi cenderung memiliki harga diri atau self Esteem dan Citra Diri yang tinggi (self image). Selain memiliki pengalaman dan posisi sosial yang berbeda dari seseorang. Status social mempengaruhi mileu interaksional selain pandangan orang terhadapnya. (Haryanto, 2016)
Maka dari itu, tindakan sosial dianggap sebagai sesuatu keseluruhan yang berlangsung secara dinamis, tidak ada bagian dari keseluruhan tersebut yang dapat dibahas atau interpretasikan secara mandiri. Karena sebuah proses akan terorganisasi secara kompleks agar dapat diimplikasikan lewat setiap stimulus dan respon individual yang terlibat di dalamnya. Hal tersebut berhubungan dengan psikologi sosial yang bersifat behavioristic, karena berawal dari aktivitas yang dapat diamati, proses sosial yang berlangsung dinamis, serta pembentuk tindakan sosial yaitu elemen yang dapat dipelajari dan dianalisis secara keilmuan. Akan tetapi, psikologi sosial bukan bersifat behavioristik karena menghiraukan pengalaman batin individu, dan proses mental atas aktivitas tersebut. Psikologi sosial mempelajari aktivitas atau perilaku individu sebagai mana tempatnya dalam proses sosial, perilaku seseorang dapat dipahami melalui keseluruhan perilaku kelompok sosial. Yang mana dia adalah seorang anggota, karena tindakan individu tersebut terlibat di dalam tindakan sosial yang lebih besar dan melampaui dirinya, apabila mampu menginvestasikan anggota-anggota lain di kelompok tempat dia berada. (Mead, 2018)
Realitas ketergantungan ekonomi masyarakat terhadap bantuan subsidi yang diberikan oleh pemerintah di era pandemi covid-19, merupakan produk dari interaksi antar individu dengan kelompok sosial yang ada didalam kehidupan masyarakat. Rasa ketergantungan tercipta karena pemaknaan bantuan subsidi dari pemerintah dijadikan sebagai simbol harapan pemenuhan kebutuhan pokok secara berkala. Dalam teori interaksionisme simbolik disini, Â tindakan sosial merupakan 3 (tiga) unsur yang terdiri dari mind, self, and society. Ketiganya dapat memengaruhi satu sama lain dalam melihat gejala sosial, penafsiran simbol, komunikasi, dan tindakan yang hendak di ambil atau di putuskan. Seperti halnya masyarakat yang menganggap bantuan subsidi sebagai celah atau harapan dalam keberlangsungan hidup, akan sulit bertahan ketika bantuan subsidi harus terhenti. Terlebih apabila tidak memiliki pekerjaan, sumber daya manusia dan (alam), serta kreatifitaas untuk memanfatkan dan menggunakan alat produksi sebagai modal yang bisa dijadikan sandang pangan.
Khusnul Khofifah, Mahasiswa Pendidikan Sosiologi, FIS UNJ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H