Mohon tunggu...
Khusnul Anam
Khusnul Anam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi Bermain Voly

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tujuan Dakwah Berdasarkan Surat Ibrahim Ayat 1-3

4 Juli 2022   22:00 Diperbarui: 4 Juli 2022   22:30 1157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 Kalimat diatas diawali dengan kalimat verbal, maksud ayat ini "supaya kamu mengeluarkan atau melakukan tugas dakwah, mengajak dan menyeru manusia dimana berada (Waqf Khodim, Al-Qur'an dan Terjemahnya, :115). Dakwah tersebut dilakukan agar manusia keluar atau terhindar dari kedzhaliman psikis maupun nonpsikis. 

Dan kehidupan mereka berubah menjadi penuh cahaya yang tercerahkan di dunia maupun akhirat (At-Tafsir Al-Kabir,: 76). Sedangkan pada tafsir Al-Misbah lafadzh " (kegelapan) memiliki banyak makna, sedangkan lafadz " " (cahaya) hanya mempunyai makna tunggal saja. Kegelapan bisa berarti syirik, kebodohan maupun keraguan, serta sumbernya banyak, bisa dari setan, nafsu.  

Tetapi cahaya sumbernya hanya dari Tuhan. Al--Qur'an selalu mendahulukan kegelapan kemudian baru menyebutkan cahaya, karena kalau pada posisi cahaya, cahaya masih mungkin bertambah. Kitab ini ingin mengangkat manusia ke puncak atau naik derajat, seperti halnya manusia yang menuntut ilmu maka semakin menambah ilmunya dan akan terangkat derajatnya. 

Nabi muhammad ditugaskan untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan. Mengeluarkan dari kegelapan menuju cahaya yang menuju shirat, shirat disini berarti jalan yang luas berbeda dengan sabil (jalan). Mereka dikeluarkan lalu menuju jalan yang lebar dan ditunjukkan oleh suatu kemuliaan. 

Mulia memiliki 2 makna, yang pertama mulia berarti tidak bisa sembarang bertemu dengan Allah. Mulia arti kedua mulia yang tidak butuh tetapi dibutuhkan. Allah maha tertinggi, maka siapa yang mengikuti kitab suci ini maka akan memeperoleh kemuliaan dari Allah SWT.

Kalimat ke empat awal surah Ibrahim ini merupakan bentuk kalimat ismiyah yang diawali dengan kata Allah (Dialah Allah). Jika dibaca berdasarkan kedudukannya sebagai  badal atau A'taf bayan. Lafadz Allah adalah lafadz AL-Jalalah, nama untuk Sang Pencipta yang tidak boleh digunakan untuk yang lain ( Shafwat At-Tafasir, Jilid I, hlm. 91). Untuk kalimat setelahnya berkedudukan sebagai sifat, jika dibaca rafa' maka akan menjadi mubtada'. Sedangkan khobarnya adalah firman Allah berikut ( alladzi lahu) isi mushul atau yang disebut sebagai kata sambung. 

Adapun lam yang bersambung dengan dhamir atau kata ganti dia laki-laki yang maknanya kembali kepada Allah, yang dimaksud disini Allah adalah pemilik segalanya. Jadi setiap makhluk Allah benda yang ada di langit, baik malaikat, para bintang, matahari, awan semuanya kepunyaan Tuhan dan mereka selalu melakukan tasbiih dan taqdis kepada Allah ( Tafsir Abi As-Su'ud, :32). 

Begitu pula dengan penghuni dunia seperti manusia, binatang, tumbuhan, sungai-sungai, gunung-gunung dan lainnya telah Allah ciptakan yang konotasinya milik Allah (Shafwat At-Tafasir, Jilid I, hlm. 92 ). 

Berdasarkan Tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab menyatakan bahwa, Allah pemilik langit dan bumi, pemilik disini berarti pemilik sekaligus pencipta. Allah adalah pemilik, pencipta dan pengatur alam semesta. Manusia, hewan dan yang ada di alam semesta ini merupakan makhluk, manusia di bumi hanya penghuni saja yang berkuasa dan yang mencipta adalah Allah SWT. 

  Ayat tersebut diawali dengan isim maushul alladzi yang menunjukkan makna bahwa sifat orang kafir yang mengangungkan dunia dibandingkan akhirat. Oleh karena itu kalimat tadi mengunakan kalimat verbal/jumlah fi'liyyah yang diawali dengan kata kerja yang bentuknya bukan past tense ( At-Tafsir Al-Kabir, :76). 

Hubbudunnya yang mereka lakukan bermacam-macam mulai dari mengejar harta tanpa melihat halal haramnya hingga mengejar wanita yang bukan mahramnya yang selanjutnya membuat mereka lalai terhadap akhirat. Dalam tafsir Al-Misbah dijelaskan, Allah mengecam orang (kafir) yang mencintai dunia lalu mengorbankan akhirat, boleh senang dunia tetapi akhirat jangan sampai berlebihan hingga sampai mengabaikan akhirat, karena sesungguhnya mereka yang seperti itu berada dalam kesesatan yang jauh.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun