Mohon tunggu...
Khusnul Zaini
Khusnul Zaini Mohon Tunggu... Pengacara - Libero Zona Mista

Menulis Semata Mencerahkan dan Melawan ....!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menganalogikan Rocky Gerung Oposisi Pedagang Kaki Lima

6 Maret 2021   23:05 Diperbarui: 6 Maret 2021   23:52 1174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kekuatan modal "Pedagang Kaki Lima" telah teruji keperkasaannya dan terbukti saat resesi ekonomi tahun 1985 dan 1997, dan bahkan penyumbang perekonomi negara.

Eksistensi pedagang kaki lima, dimulai saat Inggris menguasai Pulau Jawa dan mengangkat Sir Stanford Raffles sebagai Gubernur Jenderal tahun 1811, yang saat itu memerintahkan pemilik gedung di Batavia menyediakan jalan trotoar selebar lima kaki.

Trotoar selebar lima kaki itu lantas digunakan para pedagang menjual bermacam barang dagangannya, hingga disebut pedagang kaki lima.

Apa relevansi pedagang kaki lima dengan eksistensi Rocky Gerung yang public menjulukinya filosof ketimbang sebagai pengamat politik ini? Dalam konteks politik, lontaran kritik Rocky Gerung kepada pemerintah penguasa, bisa ditafsirkan sebagai suara para oposisi.

Oposisi merupakan fenomena yang terjadi dalam berbagai bidang. Oposisi dalam makna umum kerap diartikan sebagai "berseberangan" atau sesuatu yang memiliki posisi yang tidak sama pada sesuatu yang lain.

"Karena kepiawaiannya membongkar logika berpikir elit pemerintah, selalu lepas dari jeratan hukum atas pengaduan kelompok tertentu, setidaknya daya dan strategi survivalnya relatif ada kesamaan dengan eksistensi pedagang kaki lima menghadapi perlakuan petugas Satpol-PP"

Konsep hukum ketatanegaraan di republik ini memang tidak mengenal istilah oposisi. Perbedaan pandangan para politisi Senayan, harus tunduk mekanisme pengambilan keputusan melalui voting. Ini merupakan konsekwensi sistem demokrasi proporsional.

Layaknya pedagang kaki lima, meski dianggap melanggar ketertiban dan mencoreng keindahan kota, tetapi pemerintah perlu berterima kasih kepada para petarung ekonomi jalanan ini, karena terbantu tanggung jawabnya menyediakan lapangan kerja yang layak.

Sama halnya dengan eksistensi Rocky Gerung, secara politik bisa sekaligus kawan atau lawan subyek tertentu. Kawan bagi kelompok yang kalah dalam pemilihan politik, dan lawan bagi pemerintah penguasa atau entitas sosial-politik tertentu.

"Sebagai oposan, Rocky Gerung berkontribusi besar memainkan peran control, kritik dan solusi kebijakan pemerintah dengan perspektif alternatifnya, sekaligus penyeimbang narasi-narasi politik yang dikembangkan pemerintah penguasa"

Narasi politis yang dibangun dan ditawarkan Rocky Gerung, menjadi suplai nalar yang mencerahkan sekaligus pemantik munculnya pandangan politik alternatif, hingga terbuka ruang dan peluang berpendapat secara berbeda dengan mainstream pemikiran seragam.

Terkait konteks persepsi, tentunya tidak semua pihak setuju dengan konstruksi opini narasinya yang berseberangan, hingga dinilai kontroversi. Meskipun, pemaknaan kontroversi itu semata karena keterbatasan penguasaan literasi, maupun pengalaman lapangannya.

Meski demikian, ada juga dugaan dialektika dan peran yang dimainkan Rocky Gerung itu, merupakan scenario strategi marketingnya agar tetap eksis sebagai public figure. Wujudnya bisa lewat seminar atau tontonan chanel youtube yang dikelolanya.

Sama halnya dengan strategi pedagang kaki lima menghadapi tindakan penertiban petugas SatPol-PP. Lapak dalam bentuk "tenda buka-pasang cepat" dan "gerobak/gelaran siap lari" merupakan scenario cerdas pensiasatannya untuk tetap bisa berusaha dan bertahan hidup.

"Keuntungan sebagai oposan kaki lima seperti Rocky Gerung, setidaknya bebas tanpa terikat aturan institusi yang menaungi. Andai berdampak, hanya pribadinya yang menanggung. Meskipun, ada pihak lain yang terimbas karena konsekwensi dampak politik konspirasi"

Pertanyaan nakalnya, siapa sponsor ekonomi-politik dibalik peran yang dimainkan? Adakah transaksional dengan para pelaku usaha? Apakah ada korelasinya dengan partai politik tertentu? dan apakah ada pemufakatan politis dengan pihak pemerintah penguasa?

Sebagaimana tujuan pedagang kaki lima, cakrawala mereka hanya terbatas pada pengadaan kesempatan kerja dan menghasilkan pendapatan yang langsung bagi dirinya sendiri. Dalam tafsir sosiologis, hal ini bisa dipahami dari kacamata piramida masyarakat kota.

Piramida masyarakat kota menempatkan pedagang kaki lima berada pada struktur paling bawah. Hal ini karena mereka adalah kelompok masyarakat yang tidak punya kemampuan akses apapun. Baik akses ekonomi, politik, hukum maupun lainnya.

Jika mencermati tujuan kritik Rocky Gerung, diduga independensi sikap politisnya hanya untuk memenuhi kepuasan bathin intelektualnya, demi tercipta dan terlaksanya situasi dan praktik pemerintahan yang demokratis tanpa ada kepalsuan dan pemanipulasian politik.

Sama halnya dengan peran dan posisi para oposisi di Indonesia. Eksistensinya belum mampu mewarnai dampak politis secara signifikan, meski berada dalam system dan punya akses politik. Eksistensinya tidak mampu menghadapi partai pendukung pemerintah penguasa.

Dalam konteks alat produksi, yang dimiliki pedagang kaki lima hanya sebatas berusaha mencoba mempertahankan diri. Logika subsistence menjadi cara hidup yang terpaksa harus dipilihnya dan merupakan cara bertahan hidup.

"Analogi soal keterbatasan sumber daya dan strategi survival pedagang kaki lima ini, nampak sama dengan praktik strateginya Rocky Gerung dan para oposan lainnya, segala tindakan semata agar tetap eksis dengan mendaur ulang retorika melalui narasi-narasi kontekstualnya"

Para pedagang kaki lima juga membentuk komunitas hingga tercipta solidaritas mekanik. Kebutuhan ini sebagai sebuah entitas yang bisa mengembangkan ketahanan kelompok sosialnya dengan bangunan kesadaran kolektif sebagaimana terminolog Emile Durkheim.

Perhatian utama Durkheim adalah bagaimana masyarakat dapat mempertahankan integritas dan koherensinya pada masa modern. Karenanya, kesadaran kolektif itu mencakup keseluruhan kepercayaan dan perasaan kelompok, dan bersifat ekstern serta memaksa.

Sama halnya dengan langkah Rocky Gerung bergabung dalam entitas politis yang punya gagasan dan tujuan tertentu, yang disiapkan melakukan perlawanan lewat kritik berbasis pemikiran ideal yang dipengaruhi kesadaran kolektif keanggotaannya.

Pola ekologis dalam bentuk survival kelompok sosial berbasis sub-sistence (pedagang kaki lima), akan memanfaatkan dan melakukan apapun setiap jengkal ruang kota yang dianggap punya nilai ekonomis untuk mewujudkan rasionalitas instrumentalnya untuk mempertahankan hidupnya.

Dalam pemahaman Max Weber, rasionalitas instrumental merupakan bentuk rasional yang paling tinggi dengan unsur pertimbangan pilihan yang rasional sehubungan dengan tujuan tindakan dan alat yang dipilihnya.

"Sama halnya dengan rasionalitas instrumental yang dilakukan Rocky Gerung, secara konsisten menyuarakan nilai-nilai demokrasi dengan mengkritisi arah, tujuan dan capaian kebijakan pemerintah penguasa lewat pencerahan pemikiran rasionalnya berbasis tafsir subyektifnya"

Sedangkan pola ekologis dalam bentuk invasi dari masyarakat yang ada di sekitar kota adalah terbentuknya entitas-entitas kecil yang biasanya berasal dari daerah yang sama. Persamaan geografis menjadi cara paling mudah bagi mereka agar nyaman tinggal di daerah baru.

Dalam terminologi "gemeinschaft" yang dikembangkan Ferdinand Tonnies, mendefinisikan gemeinschaft sebagai bentuk kehidupan bersama yang masing-masing anggota diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal.

Meski dengan dengan perasaan menyesal memastikan bahwa untuk Gemeinschaft pada akhirnya akan dikalahkan oleh terminology "Gesellschaft" yang didefinisikan sebagai aspek tanpa bentuk kepribadian, bersifat instrumental dan memang telah diciptakan dan ditunjukkan oleh kenyataan sosial.

Analogi terminologi gemeinschaft yang dilakukan para pedagang kaki lima ini, sama halnya dengan langkah Rocky Gerung bergabung entitas politik KAMI yang mempunyai maksud dan tujuan politik yang sama dengan ikatan hubungan batin dalam visi-misi politik sesaatnya.

Banyak dari pedagang kaki lima yang barang dagangannya bukan merupakan barangnya sendiri, tetapi menjualkan milik orang lain. Bagi mereka cara ini lebih aman karena mereka tidak menanggung risiko rugi, seberapapun barang terjual dan mendapatkan keuntungan.

"Dalam tafsir sosiologis, logika rasionalitas instrumental Max Weber, tergambarkan soal apa yang disampaikan para pedagang kaki lima tersebut. Rasionalitas untung rugi menjadi laku tindak utama mereka. Karena itu mereka mengkalkulasi benar untuk setiap tindakannya"

Sama halnya dengan rasionalitas instrumentalnya Rocky Gerung, yang secara konsisten menyuarakan berbagai kritik konstruktif sesuai tafsir subyektifnya, sehingga ada keuntungan secara finansial maupun konsistensi nilai intelektualnya yang tetap terjaga eksistensinya.

Sebagai pedagang kaki lima, dituntut berani bertaruh menghadapi SatPol PP sebagai penegak ketertiban tata ruang kota. Dalam banyak kesempatan, cara-cara yang dilakukan SatPol-PP terkadang tidak memberi ruang dialog kepada pedagang kaki lima.

Fenomena di atas memacu kreatifitas dengan siasat tertentu agar terlepas dari kejaran SatPol- PP. Menggelar barang dagangannya diatas sehelai kain, yang dalam sekali lipat dapat diselamatkan. Cara bersiasatnya ini merupakan bagian dari modalitas yang mereka punya.

Dalam konteks ini, modalitas yang mereka mainkan adalah human capital. Human capital dalam terminologi Anthony Giddens dipahami sebagai aktor aktif. Bahwa para agen mereproduksi kondisi-kondisi yang memungkinkan keberadaan aktivitas-aktivitas itu.

Implikasinya dengan human capitalnya Rocky Gerung, harus mengkalkulasi secara presisi resiko politik-hukum yang akan dihadapi, saat memainkan peran politiknya. Cara bersiasat dijadikan modalitas human capitalnya untuk menjaga semangat dan konsistensinya.

"Oposisi bukanlah sekadar sikap anti-pemerintah atau asal berbeda, melainkan sebuah eksistensi yang memberikan kritik dan tawaran alternatif kebijakan dan kontrol atas penyelenggaraan pemerintahan"

Konklusinya, bahwa antara semangat dan strategi pedagang kaki lima bertahan hidup dan kontribusinya terhadap perekonomian negara, dengan prilaku oposisi Rocki Gerung, ada kesamaan pola pendekataan dengan niat dan tujuan mulia kepada negara bangsa tercinta ini.

Salam Oposisi, .....

Bahan bacaan:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun