Mohon tunggu...
Khusnul Kholifah
Khusnul Kholifah Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dan Pendidik

Pencinta literasi sains, parenting, dan kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Fenomena "Waithood" pada Generasi Sandwich

12 Februari 2024   17:49 Diperbarui: 13 Februari 2024   17:28 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menikah. (Sumber: Freepik)

Seseorang yang memutuskan untuk menunda menikah atau “waithood” tentunya memiliki beragam alasan. Beberapa alasan yang sering dijumpai di lingkungan masyarakat seperti: 

(1) menjadi tulang punggung keluarga, (2) fokus bekerja dan mengejar karier, (3) melanjutkan pendidikan, (4) ketakutan atau trauma masa lalu akibat KDRT dan perceraian, (5) belum menemukan pasangan yang tepat, dan sebagainya.

Dari kesekian alasan tersebut, dalam tulisan ini penulis akan membahas tentang pengaruh keputusan seseorang yang menjadi tulang punggung keluarga untuk menunda menikah. Seseorang yang menanggung beban finansial keluarga erat kaitannya dengan istilah sandwich generation atau generasi sandwich.

Di era milenial ini istilah generasi sandwich sepertinya sudah tidak asing bagi masyarakat. Generasi ini tidak serta merta langsung kita anggap sepenuhnya merugikan. Mengingat kebanyakan para generasi sandwich tidak menginginkan kondisi dan posisi tersebut sehingga berjuang keras untuk memutus mata rantai generasi ini.

Adapun salah satu contoh yaitu rekan kerja suami penulis, sebut saja namanya Pak Ardi. Pak Ardi yang diusianya sudah menyentuh kepala empat, namun belum juga kunjung menikah. 

Penulis pernah beberapa kali bertemu dengan Pak Ardi saat ada acara family gathering kantor suami dan pada kesempatan lain. Sosok Pak Ardi berdasarkan pengamatan langsung dan cerita dari suami penulis dapat digambarkan memiliki kepribadian yang ramah, periang, dan dewasa.

Menikah atau belumnya rekan kerja di kantor sebenarnya bukanlah urusan kami. Namun yang menarik, ternyata di balik sosok Pak Ardi ada secercah kisah yang begitu menginspirasi penulis dan suami. Adapun pada suatu momen, salah satu rekan kerja yang lain bercerita kepada suami penulis tentang latar belakang Pak Ardi.

Di usia Pak Ardi yang lebih dari 40 tahun ternyata menyimpan kisah haru dan inspiratif. Cerita tersebut disampaikan oleh sesama rekan kerja kantor yang berasal dari daerah yang sama dengan Pak Ardi bahkan kenal dekat dengan keluarganya. Pak Ardi adalah anak pertama dari keluarga yang sangat sederhana di sebuah desa.

Pak Ardi merupakan sosok yang begitu berjasa terhadap adik-adiknya. Riwayat pekerjaannya di masa lalu adalah seorang freelancer. Apapun tawaran pekerjaan yang menghampiri, dia terima kala itu. 

Ibaratnya, masa muda Pak Ardi digunakan untuk membanting tulang demi memenuhi kebutuhan keluarganya meliputi orang tua dan adik-adiknya.

Singkat cerita, ternyata salah satu adik Pak Ardi adalah seorang TNI. Tentunya, perjuangan sang adik untuk menjadi seorang TNI tidak terlepas dari perjuangan sang kakak. Selain itu, saat ini adik-adik Pak Ardi ternyata sudah pada menikah.

Salah satu prinsip Pak Ardi yang begitu menginspirasi adalah tekad beliau untuk menyekolah kan adik-adiknya hingga perguruan tinggi. Dia ingin adik-adiknya mapan. 

Tanpa disadari bahwa Pak Ardi telah “melupakan” dirinya sendiri demi keluarganya. Kondisi tersebut berimbas pada usianya yang kini bisa dianggap sudah matang, namun belum juga ke pelaminan.

Pak Ardi yang dulu adalah sosok pekerja keras yang memiliki etos kerja tinggi, kegigihan tinggi, dan bermental baja. Terbukti bahwa dirinya sudah pernah keliling pulau-pulau di Indonesia bahkan hingga ke luar negeri dengan bekerja “serabutan”.

Pak Ardi yang kini telah lega melihat adik-adiknya sudah “mentas”. Bahkan Pak Ardi pun kini juga sudah memiliki pekerjaan tetap di kota metropolitan. Hal tersebut tidak terlepas dari ikhtiarnya dan doa dari orang tua serta adik-adiknya.

Dari secuil kisah perjalanan panjang Pak Ardi yang bisa dikatakan sebagai seorang generasi sandwich, ternyata menyimpan banyak pesan bermakna yang patut penulis apresiasi.

Pertama, keinginan Pak Ardi untuk mengentaskan pendidikan adik-adiknya secara tidak langsung merupakan tindakannya untuk memutus rantai generasi sandwich. Agar tidak terulang di masa depan, bahkan hingga dirinya “merelakan diri” untuk berjuang keras memenuhi kebutuhan orang tuanya yang sudah sepuh dan membiayai pendidikan adik-adiknya.

Kedua, niat ikhlas Pak Ardi mengantarkan adik-adiknya menuju pintu gerbang kesuksesan. Hal demikian menjadi pertanda bahwa ikhtiarnya selama ini berbuah manis. Pak Ardi mencoba menempatkan orang tua dahulu sebagai prioritas sebelum menikah. Bahkan mampu memandirikan adik-adiknya untuk memutus generasi sandwich.

Ketiga, keputusan menunda menikah oleh Pak Ardi ternyata bukan tanpa alasan. Secara tidak langsung, dia memikirkan pertimbangan kehidupan pasca pernikahan. Agar pasangannya kelak tidak akan merasa “terbebani” karena kondisi dirinya sebagai generasi sandwich. 

Maka, di usianya sekarang yang memiliki pekerjaan tetap dan bisa dibilang mapan, sepertinya sudah waktunya Pak Ardi untuk mengambil keputusan untuk “segera” menikah.

Pak Ardi adalah satu dari sekian generasi sandwich yang mencari jalan keluarnya dengan cara mempersiapkan diri versi terbaiknya. Doa kami semoga Pak Ardi dimudahkan dalam menemukan jodohnya serta senantiasa dalam kesehatan dan kebahagiaan.

*****

Kembali lagi bahwa tujuan orang menikah bukan sekadar memperbanyak keturunan. Namun, dalam proses pemilihan pasangan berdasarkan kriteria masing-masing terselip harapan untuk bisa mewujudkan komitmen dan tanggung jawab bersama dengan pasangan hidup kelak.

Dengan demikian, jika alasan menunda menikah karena posisi seseorang sebagai generasi sandwich, sebaiknya menjadikan motivasi untuk bekerja lebih keras, berkomunikasi dengan keluarga apabila kondisi finansial belum baik, dan terus melangkah sembari mempersiapkan diri sebelum memutuskan untuk menikah.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun