Selain itu, cara adat suku Baduy adalah menjalankan "ritual Kawalu" selama kurang lebih 3 bulan. "Kami menjamin pemukiman Baduy terbebas dari penyakit yang mematikan itu, kami juga melakukan penjagaan agar pengunjung yang hendak masuk ke tanah hak ulayat Baduy dilakukan pemeriksaan kesehatan", kata tetua Adat Baduy, Jaro Saija, yang juga Kepala Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak.
Saat menjalankan ritual Kawalu ini, pengawalan prosesinya dipimpin tetua adat sesuai kapasitas keluhur-suciannya dengan kekuatan supranatural. Tetua adat tersebut mempunyai kelebihan, kemampuan serta kekuatan yang tidak lazim bahkan tidak pada umumnya yang di miliki seorang manusia.
Praktik supranatural itu sendiri, merupakan kekuatan yang tidak berhubungan dengan hal-hal yang nyata. Ajaib, tidak dapat di jelaskan secara akal sehat, tidak dapat dijelaskan dengan logika dan hampir biasanya berhubungan dengan hal-hal ghaib.
Dampak selama menjalani prosesi ini, setidaknya ada ketenangan jiwa dalam berkehidupan bagi masyarakat adat suku Baduy, karena merasa ada yang melindungi dirinya dengan kekuatan gaib sebagaimana keyakinannya.
Artinya, dalam konteks duniawi, penerapan praktik ritual Kawalu itu relative sama dengan konsep PSBB anjuran pemerintah, sedangkan untuk konteks supranaturalnya, masyarakat suku Baduy sanggup mengesampikan psykologis paranoidnya dalam menghadapi dan mengantisipasi terhadap ancaman virus corona yang mematikan itu.
Berdasarkan pendekatan supranaturalnya itu, masyarakat adat suku Baduy percaya adanya fenomena kejadian yang tidak umum, tidak lazim, atau bahkan di anggap diluar batas kemampuan manusia pada umumnya, dan juga tidak sesuai dengan hukum alam. Mencuatnya kasus Pandemic Covid-19 saat ini, tentu menjadi salah satu kasus alam yang menjadi keyakinannya tersendiri.
Pada akhirnya, setelah protokol kesehatan sudah dijalankan, pendekatan supranatural telah dijadikan referensi pembelajaran, maka cara paling mutakhir dalam menghadapi dan mencegah pandemic Covid-19, adalah dengan cara pendekatan spiritual.
Pendekatan spiritual diposisikan sebagai ajian pamungkas untuk berserah diri yang ada hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha pencipta, tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh individu. Manusia hanya menjalankan syareatnya saja, sedangkan hasil akhir dari upayanya itu dipasrahkan sepenuhnya kepada Yang Maha Kuasa dan Maha pencipta.
Dalam konteks ini, pada akhirnya setiap manusia akan butuh spiritual tertentu untuk menenangkan kejiwaan-sosialnya. "Kebutuhan spiritual itu merupakan kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan (Carson, 1989)".
Karena, kesejahteraan spiritual adalah suatu aspek yang terintegrasi dari manusia secara keseluruhan yang ditandai oleh makna dan harapan. Kesehatan spiritual atau kesejahteraan adalah rasa keharmonisan yang saling berdekatan antara diri dengan orang lain, alam dan dengan kehidupan yang tertinggi.
Rasa keharmonisan ini dicapai ketika seseorang menemukan keseimbangan antara nilai, tujuan dan system keyakinan individu dengan hubungan mereka di dalam diri mereka sendiri dan dengan orang lain. Keyakinan ini sering berakar dalam spiritualitas orang tersebut.