Kesehatan mental atau jiwa meliputi kesehatan pikiran, emosional, dan spiritual.
Pertama, kesehatan pikiran. Seorang muslim yang sedang berpuasa harus senantiasa menjaga akal pikirannya agar memiliki kesadaran sepenuhnya dalam menjalankan ibadah. Dengan demikian, akan bertumbuhlah kesadaran dalam hatinya untuk mengisi hari-hari puasanya dengan kegiatan kebajikan. Sehingga di sini pikiran dan hati saling terkoneksi.
Pikiran yang tenang merupakan jembatan penghubung seseorang untuk melaksanakan ibadah dengan penuh suka cita. Mengingat setiap kehidupan pasti ada persoalan, namun saat mencoba menghadapinya dengan pikiran tenang mengingat Allah SWT, diharapkan beban yang nampaknya berat menjadi terasa ringan karena sugesti pikiran kita ikhlas melewatinya.
Kedua, kesehatan emosional. Inilah letak pembeda antara laparnya orang yang sedang berpuasa dengan orang yang telat makan.
Dengan berpuasa, seorang muslim belajar untuk mengelola emosinya, menahan amarahnya, serta menahan lapar dan dahaganya sebagai wujud kepatuhan kepada syariat karena diawali dengan niat. Sedangkan orang yang lapar karena telat makan tidak menutup kemungkinan karena jadwal makannya yang terabaikan.
Ketiga, kesehatan spiritual. Spiritual atau rohani (batiniah) erat kaitannya dengan keyakinan seseorang dalam hubungannya terhadap Sang Pencipta. Sedangkan kesehatan spiritual merujuk pada tindakan individu dalam menjalankan hubungannya terhadap Sang Khalik melalui kegiatan peribadatan (keagamaan).
Di bulan suci Ramadan ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amalan saleh seperti memperbanyak tadarus Al-Qur'an dan bersedekah.
Dengan demikian, sebagai upaya upgrade diri untuk mencapai kesehatan mental di bulan Ramadan, seseorang dapat memulainya dengan mengupayakan salat tepat waktu, rutin murojaah Al-Qur'an, dzikir pagi dan petang, membaca buku, mendengarkan kajian, menghadiri majelis ilmu, mengelola amarah, membenahi akhlak, memperdalam ilmu agama, dan mendekatkan diri dengan nilai-nilai Islam.
Kesehatan Sosial
Lingkungan sosial merupakan lingkungan kedua setelah keluarga. Di mana setiap muslim tinggal, di situlah ada kehidupan bertetangga, bahkan juga orang asing sekalipun.
Suasana tempat tinggal dalam menyambut Ramadan turut andil dalam keberlangsungan menjalankan ibadah puasa. Lingkungan yang bersih, aman, nyaman, dan tenteram menjadikan support system utama kesehatan sosial.