Pengalaman Bersama JNE
Semenjak pindah rumah ke Jakarta, keperluan rumah tangga seperti bola salju. Semakin bermunculan berbagai kebutuhan yang "menuntut" untuk segera ada. Mulai dari barang-barang berukuran besar hingga berbagai printilan seperti lemari pakaian, meja kursi, rak buku, kerey tirai bambu, hingga mainan anak.
Imbas pandemi (2020-2022), berbelanja di lokapasar (e-commerce) menjadi sebuah kebiasaan. Hal demikian tentunya sangat membantu saya ketimbang harus ke tokonya langsung.
Saya pribadi menggunakan jasa JNE sudah satu dekade lamanya sejak 2014. Awal mulanya, lokasi tempat kerja saya bersebelahan dengan kantor JNE cabang Ngaliyan, Semarang. Hingga kini saya masih menggunakan jasa ekspedisi JNE karena sama sekali belum (tidak) pernah dikecewakan sejak tinggal di Semarang hingga kini tinggal di kota metropolitan.
Saya dan keluarga besar telah mempercayakan JNE untuk pengiriman berupa makanan, obat-obatan, kado ulang tahun dan pernikahan, hingga berbagai dokumen atau barang penting seperti STNK, KTP, SIM, plat dan knalpot sepeda motor, laptop, bahkan kartu pemilih pada pemilihan umum pilihan presiden 2024.
Keluarga saya di kampung halaman tidak terlalu besar namun tinggal tersebar di berbagai daerah seperti Cilacap, Jakarta, Bogor, Semarang, Kendal, Banjarnegara dan Pekalongan. Mendatangi agen atau kantor cabang JNE terdekat dari tempat tinggal menjadi kebiasaan keluarga kami untuk saling berkirim paket.
Jika berupa makanan atau oleh-oleh yang beratnya selalu lebih dari 5 kilogram, maka kami cukup menghubungi kurir JNE untuk menjemput barang. Hingga lama- kelamaan keluarga kami selalu mempercayakan kurir tersebut untuk meminta bantuan terkait ekspedisi. Jika ada promo atau diskon, kurir selalu mengabari. Hal demikianlah yang menjadikan kami sangat membutuhkan jasa ekspedisi yang amanah.
Ada secuil cerita, pada suatu waktu saya pernah ditelfon pihak ekspedisi berkaitan dengan makanan yang dikirim. Meskipun sekadar mengirimkan camilan tape ketan bungkus daun pisang, itu mengobati rasa rindu makanan buatan ibu di kampung halaman.
Kembali pada telfon tadi, pak kurir menyampaikan bahwa tape dalam kondisi rembes dan basah sekaligus menanyakan apakah paket tersebut akan tetap diterima atau bagaimana.
Akhirnya, saya tetap meminta paket tersebut diantar ke rumah dan minta tolong untuk dilapisi kantong plastik lagi agar tidak rembes saat diantar.
Kejadian tersebut murni kelalaian saya dan keluarga yang kurang memperhatikan keamanan dan keselamatan paket. Padahal sudah disiasati dengan dilapisi plastik dan dikirim pada saat pembuatannya dengan harapan sampai di Jakarta belum matang sempurna.