Mohon tunggu...
Khusnul Kholifah
Khusnul Kholifah Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dan Pendidik

Pencinta literasi sains, parenting, dan kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Si Kecil Sembuh dari ISPA: Upaya Mengatasi Penurunan Berat Badan Anak Pasca Sakit

7 November 2023   23:21 Diperbarui: 15 Januari 2024   13:23 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua bulan yang lalu tepatnya awal hingga pertengahan September si kecil sakit. Pada waktu itu juga media marak memberitakan kasus pasien penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) yang meningkat di Indonesia. Benar saja, hasil pemeriksaan dari dokter, si kecil terkena ISPA. Beruntung hasil pemeriksaan paru-parunya dengan stetoskop tidak ada masalah. Pula, dokter tidak menyarankan untuk buru-buru mengambil tindakan rontgen atau ct scan pada si kecil.

Si kecil mengalami batuk, pilek, demam, bahkan radang. Dokter meresepkan obat batuk, obat pilek, obat demam, obat radang, vitamin, dan antibiotik. Durasi sakit si kecil terbilang periodik selama hampir 3 minggu. Batuk-sembuh, batuk-sembuh, dan kambuh lagi. Beberapa kali saya mengunjungi dokter dalam proses penyembuhan si kecil. Pada akhir September si kecil sudah pulih dan kembali beraktivitas seperti sedia kala serta dinyatakan sembuh.

Bahagia melihat si kecil sembuh, namun melihat fisiknya yang nampak kurus pasca sakit membuat saya sebagai orang tua merasa bersalah. Berat badan si kecil turun drastis mendekati 1 kilogram. Padahal, pada usianya yang masih balita, kenaikan berat badannya saat dalam kondisi fit saja terbilang seret. Nah ini, cepat sekali angka berat badannya terjun payung walaupun masih dalam kategori garis hijau. Selama sakit, si kecil ogah-ogahan makan dan lebih memilih menghabiskan waktunya dengan tidur. Bisa jadi tidur menjadi obat mujarabnya untuk melawan rasa sakit saat radang tenggorokan. Pola makan benar-benar bisa dibilang ancur-ancuran saat itu.

Hemat saya, sungguh suatu pencapaian terbaik saya sebagai orang tua apabila si kecil memiliki berat badan dan tinggi badan yang ideal. Setelah si kecil sembuh, tugas saya berikutnya adalah berupaya memulihkan berat badannya yang mengalami penurunan saat sakit.

Setelah sembuh dari sakit, tubuh harus bekerja keras untuk memperbaiki dan membangun kembali jaringan yang rusak. Oleh karena itu, setelah si kecil sehat hindari makanan dan minuman pencetus atau pemicu munculnya sakit lagi. Penting bagi orang tua untuk benar-benar menaruh perhatian pada makanan dan minuman apa yang menjadi asupan gizi anak.

Selang satu bulan, pada akhir Oktober bulan kemarin, berat badan si kecil naik 2 kilogram dari berat badannya saat baru saja sembuh. Berbagai upaya coba saya lakukan di tengah gempuran kelabilan mood dan tantrum si kecil.

Berat badan anak yang tidak ideal khususnya pasca sakit bisa mengganggu tumbuh kembangnya. Masa pertumbuhan dan perkembangan gemilang anak-anak harus terus dalam pantauan orang tua. Berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan orang tua untuk mengatasi penurunan berat badan anak, diantaranya:

Benahi jadwal makan

Bisa dengan pola 7-1-7 yakni sarapan sekitar pukul 7 pagi, makan siang sekitar pukul 1 siang, dan makan malam sekitar pukul 7 malam. Porsi makan anak tidak langsung banyak apalagi dalam proses pemulihan dari sakit. Upaya peningkatan porsi makan bisa sedikit demi sedikit ditambah dan terpenting disiplin tidak melewatkan jam makan.

Selain itu, orang tua harus membatasi jumlah minum pada saat anak makan karena anak akan cepat merasa kenyang sehingga kebutuhan kalori harian pun tidak tercapai.

Perhatikan isi piring

Anak pada masa pertumbuhan sangat membutuhkan asupan lemak dan protein dalam tubuh. Takaran sayur dan buah-buahan secukupnya saja. Sangat direkomendasikan memperbanyak konsumsi lauk pauk hewani contohnya daging merah, ikan kembung, daging ayam, telur, udang, dan lain-lain. Tetapi, perhatikan dulu adakah riwayat alergi atau tidak saat si kecil makan seafood atau jenis makanan lain.

Kemudian, rutinlah memberi cemilan di luar jam makan besar. Sebagai contoh waktu yang tepat pemberian cemilan adalah pukul 9 pagi dan pukul 3 sore hari. Cemilan berupa buah tinggi kalori sangat dianjurkan, contoh pisang dan alpukat.

Perhatikan pula isian bekal sekolah jika anak sudah bersekolah. Hindari makanan ringan yang tinggi gula dan garam sebagai pemicu sakit. Makanan cepat saji dan produk makanan olahan frozen boleh dikonsumsi asalkan tidak menjadi menu langganan karena rentan pewarna dan pengawet makanan yang membahayakan kesehatan anak. Oleh karena itu, cemilan homemade sangat dianjurkan selagi orang tua memiliki waktu luang atau meluangkan untuk membuatkannya untuk buah hati.

Pemberian produk pendukung bila perlu

Produk yang dimaksud meliputi susu, madu, dan vitamin. Susu bisa diberikan setelah bangun tidur siang atau sebelum tidur malam. Termasuk juga madu, vitamin, bahkan suplemen, dan lain sebagainya itu pilihan kedua jika memang sangat dibutuhkan untuk membantu menjaga daya tahan tubuh anak.

Menjaga kebersihan badan dan lingkungan

Hal tersebut meliputi gosok gigi minimal 2 kali sehari pagi dan malam serta mandi teratur di pagi dan sore hari. Kebersihan rumah juga menjadi penunjang kesehatan penghuninya. Sebagai contoh, mengganti dan mencuci sprei, sarung bantal, dan tirai secara berkala, rutin membersihkan debu dan kotoran di lantai, dan lain sebagainya.

Seorang anak bergerak aktif di bawah sinar matahari (sumber:freepik)
Seorang anak bergerak aktif di bawah sinar matahari (sumber:freepik)

Beraktivitas dan beristirahat cukup

Asupan vitamin D dari sinar matahari sangat baik untuk tubuh. Aktivitas jangan kelelahan dan istirahat harus cukup. Anak yang gemar beraktivitas banyak bisa diimbangi dengan istirahat cukup. Jika memungkinkan, tidur siang sangat dianjurkan bahkan wajib untuk balita.

Fokus, konsisten, dan berdoa

Jadwal makan yang teratur akan menjadikan kebiasaan baik sehingga anak akan mengikuti kebiasaan baik tersebut dari orang tua. Yakini bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil. Selebihnya, pasrahkan semuanya kepada Tuhan.

Jika cara-cara di atas tidak terlalu berdampak pada peningkatan berat badan anak, sebaiknya konsultasikan ke ahlinya misal dokter spesialis anak untuk mendapatkan solusi lanjutan. Apabila anak sudah mencapai berat badan ideal kembali, tugas selanjutnya untuk para orang tua adalah mempertahankan berat badan ideal tersebut demi kebaikan proses tumbuh kembangnya.

Salam sehat. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun