Berdasarkan data dari aqi.in di atas, tinggi dan rendahnya skor AQI juga dipengaruhi oleh cuaca. Skor AQI satu wilayah pada hari jumat lebih rendah karena turun hujan lebat. Sedangkan skor AQI pada hari Kamis lebih tinggi karena turun hujan tidak merata. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hujan memiliki pengaruh terhadap polusi udara karena hujan dapat mendorong sebagian besar partikel polusi.
Jakarta pernah berada pada skor AQI kisaran 151-200 beberapa bulan lalu hingga kota ini pernah menjadi kota dengan kualitas udara terburuk di dunia. Sebagai warga Jakarta, baik warga asli atau tetap maupun warga domisili alangkah baiknya bersama-sama berkolaborasi dengan pemerintah kota maupun provinsi (pemprov dan pemkot) Jakarta untuk mewujudkan kota Jakarta yang asri.
Berbagai upaya dan kebijakan telah dilakukan oleh pemprov bekerjasama dengan dinas perhubungan kota Jakarta diantaranya sistem kerja hibrida yakni pemberlakuan sistem kerja Work From House (WFH) dan Work From Office (WFO), penerapan tarif parkir tinggi pada kendaraan bermotor yang tidak lolos uji emisi, mengganti armada Transjakarta dengan bus listrik, serta memaksimalkan layanan transportasi yang terintegrasi untuk menurunkan penggunaan kendaraan pribadi.
Kualitas udara di perkotaan memang jauh dari kata bersih. Pada situasi Jakarta terkini, maka pentingnya masyarakat untuk tetap pakai masker ketika berada di ruang publik serta menjaga pola makan dengan baik. Ada baiknya menggunakan pemurni udara di dalam rumah. Dan yang tidak kalah penting, pantau terus kualitas udara melalui aplikasi AQI yang beberapa sudah penulis sebutkan tadi sebelum bepergian. Jika kualitas udara buruk dan mengandung banyak polutan maka kesehatan bisa terancam. Semoga kondisi kualitas udara di Jakarta semakin stabil sehingga bisa kembali beraktivitas di luar ruangan tanpa batasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
