Kini sang ibu kesepian. Tiada lagi tingkah lucu dan "menyebalkan" buah hatinya. Semua tinggal kenangan.
Namun, sang ibu harus bangkit. Ibu berhak bahagia dan pulih dari lukanya. Walaupun tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Jika dibiarkan larut dalam kesedihan maka akan berimbas pada hari-harinya yang akan dilewati. Jangan sampai berujung pada depresi. Naudzubillahimindzalik.
Lebam-lebam di tubuh akibat KDRT yang dialami bisa jadi sudah tidak ada. Namun luka batin masih ada. Dibutuhkan pendampingan kondisi ibu bukan sekadar satu hingga dua minggu bahkan bisa bertahun-tahun hingga sang ibu benar-benar bisa "move on" dan bangkit berdiri tegak tidak terlarut dalam kesedihan dan trauma berat masa lalunya.
Trauma yang ibu rasakan harus bisa disembuhkan karena berdampak pada produktivitasnya saat kembali bekerja, tidak semangat menjalani hari-hari, mudah melamun dan bahkan bisa saja tidak nyambung jika sedang diajak bicara, dan sebagainya. Maka ibu harus berusaha mengelola pikiran yang mengganggu dan berdamai dengan diri sendiri untuk menghadapi trauma yang dialami.
Urgensi Kepekaan Sosial
Dari hasil riset dan pengalaman praktik psikologi, faktor terbesar yang mendukung pemulihan kondisi sang ibu adalah dukungan sosial meliputi keluarga dan kerabat dekat, teman, rekan kerja, dan tetangga terdekat yang memungkinkan jalinan sosialisasi intens dengan korban, dan bahkan orang asing sekalipun.
Kepekaan sosial secara sederhana dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara cepat dan tepat terhadap objek atau situasi sosial tertentu yang ada di sekitarnya.Â
Dalam hal ini kepekaan berupa dukungan sosial kepada korban meliputi empati, kepedulian, perhatian, dorongan untuk bangkit dari kesedihan, sekadar berbagi makanan, memberi nasihat atau saran, dan masih banyak lagi.
Oleh karena pentingnya kepekaan sosial ini terhadap pemulihan kondisi korban KDRT sekaligus ibu dari anak-anak korban pembunuhan, maka ada 4 hal penting yang patut menjadi perhatian dan dilaksanakan sebagai bentuk dukungan sosial, diantara :
Pertama, Jangan biarkan ibu sendirian, supaya tidak sering melamun misalnya. Agar dia tidak merasa sendirian dengan luka itu. Korban KDRT mempunyai risiko gangguan stres pasca trauma. Perlunya ditemani, didampingi, dan didukung oleh teman, tetangga, dan keluarganya karena pasangan sudah tidak bisa "diharapkan" lagi untuk turut mengobati mental illness yang dideritanya.