Mohon tunggu...
Khusnul Kholifah
Khusnul Kholifah Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dan Pendidik

Pencinta literasi sains, parenting, dan kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Peran Perempuan Menuju Net Zero Emission 2060, Dimulai dari Level Rumah Tangga

20 Juni 2024   18:11 Diperbarui: 20 Juni 2024   18:42 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perubahan iklim serta dampak terhadap lingkungan menjadi salah satu isu global yang harus segera diatasi. Perubahan iklim ini merujuk pada perubahan jangka panjang suhu dan pola cuaca yang biasanya disebabkan oleh kegiatan manusia terutama pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam.

Bahan bakar fosil tersebut memproduksi karbon dioksida. Pembakarannya yang berlebih memengaruhi perubahan iklim hingga mengurangi kualitas lingkungan. Dikutip dari kompas.id, per 2023, Indonesia memasuki 10 besar emiten karbon tertinggi di dunia. Dua per tiga dari bauran energi kita berasal dari batu bara, sumber paling kotor dari segi emisi karbon.

Alhasil, kondisi tersebut meningkatkan potensi bencana seperti kekeringan, berkurangnya sumber air bersih, krisis pangan, cuaca ekstrem, banjir, badai, tenggelamnya pemukiman tepi pantai, perubahan rantai makanan, hingga kerusakan alam.

Sudah menjadi hal yang sering kita dijumpai manakala pada suatu wilayah di Indonesia terjadi hujan lebih deras sedangkan di beberapa wilayah lain berada pada pusaran iklim yang lebih kering. Hal demikian merupakan salah satu efek dari gas rumah kaca yang menyebabkan siklus hidrologi berputar lebih cepat.

Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi (BRIN) Didi Satiadi dalam Bincang Sains "Waspada Cuaca Ekstrem" pada 2022 menyampaikan bahwa cuaca ekstrem sebenarnya adalah fenomena yang normal. Akan tetapi, fenomena ini cenderung meningkat intensitasnya akibat perbuatan manusia.

Transisi Energi Berkelanjutan Menuju Net Zero Emission (NZE) 2060

Adapun Energi Baru Terbarukan (EBT) atau Renewable Energy merupakan sumber energi yang dihasilkan dari sumber-sumber alam yang dapat terus menerus diperbaharui tanpa merusak lingkungan. EBT dapat berasal dari (1) tenaga air, (2) energi matahari, (3) tenaga angin, (4) energi panas bumi, (5) biomassa, dan (6) energi ombak.

Sumber EBT sebagai energi berkelanjutan berasal dari sumber daya alami yang memiliki ketersediaan tergolong melimpah di Indonesia. EBT yang ramah lingkungan tidak menghasilkan emisi karbon atau polusi. Tidak bergantung pada bahan bakar fosil yang terbatas dan menimbulkan pencemaran.

Diperlukan berbagai strategi meliputi penggunaan EBT dalam mewujudkan NZE atau Emisi Nol Bersih pada tahun 2060 di Indonesia. Target ini mengacu pada pencapaian keseimbangan keseluruhan antara emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dan emisi gas rumah kaca yang dikeluarkan dari atmosfer. Hal demikian berarti menunjukkan kondisi di mana emisi karbon yang dihasilkan tidak melebihi kapasitas penyerapan bumi.

Pemerintah Indonesia menerapkan lima prinsip utama untuk mengurangi jejak karbon dan mencapai NZE meliputi (1) peningkatan pemanfaatan EBT, (2) pengurangan energi fosil, (3) penggunaan energi listrik di sektor transportasi, (4) peningkatan pemanfaatan listrik di rumah tangga dan industri, dan (5) pemanfaatan Carbon Capture and Storage (CCS).

Untuk mencapai NZE diperlukan sebuah transisi dari sistem energi yang digunakan sekarang ke sistem bersih guna mencapai kondisi seimbang antara aktivitas manusia dengan keseimbangan alam.

Program yang populer setelah pelaksanaan Paris Climate Agreement pada tahun 2015 ini berupaya untuk menekan pencemaran lingkungan yang berpotensi mengakibatkan terjadinya pemanasan global.

Ketersediaan EBT yang melimpah di Indonesia menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk mencapai program NZE. Namun, tidak dapat dipungkiri pula bahwa proses transisi penggunaan energi fosil ke energi EBT akan memunculkan berbagai tantangan dan dampak.

Diperlukan proses transisi energi adil yang tidak sekadar menurunkan emisi karbon. Mitigasi energi yang tidak mempertimbangkan kemampuan adaptasi lingkungan akan memunculkan persoalan atau masalah baru. Sebagaimana dikutip dari Koran Tempo, polusi pencemaran dari salah satu PLTU di wilayah Jawa berdampak negatif pada para nelayan karena tidak dapat mencari ikan akibat polusi pencemaran air yang cukup tinggi.

Upaya ini harus tetap memperhitungkan dampak-dampak yang akan muncul dari proses transisi tersebut pada berbagai sektor. Upaya dengan pendekatan pencegahan baik dari sisi ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Kontribusi Nyata Perempuan Menuju Emisi Nol Bersih

Benarkah peran perempuan tak banyak disebut dalam upaya transisi EBT?

Padahal sebenarnya perempuan memiliki peran besar dalam pemanfaatan energi dari skala terkecil hingga besar. Hal demikian didukung dengan adanya Oxfam yakni gerakan masyarakat global yang saling bekerja sama memerangi kesenjangan untuk mengakhiri kemiskinan dan ketidakadilan.

Oxfam dan Transisi Energi Adil merupakan dua hal yang saling berkaitan dalam upaya pengurangan dampak perubahan iklim. Selain itu, energi adil juga merujuk pada upaya mengurangi kesenjangan dan ketimpangan yang selama ini terjadi. Karena adil bukan sekadar menurunkan emisi karbon.

Pada kenyataannya, pada perempuan kelompok rentan (rawan bencana, "terjebak" budaya patriarki, dan sebagainya) merasa terancam oleh situasi perubahan iklim yang sangat berdampak terhadap kehidupan.

Oxfam di Indonesia memiliki visi dunia yang adil dan berkelanjutan. Salah satu kiprahnya yakni membimbing dan mengedukasi perempuan kelompok rentan contohnya petani atau nelayan perempuan agar tetap produktif di tengah isu global.

Dengan demikian, perempuan bisa menjadi semakin terdorong memanfaatkan EBT, mengetahui cara mengakses energi bersih dan terbarukan, serta dapat menggunakan EBT yang berkeadilan, mudah, aman, dan juga mendukung kelestarian lingkungan. Selain itu, agar perempuan turut memperluas informasi seputar pelestarian lingkungan serta dampak jangka panjang penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan.

Optimalisasi Penggunaan Energi Terbarukan di Level Rumah Tangga

Perempuan dapat berkontribusi terhadap pengurangan emisi melalui langkah-langkah praktis yang memberikan dampak positif diantaranya mengurangi jejak karbon di lingkungan rumah tangga.

Melalui tindakan-tindakan kecil ini, perempuan dapat turut menciptakan perubahan besar untuk masa depan yang lebih bersih. Hal demikian menjadi salah satu upaya untuk memberikan kontribusi nyata bagi lingkungan dan perubahan iklim global.

Pentingnya menyadari bahwa terdapat industri atau produsen berbagai sektor yang membutuhkan bahan baku fosil dalam skala cukup besar serta menghasilkan emisi karbon selama proses pembuatan dan mobilitasnya.

Sehingga inilah yang menjadi alasan bahwa rumah tangga menjadi pintu masuk upaya reduksi dan diversifikasi energi krisis iklim.

Sejalan dengan prinsip utama pemerintah, berikut beberapa kontribusi nyata perempuan pada level rumah tangga.

1. Penggunaan goodie bag ketika berbelanja di pasar atau menyampaikan hantaran. Tas ini bisa digunakan secara berulang dan cukup awet.

Goodie bag | sumber : dokpri
Goodie bag | sumber : dokpri

2. Cobek terbuat dari tanah atau batu alam sebagai selingan blender.

Cobek batu | sumber : dokpri
Cobek batu | sumber : dokpri

3. Penggunaan kipas anyaman bambu ketika kipas angin atau pendingin ruangan dimatikan (AC).

Kipas anyaman bambu | sumber : dokpri
Kipas anyaman bambu | sumber : dokpri

4. Pemanfaatan angin dan energi matahari saat menjemur pakaian.

5. Bertanam sebagai kegiatan penghijauan dan ketahanan pangan keluarga.

Bibit tanaman tomat | sumber : ig Britania Sari
Bibit tanaman tomat | sumber : ig Britania Sari

6. Penggunaan pupuk organik yang ramah lingkungan dan mudah terurai.

Penggunaan pupuk Organik Cair | sumber : dokpri
Penggunaan pupuk Organik Cair | sumber : dokpri

7. Penggunaan transportasi umum dapat mengurangi jejak karbon bila dibandingkan dengan penggunaan kendaraan pribadi, selain menghindari kemacetan.

8. Mengurangi penggunaan tisu. Sama halnya dengan kertas, merupakan salah satu industri yang paling boros energi yang menempati peringkat 4 di dunia.

9. Pemilahan sampah sesuai jenisnya agar tidak mencemari lingkungan.

Tempat sampah sesuai jenisnya | sumber : dokpri
Tempat sampah sesuai jenisnya | sumber : dokpri

10. Bijak menggunakan peralatan elektronik. Sebagai upaya penghematan energi dengan mengoptimalkan penggunaan lampu dan perangkat elektronik.

11. Mengurangi penggunaan kemasan plastik, kertas, dan styrofoam. Membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai di alam. Maka, hindari botol minum kemasan plastik sekali pakai. Sehingga saat bepergian bisa membawa botol minum sendiri dari rumah.

sumber : human initiative
sumber : human initiative

*****

Oleh sebab bahan bakar fosil terbentuk dalam waktu jutaan tahun lamanya, maka pemanfaatannya pun harus dilakukan secara bijak dan bertanggung jawab.

Dalam upaya mengatasi krisis iklim serta reduksi jejak karbon diperlukan kesadaran manusia akan pentingnya menjaga keseimbangan alam demi menyelamatkan kehidupan. Mengingat jejak karbon juga berakibat pada pencemaran lingkungan tanah dan air selain debu, asap rokok, dan asap pembakaran sampah.

Turut serta melibatkan peran perempuan dalam mewujudkan energi terbarukan yang tidak bergantung pada bahan bakar fosil. Karena pemanfaatannya bukan sekadar untuk memenuhi keperluan pribadi, akan tetapi juga untuk kelangsungan hidup manusia. Disamping itu, untuk menjamin kesehatan keluarga serta kesejahteraan kolektif dalam lingkungan bermasyarakat.

Tiga puluh enam tahun lagi menuju 2060, atau bahkan lebih awal untuk bersama merealisasikan emisi nol bersih. Dimulai dari lingkup terkecil misalnya dari level rumah tangga yang berdampak pada perubahan besar.

Partisipasi publik juga memegang peranan penting sebagai elemen kunci dalam transisi energi yang adil di Indonesia. Kerja sama kolaboratif dan inklusif berupa aksi-aksi nyata dapat menghasilkan manfaat bagi kehidupan umat manusia.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun