Dengan demikian, anak mampu mengungkapkan gagasan (isi hati) kepada orang tua. Karena tak jarang selama ini masih banyak didapati hubungan yang tidak harmonis antara orang tua dan anak lantaran ketiadaan komunikasi baik yang intens dan kontekstual.
2. Menyediakan fasilitas penunjang minat dan bakat anak.
Orang tua berusaha untuk mendukung dengan sepenuh hati misalnya pada ketertarikan anak di bidang kesenian, sains, olah raga, tata boga, fashion, dan sebagainya. Sebagai sarana penunjang, orang tua dapat menyediakan fasilitas untuk menyalurkan hobi atau ketertarikannya dengan bebas.
Misalnya, orang tua membimbing anak menemukan minatnya sejak kecil dengan mencoba berbagai hal seperti bermain bulu tangkis, berenang, bermain catur, berkebun, dan sebagainya. Fasilitasi yang ia minati agar ia semakin berkembang secara mandiri.Â
Apabila berbenturan dengan kondisi finansial orang tua, maka bisa ditempuh dengan cara sederhana. Misalnya, orang tua yang memiliki keterampilan berenang bisa melatih anak belajar renang tanpa mengikuti les yang mengeluarkan biaya.
3. Memberi kesempatan anak menentukan pilihannya sendiri.
Sebagai contoh, sejak kecil anak dibiasakan untuk memilih pakaiannya sendiri. Semakin bertambah usianya, bebaskan anak memilih hobi yang paling ia sukai. Tugas orang tua mendukung apapun yang anak lakukan selama itu positif.
Hal ini bertujuan agar anak bisa mengembangkan keterampilan dalam pengambilan keputusan dan rasa percaya diri yang terus meningkat. Sehingga pada usia remaja menjelang dewasa, anak juga bisa menentukan gambaran masa depan misalnya jenis pekerjaan seperti apa yang tepat baginya.
4. Hadir memberi support setiap kali anak mengikuti ajang lomba.
Kehadiran orang tua menjadi mood booster bagi anak. Pada event tertentu, ada kalanya orang tua bisa dengan leluasa hadir untuk memberikan dukungan pada anak.Â
Dalam proses eksplorasi identitas dirinya, ia merasa diakui keberadaannya serta dihargai oleh orang tuanya. Sehingga ia akan semakin semangat mengasah potensinya tersebut.