Mohon tunggu...
Khusnul Hasanah
Khusnul Hasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Malang

Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penderita Disleksia Juga Bisa Berprestasi

28 Juni 2021   17:40 Diperbarui: 28 Juni 2021   17:47 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Otak merupakan organ tubuh yang memegang peran penting dalam kehidupan manusia. Otak memiliki fungsi mengendalikan gerak dan fungsi tubuh manusia, termasuk berbahasa. Tidak seluruh manusia di dunia ini memiliki fungsi tubuh yang normal, termasuk gangguan pada fungsi otak. Salah satu contohnya adalah disleksia.   

Disleksia merupakan gangguan pada proses belajar yang ditandai dengan kurangnya kemampuan membaca, menulis, dan mengeja. Penderitanya akan kesulitan mengidentifikasi kata-kata yang diucapkan. Disleksia ini sudah ada sejak lama dan umum ditemui dalam lingkungan masyarakat. Disleksia tak hanya terjadi pada anak-anak, orang dewasa pun dapat mengalami gangguan ini.   

Di lansir dari redaksi halodoc.com, terdapat beberapa faktor penyebab disleksia, antara lain: 

  • Riwayat disleksia atau penyakit gangguan belajar 
  • Bayi lahir prematur atau bayi lahir dengan berat badan rendah 
  • Bayi yang lahir dari ibu pengguna NAPZA, alkohol, rokok, dan lain-lain 
  • Memiliki kelainan pada struktur otak yang berperan dalam proses berpikir dan mengolah kata

Penyakit disleksia dapat di deteksi sejak dini dengan memperhatikan perkembangan belajar pada anak dan memeriksakannya ke dokter. Gejala umum penderita disleksia yang dapat di deteksi oleh orang tua adalah:  

  • Anak mengalami kesulitan dalam membaca, menulis, dan mengeja kata 
  • Perkembangan berbicara lambat daripada anak seusianya   
  • Kesulitan dalam memahami kata atau kalimat yang didengar 
  • Mengalami kesulitan dalam mengkoordinasi gerak tubuh 
  • Kesulitan dalam mengingat angka, huruf, dan warna

Pada buku yang berjudul "Disleksia: Deteksi, Diagnosis, Penanganan di Sekolah dan di Rumah" membahas terdapat tipe dan subtipe gangguan belajar. Tipe gangguan belajar menurut DJ Bakker (1985) secara garis besar dibagi menjadi dua:

  1. Tipe gangguan belajar yang disebabkan karena terganggunya pemrosesan informasi melalui telinga (auditif) 
  2. Tipe gangguan belajar yang disebabkan karena terganggunya pemrosesan informasi melalui mata (visual)  

Dikarenakan gangguan belajar dapat disebabkan oleh kondisi yang beragam, maka gejala yang ditimbulkan pun beragam pula. Berikut merupakan subtipe dari gangguan belajar:  

  1. Subtipe 1 adalah kelompok yang mengalami rendah kemampuan dalam membaca dan berpikir dengan kemampuan pandangan ruang. 
  2. Subtipe 2 adalah kelompok yang rendah pada kemampuan membaca dan kecepatan pemrosesan simbol. 
  3. Subtipe 3 adalah kelompok yang rendah pada kemampuan membaca namun mempunyai kemampuan normal pada kemampuan pandang ruang dan kecepatan pemrosesan simbol. Kelompok ini sering disebut kelompok murni disleksia. 
  4. Subtipe 4 adalah kelompok yang mengalami gangguan di berbagai kemampuan. 
  5. Subtipe 5 adalah subtipe yang paling banyak. Hampir setengah penyandang gangguan belajar merupakan subtipe ini. Subtipe ini sering disebut anak yang mengalami kesulitan membaca. Masalah utama yang terjadi adalah terganggunya atau kurangnya kemampuan fonologis pada anak.  

Meskipun disleksia merupakan gangguan pada proses belajar, namun hal ini tidak mempengaruhi kecerdasan penderitanya. Disleksia memang tidak dapat disembuhkan, namun dapat dilatih dengan terapi bahasa dan membaca. Selain itu, orang tua juga dapat melatih anak di rumah dengan sering membacakan cerita atau berlatih mengeja dan menulis. 

Tidak lupa, orang tua juga harus bekerja sama dengan guru di sekolah untuk membimbing anak agar semangat belajar dan tetap dapat memantau perkembangan anak selama di sekolahnya. Orang tua pun harus memberi semangat dan dukungan kepada anaknya agar ia percaya diri dengan keterbatasan kemampuan yang ia miliki.  

Dengan banyaknya pandangan buruk mengenai kekurangan yang dimiliki, penderita disleksia dapat membuktikan bahwa kekurangannya bukanlah hambatan untuk menjadi orang yang sukses. 

Contohnya saja seperti yang terjadi pada Muhammad Ali, ia adalah seorang petinju yang hebat dan melegenda asal Amerika Serikat. 

Banyak orang tidak mengetahui bahwa Muhammad Ali ketika duduk dibangku sekolah tidak bisa membaca buku pelajaran hingga ia menerima kata cemoohan. Meskipun ia mengidap disleksia dan kerap kali dikatai bodoh oleh guru-gurunya ketika sekolah, namun prestasi dalam bidang tinjunya sudah tidak diragukan lagi. Muhammad Ali telah mencetak banyak sekali prestasi hingga kancah dunia.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun