Walaupun Indonesia belum masuk golongan negara kaya, namun bangsa kita berada dalam kelompok 10 negara paling dermawan di dunia. Laporan tahun 2020 yang dilansir oleh Charities Aid Foundation (CAF) yang berkantor pusat di Inggris, Â Indonesia adalah salah satu negara Asia yang selalu masuk dalam kelompok 10 negara paling murah-hati selama dasawarsa terakhir.
Riset lapangan dilakukan oleh lembaga peneliti kelas dunia, Gallup World Poll terhadap 126 negara. Pertanyaan yang diajukan kepada responden di setiap negara guna menghitung skor kedermawanan terdiri atas 3 item yaitu apakah responden pernah/tidak pernah : 1. Menolong orang lain yang belum dikenal, 2. Memberi bantuan uang dan 3. Meluangkan waktu untuk orang lain. Skor nilai diperoleh dari prosentasi responden yang menyatakan pernah. Dari hasil riset Gallup,  CAF melaporkan bahwa skor kedermawanan tertinggi adalah Amerika  dengan perolehan 58 % , sedangkan skor paling rendah adalah China ( 16 % ).
Sepuluh negara yang tergolong paling dermawan di dunia ( dengan skor 50 % keatas ) sebagian besar ( 7 negara ) adalah negara-negara yang tergolong negara kaya yang pandapatan per kapitanya diatas 25 ribu US dolar ( Amerika, Selandia Baru, Irlandia, Inggris, Australia, Kanada dan Belanda) sedangkan yang 3 negara lainnya adalah  Srilanka, Myanmar dan Indonesia yang pendapatan per kapitanya masih dibawah 5 ribu US dolar.  Laporan CAF juga memberikan informasi bahwa 10 negara yang tergolong paling rendah tingkat kedermawanannya adalah Cina, Yaman, Palestina, Bulgaria, Kroasia,Yunani, Serbia, Lithuania, Montenegro, dan Rusia.
Menurut laporan tersebut tingkat kedermawanan tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin tapi ada perbedaan menurut kelompok umur. Â Tingkat kedermawanan laki-laki tidak banyak berbeda dengan perempuan sedangkan menurut kelompok umur terdapat perbedaan antar generasi dimana semakin tua kelompok umur semakin tinggi derajat kedermawanannya.
Untuk Kawasan Asia baru tiga negara yang tergolong paling dermawan yaitu Srilanka, Myanmar dan Indonesia. Namun dari tiga negara Asia ini trend kedermawanan Indonesia menunjukkan kenaikan yang nyata sedangkan Myanmar dan Srilanka cenderung menurun. Pada tahun 2018, skor Indonesia bahkan lebih tinggi daripada Myanmar dan Sri Lanka ( skor Indonesia mencapai %59%, sedangkan Myanmar dan Srilanka masing-masing 54% dan 45 %).
 Lebih lanjut CAF melaporkan bahwa  dilihat dari laju peningkatan kedermawanan, selama sepuluh tahun terakhir terdapat sepuluh negara di dunia dengan laju peningkatan kedermawanan yang paling tinggi. Indonesia termasuk di dalamnya.
Agama, Pemerintah dan Budaya.
CAF mensinyalir bahwa tingkat kedermawanan yang tinggi di Indonesia ada hubungannya dengan faktor keagamaan (kebiasaan membayar zakat) dan faktor pemerintah (dibentuknya Lembaga resmi Basnaz). Namun bila hanya faktor agama dan peranan pemerintah saja yang ditengarai sebagai penyebab tingginya rasa kedermawanan bangsa Indonesia, negara mayoritas berpenduduk Islam seperti Malaysia dan Arab Saudi mestinya berada di kelompok 10 paling dermawan. Peranan pemerintah Saudi dan Malaysia dalam menggalakkan program-program sosial bagi rakyatnya tidak kalah dengan Indonesia. Dengan demikian tentu ada faktor lain yang ikut berkontribusi dalam menumbuhkan kedermawanan bangsa Indonesia.
Hasil riset kolaborasi Universitas Lubeck Jerman dengan Universitas North Western Illinois Amerika dan Universitas Zurich Swiss yang dimuat dalam jurnal bergengsi Nature edisi 11 Juli tahun 2017 membuktikan adanya hubungan yang erat antara perilaku kedermawanan dengan perasaan bahagia.
Rasa bahagia setelah melakukan kebaikan adalah fenomena universal dimana setiap orang bisa merasakannya. Namun untuk budaya bangsa Indonesia yang didominasi oleh budaya Jawa dan nilai-nilai agama, bersedekah dan bersyukur merupakan elemen perasaan yang kuat menimbulkan rasa bahagia. Perasaan bahagia inilah yang mendorong kedermawanan bangsa kita.Â
Sampai sekarang tradisi upacara selamatan dengan biaya besar diseantero pelosok Indonesia adalah perwujudan dari rasa bersyukur dan keinginan berbagi. Tingginya tingkat kedermawanan bangsa Indonesia pada hakekatnya ada hubungannya dengan watak dasar bangsa Indonesia yang suka menolong dan budaya gotong royong. Walaupun pendapatan per kapita Indonesia belum tinggi, bangsa kita terkenal sebagai bangsa yang murah senyum dan suka memberi. Kegemaran berbelanja selain untuk diri sendiri juga dipandang sebagai suatu kelaziman berbagi oleh-oleh untuk pihak lain ( keluarga, kerabat dan para sahabat).
Kebiasaan suka memberi, menolong dan budaya gotong royong inilah harta pusaka kita yang paling berharga sebagai suatu bangsa yang jumlah penduduknya besar dengan  semua keragaman dan perbedaannya. Aset inilah  yang harus selalu kita pelihara bersama agar  kita tidak jatuh ke jurang perpecahan antar kelompok dan perang saudara seperti di Irak, Suriah, Sudan dan beberapa negara di Amerika Latin yang rakyatnya sengsara akibat perang saudara yang berlarut-larut sampai hari ini.Â