PENINGKATAN HASIL BELAJAR AL-QUR’AN HADIS MATERI MEMAHAMI ISI KANDUNGAN QS. AL-QARI’AH DAN AL-ZALZALAH TENTANG HUKUM FENOMENA ALAM
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INDEX CARD MATCH PADA SISWA KELAS IX A MTS NEGERI KEDU TEMANGGUNG
ABSTRAK
Khusnaini Fauzi
(Guru MTs Negeri Kedu. Email : fafa_bet@yahoo.com)
Hasil belajar al-Qur’an Hadis rendah, yaitu persentase ketuntasannya hanya mencapai 25%. Peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe index card match sebagai salah satu solusinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar al-Qur’an Hadis materi memahami isi kandungan QS. al-Qari’ah dan al-Zalzalah tentang hukum fenomena alam pada siswa kelas IX A MTs Negeri Kedu.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan masing-masing siklus terdiri atas tiga pertemuan. Siklus 1 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe index card match dimana siswa belum dibagi dalam kelompok, ternyata siswa sudah merasa tertarik namun hasil belum maksimal. Setelah hasil refleksi di siklus 1, maka model pembelajaran index card match di siklus 2 dikemas dalam dua kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari 14 siswa dengan materi yang sama. Sumber data berasal dari hasil observasi guru dan siswa, wawancara dengan siswa, serta hasil tes (pre tes maupun pos tes).
Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa berupa rata-rata kelas siswa sebesar 11,79 dari 66,07 pada siklus 1 menjadi 77,86 pada siklus 2. Selain itu juga terjadi peningkatan hasil ketuntasan belajar siswa sebesar 33% dari 46% pada siklus 1 menjadi 79% pada siklus 2.
KataKunci : Hasil belajar, model pembelajaran kooperatif tipe index card match
THE IMPROVEMENT OF LEARNING RESULT OF AL-QUR’AN HADIS
TO UNDERSTAND THE CONTENTS OF THE WOMB QS. AL-QARI’AH DAN
AL-ZALZALAH ABOUT THE LAW OF NATURE PHENOMENON
TROUGHCOOPERATIVE LEARNING INDEX CARD MATCHMODEL
AT THE STUDENTS OF CLASS IX A MTS NEGERI KEDU
THE SCHOOL YEAR 2015/2016
ABSTRACT
Khusnaini Fauzi
(The Teacher of MTs Negeri Kedu. Email : fafa_bet@yahoo.com)
Learning result of al-Qur’an Hadis was low, the percentage only reach 25%. The researcher choose the cooperative learning index card match model as one solution. The purpose of this research is to know learning result of al-Qur’an Hadis, especially to understand the contents of the womb QS. al-Qari’ah and al-Zalzalah which contains the law of nature phenomenon at the students in class IX A of MTs Negeri Kedu.
This research was done by two cycles, each cycle contains of three meeting. At the first cycle used cooperative learning index card match model but the students were not devided in groups, consequently the students felt interest but learning result was not maximally reached. After reflecting result at the first cycle, therefore cooperative learning index card match model was applied at the second cycle by deviding two groups and each group consist 14 students with the same subject. The source of data taken from result of observation teacher’s and students’, interview with students, and the test result (pre test and post test).
The results of this research indicates that learning result improvement was that the average of range reaches 11,79 from 66,07 at the first cycle to 77,86 at the second cycle. Other wise, the increasing of the goal result is 33% from 46% at the first cycle to 79% in the second cycle.
Keywords : Learning result, cooperative learning index card matchmodel
PENDAHULUAN
Pendidikan al-Qur’an dan Hadis merupakan unsur mata pelajaran pendidikan Agam Islam (PAI) pada Madrasah Tsanawiyah yang diberikan kepada siswa untuk memahami al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber ajaran agama Islam yang utama dan orisinil, serta mengamalkan isi kandungannya sebagai petunjuk dan landasan dalam kehidupan sehari-hari.
Mata Pelajaran al-Quran Hadis di MTs merupakan kelanjutan dan kesinambungan dengan mata pelajaran al-Quran Hadis pada jenjang MI dan MA, terutama pada penekanan kemampuan membaca al-Quran dan Hadis, pemahaman surat-surat pendek, mengartikan mufradat (kosa kata) sampai pada mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran ini bertujuan untuk : 1) meningkatkan kecintaan siswa terhadap al-Quran dan Hadis; 2) membekali siswa dengan dalil-dalil yang terdapat dalam al-Quran dan Hadis sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan; dan 3) meningkatkan kekhusyukan siswa dalam beribadah terlebih shalat dengan menerapkan hukum bacaan tajwid serta isi kandungan surat/ayat dalam surat/ayat pendek yang siswa baca (Tim Penyusun Modul PLPG, 2011 : 180).
Proses belajar mengajar al-Qur’an Hadis meliputi tujuh kegiatan pokok, yaitu menulis, membaca, mengartikan mufradat, menerjemahkan, menghafal dan memahami isi kandungan surat dan hadis yang menjadi pokok bahasan serta mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ketujuh kegiatan ini saling terkait yang disatukan dalam ruang lingkup yang meliputi : 1) membaca dan menulis yang merupakan penerapan dari ilmu tajwid; 2) menerjemahkan makna (tafsiran) yang merupakan pemahaman, interpretasi ayat dan hadis yang memperkaya khasanah intelektual; dan 3) menerapkan isi kandungan ayat atau hadis yang merupakan unsur pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari (Tim Penyusun Modul PLPG, 2011 : 180).
Hasil pengamatan awal bahwa nilai ulangan harian mata pelajaran al-Qur’an Hadis di Kompetensi Dasar (KD) pertama bagi siswa kelas IX A MTs Negeri Kedu ternyata relatif rendah. Rendahnya penguasaan ini terdata dari hasil belajar, yaitu ulangan harian dimana hanya 25% siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Rendahnya prestasi belajar ini mengindikasikan rendahnya penguasaan materi pelajaran al-Qur’an Hadis secara keseluruhan.
Faktor-faktor yang menyebabkan hal tersebut antara lain : 1) budaya eksternal yang telah merasuk pada jiwa siswa, misalnya pengaruh teknologi dan informasi, khususnya handphone (HP) yang berkembang dengan pesat, sedangkan sebagian besar siswa kurang mampu memfilter pengaruh tersebut yang mengakibatkan cenderung malas untuk belajar; 2) latar belakang pendidikan siswa sebelumnya. Pengamatan sepintas mengindikasikan bahwa kemampuan menguasai mufradatdalam mata pelajaran al-Qur’an Hadis bagi siswa yang berasal dari SD lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang berlatar pendidikan dari MI; 3) metode pembelajaran. Pembelajaran dengan metode ceramah tanpa menggunakan media pembelajaran tidak mampu memotivasi siswa untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran, sehingga perhatian siswapun terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan juga rendah. Pada pembelajaran yang menggunakan metode ceramah, guru masih mendominasi dan kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk banyak terlibat pada proses belajar mengajar dan menunjukkan kemampuannya. Siswa cenderung pasif, mengantuk dan berbicara sendiri dengan teman sebelahnya, sehingga materi pembelajaran tidak bisa dipahami dengan baik. Hal ini jika dibiarkan berlarut-larut, tentu akan berdampak pada rendahnya hasil belajar. Metode yang hanya mengacu pada figur seorang guru dan sebuah buku paket menjadikan siswa merasa bosan, cenderung stagnan (kurang aktif dan kreatif), kurang tertarik, tidak konsentrasi, sehingga tidak memperhatikan pembelajaran. Hal ini mengakibatkan hasil belajar yang diharapkan mampu mencapai nilai yang sesuai dengan target atau melebihi dari KKM tidak tercapai. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan penguasaan materi mata pelajaran al-Qur’an Hadis tanpa memandang budaya eksternal dan latar belakang pendidikannya, akan tetapi perlu dirumuskan penggunaan metode lain yang lebih tepat, menarik, menantang dan menyenangkan, sehingga daya konsentrasi, aktivitas dan perhatian siswa menjadi meningkat dan mempunyai pengaruh yang signifikan dalam hasil belajar.
Beberapa masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini diantaranya : 1) perhatian siswa untuk mengikuti pembelajaran di kelas masih rendah; 2) pemberian informasi tentang materi pembelajaran masih kurang; 3) selama proses pembelajaran guru masih mendominasi; 4) Hasil belajar siswa masih belum mencapai KKM.
Pembelajaran pada materi memahami isi kandungan QS. al-Qari’ah dan al-Zalzalah tentang hukum fenomena alam ini tidak akan terlepas dari pemberian materi yang terkait erat dengan penguasaan mufradat (kosa kata) yang ada pada kedua surat tersebut. Penguasaan mufradat pada sebuah surat dapat dijadikan pijakan awal anak dalam menerjemahkan ayat, kemudian menggali isi kandungan dalam surat tersebut sampai pada menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran indexcardmatch diharapkan dapat mempermudah pemahaman siswa dalam memahami mufradat, menerjemahkan ayat sehingga mampu memahami isi kandungannya, karena dengan model pembelajaran ini siswa mempunyai kesempatan yang lebih untuk beraktivitas dan berpartisipasi secara aktif.
Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah : “Apakah penerapan model pembelajaranindex card match dapat meningkatkan hasil belajar al-Qur’an Hadis dalam materi memahami isi kandungan QS. al-Qari’ah dan al-Zalzalah tentang hukum fenomena alam pada siswa kelas IX A MTs Negeri Kedu tahun pelajaran 2015/2016 ?”
Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar al-Qur’an Hadis melalui model pembelajaran index card match dalam materi memahami isi kandungan QS. al-Qari’ah dan al-Zalzalah pada siswa kelas IX A MTs Negeri Kedu tahun pelajaran 2015/2016.
Hasil Belajar
Menurut Sudjana (1989) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menemukan pengalaman belajar. Horward Kingsley dalam Sudjana (1989) membagi lima kategori hasil belajar, yakni informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan motoris. Secara garis besar klasifikasi hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah (Benyamin Bloom dalam Sudjana, 1989), yaitu : 1) ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi; 2) ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi; 3) ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan persetual, keharmonisan atau ketepatan gerakan, keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Golu (2003) menyatakan bahwa klasifikasi hasil belajar berupa kognitif, afektif, dan psikomotor pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Ketiga klasifikasi itu saling berinterpenetrasi sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh. Tidak menyukai seseorang mengembangkan kemampuan intelektualnya tanpa adanya sikap terhadap fakta yang merupakan sumber belajar. Sebaliknya tidak mungkin juga seseorang mematuhi suatu peraturan kalau tidak memahami apa peraturan tersebut. Keterampilan tidak mungkin berkembang kalau tidak di dukung oleh sikap, kemauan dan pengetahuan. Manusia merupakan pribadi yang unik, dimana aspek rohaniah, mental intelektual dan fisik merupakan satu kesatuan yang utuh. Jadi hasil belajar peserta didik merupakan suatu hasil proses dan pengalaman belajar yang dialami oleh peserta didik yang diukur dengan nilai sesuai skor benar yang didapatkan dan merupakan gambaran tingkat penguasaan dan pemahaman materi yang bersifat kuantitatif. Meskipun dalam kenyataannya ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para peserta didik dalam menguasai isi materi pembelajaran.
Evaluasi secara singkat dapat didefinisikan sebagai proses mengumpulkan informasi untuk mengetahui pencapaian belajar kelas atau kelompok. Hasil evaluasi ini selanjutnya menggambarkan hasil belajar siswa yang dicapai dari sebuah proses pembelajaran, dapat mendorong pendidik untuk mengajar lebih baik dan mendorong peserta didik untuk belajar lebih baik (Harun Rasyid, 2008 : 3). Jadi evaluasi memberikan informasi bagi peserta didik dan pendidik untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Menurut Tesmer dalam Harun Rasyid dan Mansyur (2008 : 4) menyatakan bahwa “formatif evaluation is a judgement of the strengths and weakness of instruction in its developing stages, for purpose of revising the instruction to improve its effevtiveness and apeeal”. Pendapat Tesmer tersebut menekankan pada definisi evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengontrol sampai seberapa jauh siswa telah mengusai materi yang diajarkan pada pokok bahasan tersebut. Adapun evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, misalnya tes akhir semester.
Model pembelajaran index card match adalah mencari pasangan dengan cara mencocokkan kartu index yang telah diberikan oleh guru. Dalam satu kelas guru membuat potongan kertas yang berisi soal dan jawaban, kemudian soal dan jawaban tersebut disebarkan ke seluruh siswa dan tiap siswa disuruh untuk mencari pasangannya masing-masing yang sesuai. Menurut Melvin L. Silberman (2013 : 250) index card match merupakan cara aktif dan menyenangkan untuk meninjau ulang materi pelajaran yang memungkinkan siswa untuk berpasangan dan memberi pertanyaan kuis kepada temannya. Hisyam Zaini, dkk. (2008 : 67) strategi index card matchmerupakan salah satu strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian, materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan strategi ini dengan catatan, peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas peserta didik sudah memiliki bekal sebelumnya.
Tujuan dari penerapan strategi index card match ini adalah untuk melatih peserta didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap suatu materi pokok (Ismail SM, 2011 : 82). Selain itu strategi ini juga akan membuat siswa terbiasa aktif dalam mengikuti pembelajaran, sehingga aktivitas siswa meningkat, dapat melatih pola pikir karena siswa dilatih kecepatan berpikirnya dalam mempelajari suatu konsep atau topik melalui pencarian kartu jawaban atau kartu soal. Oleh karena itu strategi ini dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Kelebihan model pembelajaran index card match adalah : 1) menumbuhkan kegembiraan dalam kegiatan belajar mengajar; 2) materi pelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa; 3) Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan; 4) Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar; 5) Penilaian dilakukan bersama pengamat (guru dan kolaborator) dan pemain (siswa). Sedangkan kelemahan model pembelajaran index card match adalah : 1) membutuhkan waktu yang lama bagi siswa untuk menyelesaikan tugas dan prestasi; 2) guru harus meluangkan waktu yang lebih; 3) lama untuk membuat persiapan; 4) guru harus mempunyai jiwa demokratis dan keterampilan yang memadai dalam hal pengelolaan kelas; 5) menuntut sifat tertentu dari siswa atau kecenderungan untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah; 6) suasana kelas menjadi gaduh, sehingga dapat mengganggu kelas lain (http : //www.sekolahdasar.net/2013/10/metode-pembelajaran-index-cardmatch.html#ixzz3oGoz LdMu).
Langkah-langkah model pembelajaran index card match adalah : 1) buatlah potongan-potongan kertas sejumlah peserta dalam kelas dan kertas tersebut dibagi menjadi dua kelompok; 2) tulis pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada potongan kertas yang telah dipersiapkan. Setiap kertas satu pertanyaan; 3) pada potongan kertas yang lain, tulislah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat; 4) kocoklah semua kertas tersebut sehingga akan tercampur antara pertanyaan dan jawaban; 5) bagikan kepada setiap peserta didik satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan. Sebagian peserta mendapatkan pertanyaan dan sebagian yang lain akan mendapatkan jawaban; 6) memberi waktu beberapa menit kepada peserta didik untuk mencari pasangannya. Jika sudah ada yang menemukan pasangannya, mintalah mereka untuk duduk berdekatan. Jelaskan juga agar mereka tidak memberikan materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain; 7) setelah peserta didik menemukan pasangan dan duduk berdekatan, mintalah setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan pertanyaan yang diperoleh dengan keras kepada teman yang lain. Selanjutnya pertanyaan tersebut dijawab oleh pasangan yang lain. Bagi yang bisa menjawab pertanyaan tersebut dengan benar akan mendapatkan tambahan nilai; 8) akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan (Tim Penyusun Modul PLPG, 2011 : 36).
Penelitian yang Relevan
Penelitian tindakan kelas yang relevan dilakukan oleh Naimah tahun 2010 dengan judul : “Peningkatan Prestasi Belajar al-Qur’an Hadis dengan Menerapkan Metode Index Card Matchdi Kelas V MI Al-Huda Ngendrokilo Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2009/2010”. Hasil penelitiannya adalah : “Penggunaan Metode Index Card Matchdapat meningkatkan perhatian siswa, aktivitas siswa dalam belajar dan hasil belajar mata pelajaran al-Qur’an Hadis” (Naimah, 2011 : 74).
Kerangka Berpikir
Pembelajaran di dalam kelas pasti terdapat suatu permasalahan, baik berasal dari guru maupun dari siswa. Pada waktu pembelajaran sebagian siswa cenderung bosan, mengantuk, kurang memperhatikan pelajaran, karena guru menggunakan metode pembelajaran yang monoton sehingga hasil belajar tidak mencapai KKM.
Dalam penelitian ini diterapkan model pembelajaran index card match.Model pembelajaran ini adalah salah satu pilihan untuk menyajikan materi pembelajaran dengan harapan dapat merangsang aktivitas siswa, motivasi belajar bertambah, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Hipotesis Tindakan
Setelah dilakukan tindakan menggunakan model pembelajaran index card match diduga aktivitas dan hasil belajar al-Qur’an Hadis pada materi memahami isi kandungan QS. al-Qari’ah dan al-Zalzalah tentang hukum feomena alam pada siswa kelas IX A MTs Negeri Kedu dapat meningkat.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Pelaksanaannya terbagi dalam dua siklus dimana setiap siklusnya terdiri dari 3 pertemuan dan setiap kali pertemuan dilaksanakan dengan alokasi waktu 2 x 40 menit. Setiap siklus dilaksanakan melalui empat tahap, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX A MTs Negeri Kedu semester gasal tahun pelajaran 2015/2016. Kelas IX A berjumlah 28 siswa yang terdiri dari 15 perempuan dan 13 laki-laki. Pelaksanaan penelitian mulai bulan September sampai dengan bulan November 2015.
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non tes. Teknik tes digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar, sedangkan teknik non tes yaitu observasi atau pengamatan dan wawancara kepada siswa yang digunakan untuk melengkapi beberapa kelemahan yang terdapat dalam proses pembelajaran yaitu berupa pengamatan guru dan siswa dalam pembelajaran yang dilakukan oleh teman sejawat atau kolaborator. Sedangan alat pengumpulan data berupa butir soal tes, lembar observasi guru, lembar observasi siswa dan lembar wawancara. Data yang menunjukkan hasil belajar berupa nilai tes (data kuantitatif) divalidasi menggunakan instrumen tes, sedangkan data yang menunjukkan aktifitas dan proses belajar berupa hasil observasi (data kualitatif) divalidasi dengan triangulasi data, yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono, 2007 : 372). Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif komparatif, artinya membandingkan hasil rata-rata nilai yang diperoleh siswa setelah mendapatkan perlakuan dengan hasil rata-rata nilai siswa pada kondisi awal dan atau kondisi antar siklus.
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa memiliki ketuntasan belajar sekurang-kurangnya 75% dari seluruh siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu nilai 75 yang merupakan nilai KKM sesuai dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) mata pelajaran al-Qur’an Hadis di MTs Negeri Kedu tahun pelajaran 2015/2016.
Deskripsi Kondisi Awal
Hasil belajar ulangan harian pada kondisi awal materi menerapkan hukum mad shilah dalam QS. al-Qari’ah dan al-Zalzalah dengan metode ceramah rendah. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1 dan 2 serta grafik 1 sebagai berikut.
Tabel 1. Nilai Ulangan Harian Al-Qur’an Hadis pada Kondisi Awal
No
Uraian
Nilai Ulangan Harian
1
Nilai Terendah
10
2
Nilai Tertinggi
90
3
Nilai Rerata
54,30
4
Rentang Nilai
80
Tabel 2. Interval Nilai Ulangan Harian Kondisi Awal
No
Uraian
Jumlah Siswa
1
10 – 50
11
2
51 – 75
14
3
76 - 100
3
Jumlah
28
Grafik 1. Persentase Ketuntasan Ulangan Harian Siswa pada Kondisi Awal
Berdasarkan data hasil belajar tersebut pada tabel 1 dan 2 serta grafik 1, maka peneliti memandang perlu menggunakan metode lain dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa mendapatkan suasana baru dalam proses belajar mengajar al-Qur’an Hadis materi memahami isi kandungan surat al-Qari’ah dan al-Zalzalah tentang hukum fenomena alam.
Deskripsi Siklus 1
Pada Siklus 1 perencanaan yang dilakukan adalah : 1) membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), yang memuat tentang tujuan yang akan dicapai, dan skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan, termasuk media apa saja yang digunakan; 2) membagi materi pembelajaran untuk tiga pertemuan, yaitu surat al-Qariah ayat 1 – 4 untuk pertemuan ke-1, ayat 5 – 7 untuk pertemuan ke-2 dan ayat 8 – 11 untuk pertemuan ke 3; 3) menyiapkan dua jenis kartu, yaitu kartu yang berisi soal berwarna hijau dan kartu yang berisi jawaban berwarna kuning yang digunakan untuk game; 4) membuat instrumen observasi proses pembelajaran di kelas baik untuk guru maupun siswa; 5) menyusun kisi-kisi soal beserta soal dan kriteria penilaiannya.
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus 1 adalah : 1) Kegiatan pendahuluan, yang meliputi : guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam dilanjutkan mengecek kehadiran siswa (presensi). Setelah itu guru memberikan apersepsi dengan memberikan pertanyaan, “Membahas tentang apakah surat al-Qari’ah itu?”. Dilanjutkan dengan guru memberikan motivasi berupa penjelasan tentang QS. al-Qari’ah secara umum. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, dilanjutkan dengan memberikan pre tes; 2) Kegiatan inti terdiri atas eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Eksplorasi, siswa diminta membaca materi pelajaran, kemudian guru menjelaskan tentang hukum dan fenomena alam, dilanjutkan siswa mendengarkan murattal QS. al-Qari’ah. Setelah itu guru membacakan QS. al-Qari’ah, dan siswa menirukan. Kemudian guru menunjuk beberapa siswa untuk membaca QS. al-Qari’ah dengan baik dan benar, dilanjutkan guru menjelaskan arti mufradat dalam QS. al-Qari’ah. Elaborasi, kegiatan ini dilakukan dengan game yang menggunakan model pembelajaran index card match (mencari jodoh kartu tanya jawab) dan kondisi kelas tidak dibagi dalam kelompok. Game ini diawali dengan guru menyediakan dua jenis kertas/kartu, yaitu kartu hijau yang berisi pertanyaan dan kartu kuning yang berisi jawaban tentang materi mufradat atau kosa kata dari QS. al-Qari’ah Kemudian semua kartu tersebut dikocok sehingga tercampur antara soal dan jawaban. Selanjutnya guru membagikan kartu kepada setiap siswa dan menjelaskan bahwa aktivitas yang dilakukan berpasangan, sebagian siswa akan mendapatkan soal dan sebagian lain akan mendapatkan jawaban. Kemudian guru meminta semua siswa untuk mencari pasangannya. Jika sudah menemukan pasangannya, siswa yang berpasangan diminta untuk duduk berdekatan. Guru juga menjelaskan agar siswa tidak memberikan materi yang telah didapatkan kepada teman (pasangan) yang lain. Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, guru meminta setiap pasangan secara bergantian membacakan soal yang diperoleh dengan suara keras kepada teman-temannya yang lain. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangannya. Kegiatan ini dilakukan kepada semua pasangan. Konfirmasi, guru memberikan penguatan tentang materi yang telah dibahas dengan bersama-sama siswa mengulang kembali arti mufradat dalam QS. al-Qari’ah dan guru memandu siswa menerjemahkan QS. al-Qari’ah; 3) Kegiatan penutup, guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran tentang hukum fenomena alam yang terungkap dalam QS. al-Qari’ah. Kemudian guru melakukan pos tes. Setelah itu menginformasikan materi pelajaran berikutnya, dan meminta siswa untuk mempelajarinya di rumah. Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam.
Pengamatan atau observasi yang dilakukan bahwa guru dibantu teman sejawat (kolaborator) mengamati dan mencatat semua aktivitas guru dan siswa, termasuk suasana kelas dan hasil yang diperoleh siswa selama pembelajaran berlangsung. Kolaborator sebagai pengamat pada penelitian ini mengamati seluruh aktifitas proses perbaikan pembelajaran, dari awal hingga akhir. Kolaborator menulis aktivitas siswa, guru, termasuk apakah proses pembelajaran yang dilakasanakan sudah sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah dibuat oleh guru. Selain itu, teman sejawat juga harus memberikan masukan-masukan untuk perbaikan pada siklus berikutnya, jika masih ditemukan kelemahan. Sebelum perbaikan pembelajaran dimulai, guru memberikan pre tes pada pertemuan ke-1 kepada siswa yang hasilnya nanti akan dijadikan sebagai pembanding hasil belajar yang diperoleh siswa setelah dilakukan proses perbaikan pembelajaran. Sebagai fasilitator, guru memberi pengarahan kepada siswa dalam melakukan game, sehingga semua siswa terlibat langsung dan aktif dalam mengikuti proses perbaikan pembelajaran. Guru juga memberikan pos tes pada pertemuan ke-3 untuk mengetahui keberhasilan perbaikan pembelajaran yang dilakukan, yang diukur dari hasil belajar siswa, berupa perolehan nilai dari hasil pos tes.
Refleksidilakukan oleh guru dan kolaborator secara bersama-sama menganalisis data-data yang diperoleh baik data kualitatif maupun kuantitatif, mengadakan analisis seberapa jauh perubahan yang terjadi setelah diadakan tindakan, baik yang terjadi pada siswa maupun suasana kelas. Termasuk apakah guru sudah sesuai dengan skenario yang direncanakan. Hasil analisis dan diskusi ini dipakai sebagai bahan penyusunan tindakan pada siklus selanjutnya sampai indikator yang dicanangkan dapat tercapai. Kelemahan-kelemahan yang ditemukan oleh kolabrorator pada siklus 1 melalui hasil pengamatan, disampaikan kepada peneliti. Hasil analisis dan diskusi antara peneliti dengan kolaborator ini digunakan sebagai bahan penyusunan tindakan perbaikan pada siklus kedua yang dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran siklus 2. Berdasarkan hasil pengamatan observer pada siklus 1 ini, siswa sudah aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, namun masih malu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru serta belum ada satupun siswa yang bertanya. Oleh karena itu, guru harus mampu memotivasi siswa agar berani menjawab pertanyaan yang diberikan. Berdasarkan pengamatan observer pada pertemuan ke-1 dan ke-2, masih ada beberapa siswa yang kurang teliti dalam bermain game,sehingga ada beberapa yang salah dalam menjodohkan kartu yang berisi mufradat atau kosa kata. Selain itu pada pertemuan ke-3, masih ada kurangnya pemerataan dalam memberi tugas siswa dalam membaca QS. al-Qari’ah. Sebaliknya kekuatan-kekuatan yang ditemukan dari proses pelaksanaan perbaikan, juga disampaikan kolaborator kepada peneliti untuk dijadikan landasan dan acuan perbaikan proses perbaikan pembelajaran.
Deskripsi Siklus 2
Pada siklus 2 tahap perencanaan dan pelaksanaan yang dilakukan sama seperti perencanaan dan pelaksanaan pada siklus 1. Perbedaannya adalah : 1) proses pembelajaran pada siklus 2 dibagi menjadi dua kelompok dan setiap kelompoknya terdiri dari 14 siswa serta materi mufradat untuk setiap kelompok adalah sama. Hal ini bertujuan agar pemahaman siswa terhadap mufradat menjadi lebih kuat, karena ada pengulangan materi mufradat pada tahap konfirmasi sehingga ada peningkatan hasil belajar yang signifikan dari siklus 1. 2) Kartu pertanyaan di siklus 2 berwarna biru dan kartu pertanyaan berwarna oranye. 3). Selain itu, pada siklus 2 ini materi QS. al-Zalzalah dibagi menjadi 3, yaitu pertemuan ke-1 mencakup QS. al-Zalzalah ayat 1 – 3, dan pertemuan ke-2 ayat 4 – 6 dan ayat 7 – 8 untuk pertemuan ke-3. Pada siklus 2 ini juga diawali dengan pre tes pada pertemuan ke-1, pada pertemuan ke-3 diakhiri pos tes, untuk mengetahui keberhasilan proses perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan.
Pengamatan pada proses perbaikan pembelajaran ini teman sejawat (kolaborator) selaku pengamat melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses pembelajaran mulai dari awal sampai akhir pembelajaran dengan menggunakan format observasi yang telah disiapkan. Semua kejadian selama proses perbaikan pembelajaran berlangsung dicatat, sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi. Hal-hal yang diamati adalah semua aktivitas baik guru maupun siswa dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Pada siklus 2 ini pengamatan terhadap keaktifan siswa dan perubahan sikap guru dalam menyampaikan materi pembelajaran lebih ditekankan. Demikian juga keaktifan siswa dalam melakukan game. Adapun pengumpulan data dilakukan dengan memberikan tes tertulis untuk mengukur hasil belajar siswa. Refleksi dilakukan setelah proses perbaikan pembelajaran selesai, peneliti dibantu teman sejawat (kolaborator) bersama-sama menganalisis seluruh data-data yang diperoleh, baik yang berasal dari pengamatan maupun tes yang diberikan kepada siswa. Data tersebut selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk menganalisis seberapa jauh perubahan yang terjadi setelah diberikan tindakan, baik yang terjadi pada siswa maupun suasana kelas. Hasil analisis data ini digunakan sebagai bahan penyusunan laporan PTK.
Pembahasan
Data penelitian menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa diperoleh dari perbandingan hasil pre tes dan pos tes pada setiap siklus. Hasil tes siswa pada kedua siklus ditunjukkan pada tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata Hasil Belajar Siswa Siklus 1 dan Siklus 2
Jenis Tes
Rerata
Kenaikan
Siklus 1
Siklus 2
Pre Tes
Pos Tes
46,79
66,07
53,21
77,86
7,42
11,79
Data hasil tes pada siklus 1 menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan antara hasil pre tes dengan hasil pos tes. Nilai rata-rata hasil pre tes 46,79 sedangkan hasil post tes 53,21. Pada siklus 1, hasil pre tes siswa menunjukkan bahwa belum ada satupun siswa yang mencapai nilai batas tuntas. Namun, hasil pos tes menunjukkan peningkatan nilai rata-rata kelas dibandingkan hasil pre tes. Nilai terendah pada pre tes adalah 20 dan nilai tertinggi 70. Sedangkan pada pos tes nilai terendah 40 dan nilai tertinggi 80. Terjadi peningkatan jumlah siswa yang dapat mencapai nilai batas tuntas, yaitu dari 0 % menjadi 46 %. Hal ini menunjukkan pembelajaran menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun persentase ketuntasan hasil belajar pada siklus 1 dapat dilihat pada grafik berikut.
Grafik 2. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Siklus 1
Data hasil tes pada siklus 2 juga menunjukkan perbedaan sangat signifikan antara hasil pre tes dengan pos tes. Nilai rata-rata hasil pre tes adalah 53,21 sedangkan hasil post test 77,86. Pada siklus 2 ini hasil pre tes menunjukkan, baru 5 siswa (18 %) yang mencapai nilai batas tuntas. Sedangkan pada pos tes, jumlah siswa yang mencapai nilai batas tuntas meningkat menjadi 22 siswa (79 %). Nilai terendah pada hasil pre tes adalah 30, nilai tertingginya 80, sedangkan nilai terendah pada hasil post test adalah 40 dan nilai tertinggi 100. Terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai nilai batas tuntas, yaitu pada pre test 18 %, sedangkan pada post test 79 %. Pada pos tes siklus 2 ini ada 4 siswa yang dapat memperoleh nilai 10. Hasil refleksi siklus 1 yang digunakan sebagai dasar perbaikan pelaksanaan pada siklus 2 ini berefek positif, terbukti dengan meningkatnya hasil belajar siswa tersebut. Adapun persentase ketuntasan hasil belajar pada siklus 2 dapat dilihat pada grafik berikut.
Grafik 3. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Siklus 2
Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari perbandingan rerata hasil tes berupa pre tes maupun post test pada siklus 1 dan siklus 2. Hasil pre test pada siklus 1 reratanya adalah 46,79 menjadi 53,21 pada siklus 2. Sedangkan hasil pos tes pada siklus 1 reratanya 66,07 menjadi 77,86 pada siklus 2. Demikian juga dengan jumlah siswa yang dapat mencapai nilai batas tuntas. Pada siklus 1, siswa yang dapat mencapai nilai batas tuntas adalah 46 % menjadi 79 % pada siklus2.
Grafik 4. Perbandingan Nilai Pre Tes dan Pos Tes pada Siklus 1 dan Siklus 2
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dan pengumpulan data yang diperoleh, baik oleh peneliti maupun observer pada aktivitas pembelajaran yang dilakukan pada kelas IX A MTs Negeri Kedu dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran index card matchpada mata pelajaran al-Qur’an Hadis materi memahami isi kandungan QS. al-Qari’ah dan al-Zalzalah tentang hukum fenomena alam terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Saran
Berdasaran penelitian yang telah dilaksanakan dan hasil yang diperoleh, maka peneliti menyarankan kepada guru untuk menggunakan model pembelajaran index card match sebagai salah satu alternatif pembelajaran al-Qur’an Hadis. Dalam model pembelajaran index card match, dibutuhkan perencanaan, sosialisasi yang baik serta pengelolaan waktu yang tepat. Selain itu, aktivitas siswa dapat ditingkatkan dengan berbagai model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Apabila siswa tertarik dalam mengikuti pembelajaran, maka siswa akan terlibat aktif dalam proses pembelajaran, sehingga peran guru pada proses belajar mengajar tidak terlalu dominan, melainkan hanya sebagai fasilitator.
DAFTAR PUSTAKA
Golu, W. 2003. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:PT. Gramedia.
http://www.sekolahdasar.net/2013/10/metode-pembelajaran-indexcardmatch.html#ixzz3o GozLdMu
Ismail, S. M. (2011). Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semarang:Rasail Media Group.
Naimah. 2010. Peningkatan Prestasi Belajar al-Qur’an Hadis dengan Menerapkan Metode Index Card Match di Kelas V MI Al-Huda Ngendrokilo Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2009/2010. Salatiga: Fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga.
Rosyid, Harun. (2008). Penilaian Hasil Belajar. Bandung:CV. Wacana Prima.
Silberman, M. L. (2013). Active Learning (101 Cara Belajar Siswa Aktif). Bandung:Nuansa Cendikia.
Sudjana, Nana. (2013). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif dan R&D). Bandung:Alfabeta.
Tim Penyusun Modul. (2011). Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)-Kelompok Guru MTs. Semarang:Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo.
Zaini, Hisyam. (2008). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta:Insan Madani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H