Mohon tunggu...
Khusnia EviSafitri
Khusnia EviSafitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Flat

Stay

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hubungan antara Ilmu Pengetahuan, Filsafat, dan Agama

22 Desember 2021   19:51 Diperbarui: 22 Desember 2021   19:53 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

    Ketika kita berbicara tentang tuhan, akhirat maupun kejadian diluar nalar, kita tidak bisa menjangkaunya dengan akal melainkan dengan keimanan. Akal memberikan kebebasan untuk mempercayai adanya tuhan maupun tidak, namun agama mewajibkan untuk percaya bahwa tuhan itu ada, jadi bisa dikatakan bahwa agama mempunyai kebenaran yang mutlak.      

   Dalam kehidupan ini dapat kita lihat bahwa makhluk yang tuhan ciptakan di alam semesta ini memiliki kekurangan masing-masing, manusia dikatakan makhluk yang sempurna dari ciptaan tuhan saja masih memiliki kekurangan, bukan berarti tuhan tidak mampu menciptakan yang paling sempurna, tetapi justru dengan adanya kekurangan atau keterbatasan itu akan menunjukkan adanya yang maha sempurna. Dengan keterbatasannya akal manusia, tuhan menurunkan wahyu sebagai petunjuk untuk mencari kebenaran yang tidak bisa di selesaikan dengan ilmu pengetahuan maupun filsafat.

Keterkaitan Antara Ilmu Pengetahuan, Filsafat dan Agama  

   Dari beberapa penjelasan diatas mengenai pengertian ilmu pengetahuan, filsafat dan agama, kita dapat mengetahui bahwa tiga aspek tersebut saling melengkapi dalam memecahkan sebuah permasalahan. Selain kesamaan tujuan dalam mencari kebenaran dan bertindak atas dasar rumusan mengenai suatu kebenaran tersebut, tiga aspek ini juga memiliki perbedaan yaitu akal pikiran sebagai penggerak utama dalam mengembangkan ilmu dan filsafat, sedangkan penggerak agama adalah keyakinan, dan diperjelas lagi dengan pendapat Sidi Gazalba (1992:24) baik filsafat maupun agama keduanya menetukan norma baik dan buruk, namun keduanya berbeda dalam kriteria hal itu disebut baik ataupun buruk, di satu sisi agama agama dalam mengukur kriteria baik-buruk dan benar-salah berdasarkan kepada ajaran wahyu, sedangkan filsafat mencari kriteria dengan melakukan proses berpikir untuk mencari pengetahuan dengan menggunakan akal pikiran manusia. Dua ruangan berbeda inilah yang menjadikan perbincangan seputar hubungan keduanya menjadi tidak pernah membosankan dan tidak pernah selesai.  Gambaran hubungan antara ilmu penngetahuan, filsafat dan agama contohnya seperti ketika ilmu mengkaji hal-hal yang bersifat empiris dan dapat dibuktikan, filsafat mencoba mencari jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh ilmu dan jawabannya bersifat spekulatif, dan agama menjadi jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh filsafat dan jawabannya bersifat mutlak. Dari keterkaitan ketiga kebenaran ini, yaitu kebenaran ilmu pengetahuan, kebenaran filsafat, dan kebenaran agama, maka menghasilkan empat macam kebenaran, yaitu kebenaran logika, kebenaran verbal, kebenaran material dan kebenaran wahyu.  

    Dikatakan kebenaran logika ketika cara menyelesaikan persoalannya menggunakan akal pikiran yang menghasilkan suatu kebenaran, logika ini termasuk dari cabang filsafat, sehingga alat yang dipakai untuk mencari kebenaran yaitu akal budi. Sedangkan kebenaran verbal adalah kebenaran yang bersifat perkataan, dalam artian satu pernyataan yang apabila dipandang dari sudut perkataan sudah sah untuk dikatakan benar. Akan tetapi verbal ini belum memberi jaminan akan kepastian, sebab dia tidak didukung oleh kenyataan.

Sementara kebenaran material adalah kebenaran yang dirumuskan dari satu kenyataan yang sebenarnya, namun kebenaran ini memiliki kekurangan berupa sesuatu yang dianggap sebagai kenyataan pada umumnya sangat bersifat kompleks dan tidak cukup bila dinyatakan dengan sebuah pernyataan belaka atau sudut pandang saja, maka dari itu dalam prespektif Islam kebenaran material tidak mungkin memberikan kebenaran yang bersifat absolut.

   Dan yang terakhir berbeda dengan kebenaran-kebenaran yang sebelumnya, jika tiga kebenaran tadi masih memiliki kekurangan dalam nilai kebenarannya, maka kebenaran wahyu ini yang memiliki hasil kebenaran absolut. Kebenaran wahyu dalam Islam dianggap sebagai satu-satunya yang dapat memberikan kebenaran yang bersifat mutlak, karena ia bersumber langsung dari Dzat Yang Maha Mutlak. Apa yang disebut kebenaran absolut, hanya datang langsung dari yang absolut pula.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun