Mohon tunggu...
Dwi Khusnul Khotimah
Dwi Khusnul Khotimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Public Health S1 Student, Airlangga University, Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Langkah Efektif Kesehatan Masyarakat dalam Mencegah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

16 September 2024   21:58 Diperbarui: 16 September 2024   22:08 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus DBD di Indonesia selalu mengalami peningkatan dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang belum dapat ditanggulangi. Demam Berdarah Dengue atau biasa kita sebut DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk dari Genus Aedes teruma Aedes Aegypti. Penyakit DBD pada umumnya terjadi pada musim pancaroba. Masa pancaroba yang ditandai dengan perubahan musim dan kondisi lingkungan, sering kali mendukung perkembangan nyamuk Aedes Aegypti yang dapat meningkatkan risiko penularan DBD.

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) biasanya ditandai dengan gejala awal yaitu mendadak mengalami panas tinggi 2 sampai 7 hari ( 38C - 40C atau lebih ), batuk, pilek, mual, muntah, diare, badan lemah, tampak bitnik - bintik merah pada kulit seperti bekas gigitan nyamuk yang disebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler di tubuh. Tidak hanya itu saja, terkadang terjadi nyeri di uluh hati karena ada perdarahan di lambung, pembesaran hati, dan perdarahan di hidung. Dengan gejala yang signifikan tersebut menyebabkan penyakit DBD dapat memberikan dampak yang paling serius, yakni menyebabkan kematian.

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa pada 26 Maret 2024 kasus DBD di Indonesia dilaporkan mencapai 53.131 kasus. Sementara itu, kematian akibat DBD mencapai 404 orang. Kasus DBD kembali mengalami peningkatan pada pekan berikutnya sebanyak 60.296 kasus dengan angka kematian sebanyak 455 kasus. Peningkatan kasus DBD tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada sistem kesehatan dan ekonomi. Pada tingkat individu, DBD dapat mengancam nyawa terutama pada kelompok rentan, seperti anak-anak dan lanjut usia. Peningkatan kasus DBD juga dapat menimbulkan kekhawatiran dan kebingungan di tengah masyarakat, sehingga memengaruhi kualitas hidup dan kesehatan mental mereka.

Oleh karena itu, dibutuhkan langkah yang efektif untuk bisa mengurangi kasus DBD di Indonesia. Perlu diketahui bahwasannya kasus DBD ini tidak bisa dihilangkan secara total melainkan dapat dicegah penyebarannya. Hal ini dikarenakan belum adanya spesifikasi yang nyata mengenai penanganan untuk penyakit DBD, maka sangat dibutuhkan upaya untuk pengendalian faktor risiko penyebab terjadinya kejadian DBD. Dalam merealisasikan perencaan terkait pengendalian faktor risiko penyebab dari penyakit DBD, maka dibutuhkan peran seorang petugas kesehatan dalam menyosialisasikan terkait penyakit DBD yang dapat dicegah menggunakan ilmu kesehatan masyarakat.

Dimulai dengan menjaga lingkungan sekitar. Konteks dari menjaga lingkungan sekitar ini dikhusukan dalam pengurangan genangan air di lingkungan sekitar. Perlu diketahui bahwasannya pada beberapa wilayah, peningkatan kasus DBD dipengaruhi oleh curah hujan dan kelembaban udara. Bahkan pada beberapa kasus, puncak kejadian DBD terjadi pada puncak musim hujan. Oleh karena itu, dibutuhkan perencanaan yang matang dalam mengendalikan penyebaran penyakit DBD, khususnya di musim hujan.

Maka, perlu edukasi terkait menjaga lingkungan sekitar pada musim hujan yang diberikan tenaga kesehatan kepada penduduk Indonesia. Contohnya menguras atau membasuh tempat-tempat yang sering digunakan sebagai TPA (Tempat Pembuangan Akhir) seperti ember, bak mandi, bak penampungan air minum, dan wadah penampungan pada lemari es. Menutup rapat tempat penyimpanan air seperti kendi, drum, dan lain sebagainya. Serta yang terakhir kubur barang bekas yang sudah tidak terpakai yang berpotensi sebagai tempat tergenangnya air. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwasannya dalam menanggulangi penyebaran penyakit DBD tidak hanya cukup dengan kegiatan fogging saja. Namun, kegiatan efektif lainnya seperti pengedukasian kepada masyarakat terkait DBD juga merupakan penyongsong utama dalam penyelesaian masalah ini.

KATA KUNCI : DBD, Efektif, Indonesia, Penyebaran.

 Syamsir, Daramusseng A., 2018. Analisi Spasial Efektivitas Fogging di Wilayah Kerja Puskesmas Makroman, Kota Samarinda. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan, 1(2), pp. 1-7.

I Gede Willy Karya Mahardika, Made Rismawan , I Nengah A., 2023. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Perilaku Pencegahan DBD Pada Anak Usia Sekolah di Desa Tegallinggah. Jurnal Riset Kesehatan Nasional, 7(1), pp.51-57.

Tri Rini Puji L. 2024. Peningkatan Kasus Demam Berdarah Dengue di Masa Pancaroba. https://berkas.dpr.go.id/pusaka/files/isu_sepekan/Isu%20Sepekan---V-PUSLIT-Februari-2024-196.pdf [online]. (diakses tanggal 12 September 2024).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun