Skenario mobilisasi massa melalui statemen politiknya menghimbau khalayak ramai itu, bisa ditafsirkan sebagai bentuk tindakan politik praktis. Buktinya dengan pernyataan maklumat KAMI yang turut memanggil seluruh elemen dan komponen bangsa, untuk bangkit bersama mengawal maklumat ini menyelamatkan Indonesia, dalam semangat persatuan, persaudaraan, kebersamaan, dan kemajemukan.
Secara hukum bisa dibenarkan jika kehadiran KAMI mengklaim sebagai bentuk gerakan moral semata. Eksistensinya saat ini bisa dimaknai sebatas paguyuban, yang merasa prihatin dan peduli melakukan kritik perbaikan jalannya pemerintahan yang sah, demi capaian target dan harapan politik sesuai tafsir subyektifnya.
Apabila mencermati para deklaratornya, diduga memang dalam posisi bebas partai. Tafsir politiknya bisa berarti, diantara mereka mungkin tidak menduduki jabatan strategis partai politik, atau mereka hanya tercatat anggota biasa partai tertentu, atau sedang mengajukan proses keluar sebagai anggota partai.
Mampukah KAMI mengorganisir diri dengan pola komando sebagaimana pernyataan yang dituangkan dalam jati diri KAMI kesepuluh, yang seakan-akan mensiratkan penerapan pola komando untuk merealisasikan sepak terjang politiknya ?
Poin kesepuluh jati diri KAMI menyebutkan bahwa “KAMI sebagai gerakan yang terorganisir, menerapkan disiplin ketat dan tegas atas kendali presidium yang dapat mengambil keputusan tertentu demi nama baik dan efektivitas gerakan”.
Apakah mungkin dan bisa, sosok seperti Amien Rais, Rocky Gerung, dan Refli Harun bisa mengikuti irama politik demikian? Andai bisa dibuktikan dua pertanyaan di atas mampu terjadi, sudah bisa dibayangkan, begitu lama dan melelahkannya proses pengambilan keputusannya.
Apa kepentingan politik yang ingin diraih KAMI sejatinya? Apabila menelusuri sosok dan track record para deklaratornya, tidak lebih soal eksistensi popularitas diri dan target kekuasaan tentunya. Mereka semua butuh ketenaran, karena akan berbanding lurus dengan target ekonomi-politis yang ingin diraih masing-masing pribadi para deklaratornya.
Kanal youtube yang sebagian mereka punya, klien berbagai kasus (pidana, perdata, tatanegara) yang mereka tangani, perusahaan penyalur tenaga kerja yang mereka kelola, penyiapan membentuk partai baru, hingga bisa tampil sebagai narasumber event tertentu, semuanya butuh popularitas diri.
Sebagai bagian dari kemeriahan sebuah demokrasi, kehadiran pemain politik baru memang diperlukan. Akan tetapi, kemeriahan itu seyogyanya tidak menimbulkan tafsir politik secara berlebihan. Menimbulkan kebingungan massa di tingkat bawah. Mengapa? karena praktik politik masa mengambang partai masih terjadi kepada para konstituennya hingga saat ini.
Andai kemeriahan dan dinamika politik praktis ini diduga sebagai agenda dan scenario politik mengusung calon Presiden lewat jalur independen, maka lakukanlah dengan benar tanpa harus menggunakan cara-cara yang tidak elegan.
Kenapa? karena bangsa ini memang butuh catatan sejarah yang patut dijadikan cermin politik para generasi muda mendatang. Proses kemenangan seseorang menjadi Presiden lewat jalur independent, ternyata bisa ditempuh melalui etika politik santun.