TUJUAN DAKWAH BERDASARKAN SURAH IBRAHIM AYAT 1-3
Islam merupakan ajaran agama yang mengandung nilai-nilai rahmatan lil 'alamin (Rahmat bagi seluruh semesta alam). Islam disebarluaskan dengan jalan berdakwah, yaitu dengan menyeru ataupun mengajak seseorang maupun kelompok untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.Â
Dakwah didasarkan pada sumber hukum Al-Qur'an dan Hadist serta rujukan yang lain, maka dari itu perlunya adanya penjelasan dasar dan tujuan dakwah untuk memahami hakikat dakwah bagi semua kalangan.Â
Dalam pelaksanaan berdakwah memiliki bermacam-macam jenis tujuan, namun pada kesempatan kali ini kita akan mengkaji tujuan dakwah yang telah disebutkan dalam Al-Qur'an surah Ibrahim ayat 1-3.
() () Â
Artinya : "Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. Allah-lah yang memiliki segala apa yang di langit dan di bumi. Dan kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih, (yaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh" (Waqf Khodim, Al-Qur'an dan Terjemahnya: 57).
Pada ayat ini Allah SWT menyuruh nabi Muhammad untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju jalan yang diridhoi Allah (berdakwah).Â
Selanjutnya Allah juga memberikan peringatan bagi orang kafir mereka akan celaka (mendapat siksa pedih) karena sifat mereka yang terlalu cinta dunia, mengahalangi manusia dari jalan Allah atau mengajak kesesatan dan juga menginginkan agar jalan Allah menyimpang. Pada surah sebelumnya yaitu surah Ar-rad ayat terakhir, Allah telah memberitahu Rasulullah bahwa Allah tidak mungkin lalai terhadap apa yang telah dilakukan oleh orang kafir.Â
Sesungguhnya Allah hanya memberikan tangguhan atas perbuatan mereka. Maka dari itu Rasulullah diutus untuk berdakwah dengan memberi peringatan kepada orang kafir yang telah bertindak jahat dan berencana jahat. Sedangkan pada awal surah Ibrahim yang menjadi inti turunnya Al-Qur'an adalah untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kedzaliman.Â
Ayat selanjutnya juga menjelaskan, bahwa orang yang senantiasa mengikuti dakwah Rasulullah dan mencari ridho Allah serta menjauhkan diri dari kedzaliman supaya menuju kepada Cahaya Illahi (Shafwat At-Tafasir, :91). Surah Ibrahim ayat pertama diawali dengan lafadzh " " yang termasuk huruf muqatt'ah atau potongan huruf.Â
Ada yang berpendapat ini merupakan sebagai peringatan atas kedzaliman orang kafir dan agar mereka segera sadar dari kelalaian. Pendapat lain mengatakan, (Alif Lam Raa) hanya Allah SWT yang mengetahui maknanya (At-Tafsir Al-Kabir,: 73). " " Kitab (Al-Qur'an) yang kami turunkan kepadamu.Â
Kitab disini yang dimaksud adalah Al-Qur'an untuk umat islam, sebagaimana yang difirmankan di ayat selanjutnya " " yang diturunkan kepadamu (Rasulullah). Sesuatu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad sangat ma'ruf yaitu Al-Qur'an yang menjadi petunjuk bagi orang-orang bertaqwa dalam segala aspek kehidupan (At-Tafsir Al-Kabir, :75). Â Sedangkan pada tafsir Al-Misbah kata" Â " (diturunkan) memiliki arti pada suatu tempat yang lebih tinggi, kata lebih tinggi bermakana memiliki kemuliaan.
 Kalimat diatas diawali dengan kalimat verbal, maksud ayat ini "supaya kamu mengeluarkan atau melakukan tugas dakwah, mengajak dan menyeru manusia dimana berada (Waqf Khodim, Al-Qur'an dan Terjemahnya, :115). Dakwah tersebut dilakukan agar manusia keluar atau terhindar dari kedzhaliman psikis maupun nonpsikis.Â
Dan kehidupan mereka berubah menjadi penuh cahaya yang tercerahkan di dunia maupun akhirat (At-Tafsir Al-Kabir,: 76). Sedangkan pada tafsir Al-Misbah lafadzh " (kegelapan) memiliki banyak makna, sedangkan lafadz " " (cahaya) hanya mempunyai makna tunggal saja. Kegelapan bisa berarti syirik, kebodohan maupun keraguan, serta sumbernya banyak, bisa dari setan, nafsu. Â
Tetapi cahaya sumbernya hanya dari Tuhan. Al--Qur'an selalu mendahulukan kegelapan kemudian baru menyebutkan cahaya, karena kalau pada posisi cahaya, cahaya masih mungkin bertambah. Kitab ini ingin mengangkat manusia ke puncak atau naik derajat, seperti halnya manusia yang menuntut ilmu maka semakin menambah ilmunya dan akan terangkat derajatnya.Â
Nabi muhammad ditugaskan untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan. Mengeluarkan dari kegelapan menuju cahaya yang menuju shirat, shirat disini berarti jalan yang luas berbeda dengan sabil (jalan). Mereka dikeluarkan lalu menuju jalan yang lebar dan ditunjukkan oleh suatu kemuliaan.Â
Mulia memiliki 2 makna, yang pertama mulia berarti tidak bisa sembarang bertemu dengan Allah. Mulia arti kedua mulia yang tidak butuh tetapi dibutuhkan. Allah maha tertinggi, maka siapa yang mengikuti kitab suci ini maka akan memeperoleh kemuliaan dari Allah SWT.
Kalimat ke empat awal surah Ibrahim ini merupakan bentuk kalimat ismiyah yang diawali dengan kata Allah (Dialah Allah). Jika dibaca berdasarkan kedudukannya sebagai  badal atau A'taf bayan. Lafadz Allah adalah lafadz AL-Jalalah, nama untuk Sang Pencipta yang tidak boleh digunakan untuk yang lain ( Shafwat At-Tafasir, Jilid I, hlm. 91). Untuk kalimat setelahnya berkedudukan sebagai sifat, jika dibaca rafa' maka akan menjadi mubtada'. Sedangkan khobarnya adalah firman Allah berikut ( alladzi lahu) isi mushul atau yang disebut sebagai kata sambung.Â
Adapun lam yang bersambung dengan dhamir atau kata ganti dia laki-laki yang maknanya kembali kepada Allah, yang dimaksud disini Allah adalah pemilik segalanya. Jadi setiap makhluk Allah benda yang ada di langit, baik malaikat, para bintang, matahari, awan semuanya kepunyaan Tuhan dan mereka selalu melakukan tasbiih dan taqdis kepada Allah ( Tafsir Abi As-Su'ud, :32).Â
Begitu pula dengan penghuni dunia seperti manusia, binatang, tumbuhan, sungai-sungai, gunung-gunung dan lainnya telah Allah ciptakan yang konotasinya milik Allah (Shafwat At-Tafasir, Jilid I, hlm. 92 ).Â
Berdasarkan Tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab menyatakan bahwa, Allah pemilik langit dan bumi, pemilik disini berarti pemilik sekaligus pencipta. Allah adalah pemilik, pencipta dan pengatur alam semesta. Manusia, hewan dan yang ada di alam semesta ini merupakan makhluk, manusia di bumi hanya penghuni saja yang berkuasa dan yang mencipta adalah Allah SWT.Â
 Ayat tersebut diawali dengan isim maushul alladzi yang menunjukkan makna bahwa sifat orang kafir yang mengangungkan dunia dibandingkan akhirat. Oleh karena itu kalimat tadi mengunakan kalimat verbal/jumlah fi'liyyah yang diawali dengan kata kerja yang bentuknya bukan past tense ( At-Tafsir Al-Kabir, :76).Â
Hubbudunnya yang mereka lakukan bermacam-macam mulai dari mengejar harta tanpa melihat halal haramnya hingga mengejar wanita yang bukan mahramnya yang selanjutnya membuat mereka lalai terhadap akhirat. Dalam tafsir Al-Misbah dijelaskan, Allah mengecam orang (kafir) yang mencintai dunia lalu mengorbankan akhirat, boleh senang dunia tetapi akhirat jangan sampai berlebihan hingga sampai mengabaikan akhirat, karena sesungguhnya mereka yang seperti itu berada dalam kesesatan yang jauh. Â
Dari penjelasan surah Ibrahim ayat 1-3 diatas dapat kita ambil pelajaran, bahwa tujuan dakwah dalam awal surah Ibrahim adalah menjauhkan manusia dari kegelapan, kemudian mengajak kepada jalan yang terang yang lurus dan diridhoi Allah SWT. Selain itu kita harus menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup kita yang dapat menerangi perjalanan kehidupan.Â
Surah tersebut juga mengandung hikmah bahwa kita dilarang mengejar dunia hingga melalaikan akhirat. Allah SWT yang memiliki dan menciptakan seluruh alam semesta ini. Surah ini juga mengecam kepada orang kafir, mereka akan  ditimpai dengan siksaan yang pedih karena mengejar dunia hingga lalai dan ingin berbuat kerusakan. Â
     Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H