Mohon tunggu...
Khusniyati Masykuroh
Khusniyati Masykuroh Mohon Tunggu... Dosen - Mother, Dreamer, Lecturer, Teacher, Trainer

Bertasbih dalam setiap hembusan nafas, Berbagi dalam setiap langkah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Lingkungan Rumah Kaya Literasi di Masa Pandemi

1 Juli 2020   07:49 Diperbarui: 1 Juli 2020   07:52 905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Masa pandemi Covid-19 mengharuskan semua orang untuk tetap berada di rumah dengan alasan keamanan. Bekerja, belajar, berkarya, dan beribadah dari rumah menjadi pilihan yang terbaik saat ini sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19.

Anak-anak yang tidak bisa berangkat sekolah, membutuhkan sebuah lingkungan rumah yang mendukung tumbuh kembang secara optimal.

Kebiasaan dan pola rutinitas orang tua di rumah dalam aktivitas literasi akan memberikan pengaruh pada anak. Interaksi serta intensitas keluarga dalam aktivitas literasi mempunyai hubungan yang signifikan dalam membangun literasi anak.

Interaksi anak-orangtua mempengaruhi dalam hal kelekatan, pengendalian diri, prososial, kompetensi dan motivasi berprestasi (Berns, 2012).

Rumahku adalah Surgaku. Kalimat ini menggambarkan sebuah tempat penuh kenyamanan, yang selalu dirindukan untuk kembali pulang.

Rumah adalah tempat berkumpul seluruh keluarga, dimana para penghuninyanya saling berbagi, menghargai, menghormati, dan melengkapi.

Rumahku adalah Sekolah Pertamaku. Rumah adalah pusat ilmu pengetahuan, saat penghuni rumah menjadikannya tempat belajar, diskusi, membaca, menulis, dan membicarakan berbagai pengetahuan dan kebermanfaatannya dalam kehidupan.

Saat seorang bayi terlahir dan menjadi  sumber kebahagian sebuah keluarga, maka guru pertama dalam kehidupannya adalah orang tua, ibu dan ayahnya.

Rumah adalah sekolah pertama karena pembelajaran literasi yang paling awal berupa pemerolehan bahasa dari bunyi-bunyian yang distimulasi oleh orang-orang dewasa  pada bayi yang hadir di rumah. Mengenal bunyi-bunyian merupakan awal kemampuan bahasa anak, dilanjutkan dengan stimulasi kosa kata, bahasa lisan, dan juga tulisan.

Home Literacy Environment (HLE) atau lingkungan literasi rumah merupakan sebuah payung yang digunakan untuk mendeskripsikan interaksi yang terkait dengan literasi, sumber daya, dan perilaku yang ditunjukkan anak di rumah dan merupakan faktor penting yang mempengaruhi literasi anak usia dini (Hamilton, Hayiou-Thomas, Hulme, & Snowling, 2016).

Anak-anak mengembangkan kompetensi bahasa melalui interaksi dengan orang lain yang lebih banyak pengetahuannya, sehingga salah satu cara untuk mengembangkannya adalah dengan meningkatkan lingkungan rumah yang kaya literasi  (Niklas & Schneider, 2017)

Dalam lingkungan rumah kaya literasi, aktivitas dilakukan secara natural melalui interaksi  antar anggota keluarga. Orang tua mempunyai peran penting dalam mendesain lingkungan rumah.

Ayah sebagai kepala rumah tangga menentukan visi misi keluarga. Ibu sebagai manajer operasional mendampingi ayah dalam mewujudkan visi misinya dengan merancang lingkungan rumah berbagai aktivitas keluarga. Keluarga yang literat dipimpin oleh kepala keluarga yang literat.

       Bagaimana cara membangun lingkungan rumah yang kaya literasi? Berikut ini adalah strateginya :

  • Membangun Area Baca. Area baca tidak harus menempati ruangan tersendiri dan menghabiskan biaya besar untuk renovasi, tapi bisa menyesuaikan kondisi rumah, Area baca merupakan tempat yang nyaman  bagi keluarga, untuk membaca, menulis, dan aktivitasi literasi yang lain. Atur buku dengan rapih sehingga mudah untuk mencari dan menjangkaunya. Siapkan tempat duduk yang nyaman, baik berupa kursi,sofa, karpet, dan bisa tambahkan bantal-bantal. Pastikan sirkulasi udara dan pencahayaan yang cukup, untuk mendukung aktivitas literasi anak dan seluruh keluarga.
  •  Siapkan material literasi. Setelah selesai menyiapkan area baca, maka langkah berikutnya adalah menyiapkan material literasi, berupa buku dan bahan-bahan keaksaraan seperti puzzle, kartu gambar, kartu angka, kartu kata, dan media edukasi keaksaraan yang lain. Untuk buku, sesuaikan dengan tahapan usia anak. Jenis buku juga bermacam-macam, dari buku cerita, buku pengetahuan, buku meraba, sliding book, dan lain sebagainya. Tambah atau ganti buku secara berkala sehingga anak selalu tertarik untuk mengeksplorasi buku-buku. Lengkapi juga bahan-bahan literasi seperti kertas, pensil, krayon, spidol, dan alat tulis lainnya, yang bisa digunakan anak untuk menggambar, menulis, menyusun cerita, membuat jurnal, dan lain sebagainya.
  • Aktivitas Literasi. Lingkungan literasi rumah kaya dengan aktivitas literasi. Ajak anak bermain keaksaraan dengan berbagai variasi kegiatan. Membaca dan membacakan buku cerita, bermain kartu huruf dan kata, bermain tebak huruf, menggambar, mencari kata yang hilang, bermain harta karun, dan lain sebagainya menjadi aktivitas yang menyenangkan saat dilakukan bersama keluarga. Diskusi tentang pandemi Covid-19 menjadi topik penting untuk dibahas bersama keluarga. Kesabaran orang tua dalam membimbing anak menjadi kunci sukses keberhasilan literasi awal. Semakin banyak stimulasi bahasa yang diberikan orang tua, semakin merimbunkan kosa kata dalam otak anak, yang menjadi modal kecerdasan berbahasa.
  • Orangtua Sebagai Model Literasi.  Anak-anak adalah peniru ulung. Mereka cenderung akan meniru perilaku orang dewasa di sekitarnya, khususnya orang tua. Orang tua yang gemar membaca, menjadi model bagi anaknya. Anak melihat bagaimana rutinitas orang tuanya sehari-hari, bagaimana orang tua memilih kata saat bercakap-cakap, bagaimana orang tua saat menelpon, saat menyelesaikan masalah dengan orang lain, bagaimana orang tua membuat catatan, bagaiamana orang tua menghitung, dan lain sebagainya akan mempengaruhi kemampuan literasi anak. Orang tua yang literat akan membangun anak yang literat.

Terwujudnya pengembangan lingkungan literasi rumah yang berkualitas, maka  literasi anak akan berkembang secara optimal. Keluarga literat, akan membangun generasi literat. Salam literasi!

Khusniyati Masykuroh, M.Pd.

Dosen FKIP UHAMKA, Jakarta

REFERENSI

Berns, R. M. (2012). Child, Family, School, Community: Socialization and Support. Wadsworth Publishing Company.

Hamilton, L. G., Hayiou-Thomas, M. E., Hulme, C., & Snowling, M. J. (2016). The Home Literacy Environment as a Predictor of the Early Literacy Development of Children at Family-Risk of Dyslexia. Scientific Studies of Reading, 20(5), 401–419. https://doi.org/10.1080/10888438.2016.1213266

Niklas, F., & Schneider, W. (2017). Intervention in the home literacy environment and kindergarten children’s vocabulary and phonological awareness. First Language, 37(5), 433–452. https://doi.org/10.1177/0142723717698838

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun