Mohon tunggu...
Khurotun Khasanah
Khurotun Khasanah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

UIN Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pola Pikir Tergantung Bahan Bacaannya

22 Februari 2021   08:04 Diperbarui: 22 Februari 2021   08:15 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kondisi literasi di Indonesia

Saat ini minat baca para remaja kian sangat menurun, padahal pada kenyataannya sangat perlu untuk diketahui bahwa pola pikir, kecerdasan, dan cara berpandang manusia bisa tergantung buku bacaannya dan seseorang yang cerdas akan mampu memfilter bacaan yang sesuai passion. Artinya, seorang tersebut akan memilah suatu bahan yang bermanfaat bagi dirinya. Namun, jika minat bacanya  kurang maka akan berakibat fatal dalam menangkap informasi. 

Contoh jika remaja dihadapkan pada bacaan ilmiah seperti jurnal, mereka hanya akan membaca kesimpulannya saja tanpa membaca prosesnya, jika hal tersebut terjadi kemungkinan berakibat fatal ketika mereka berusaha mempraktikkan percobaan ilmiah tersebut tanpa membaca prosedurnya melainkan hanya membaca kesimpulannya saja. Maka dari itu sangat penting kebiasaan membaca itu dimulai dan dilatih sejak dini. Keterampilan membaca akan meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan memahami berbagai konsep dengan mudah.

Membaca adalah suatu hal yang sangat familiar di kalangan kita baik orang tua, guru, anak--anak, siapapun mereka pastinya mengharapkan semua untuk rajin membaca. Membaca adalah nasehat lama dan sederhana namun banyak makna. Setiap hari kita telah terbiasa membaca entah membaca koran, berita, fiksi dan ilmu--ilmu ilmiah serta lainnya. 

Dengan membaca kita akan melihat dunia dan paham apa itu dunia, tetapi pemuda milenial sekarang ini malah lebih banyak membaca postingan--postingan di akun media sosial. Tak bisa dipungkiri di negeri kita masih dalam presentasi yang rendah mengenai tingkat minat baca bangsanya. UNESCO telah menyebutkan bahwa Indonesia menjadi urutan kedua dari bawah terkait literasi dunia. Sangat memprihatinkan bukan? Dari data berikut, minat baca bangsa Indonesia hanya 0,001% itu artinya hanya satu orang dari 1000 orang yang rajin membaca di negara Indonesia.

Kemampuan literasi sains

Literasi membaca itu tidak hanya soal mengeja saja namun juga mengolah suatu informasi, mendapatkan ilmu, menganalisa kemudian menyimpulkan sampai selesai. Jadi mengolah informasi terlebih dahulu sebelum menyimpulkan dan menyebarkan. Membaca itu suatu hal yang sederhana, hal yang mudah jika didengar. Namun pada umumnya susah untuk dilakukan oleh setiap orang. Mungkin kegiatan membaca memang mudah dilakukan namun bisa dikatakan susah jika dijadikan sebuah kebiasaan pada diri manusia. 

Hingga mayoritas manusia mengatakan bahwa membaca merupakan suatu hal yang membosankan dan hanya membuang--buang waktu saja terlebih jika buku bacaan merupakan kajian ilmiah dan banyak pembahasan--pembahasan berat. Akan tetapi, semua tergantung pada diri manusia masing-masing, jika dalam dirinya terikat keinginan untuk membaca pastinya dalam kurun waktu seseorang bisa memulai nya dengan cakupan pembahasan--pembahasan yang ringan. 

Bisa memulai dengan membaca satu buku yang merasa dicintai oleh dirinya, atau bisa dengan bahan bacaan fiksi yang sekiranya menghibur dan menarik, kemudian bertingkat dalam pembahasan buku yang sedikit berbobot. Jika itu semua sudah dijadikan sebuah kebiasaan, maka akan mendorong seseorang untuk mencoba membaca pada bacaan-- bacaaan ilmiah serta tidak melupakan membaca dengan pengetahuan literasi sains.

Meluangkan waktu dengan menghabiskan satu pembahasan setiap bab per harinya maka akan menambah satu pandang  wawasan manusia. Bisa dibayangkan jika hal tersebut menjadi suatu rutinitas, beberapa wawasan yang dapat kita ambil, dibanding seseorang yang hanya menghabiskan waktunya dengan hal -- hal yang  tidak bermanfaat.  Meningkatkan minat baca dapat memberikan manfaat bagi seseorang untuk mengetahui informasi -- informasi yang dibaca, selain itu pembaca yang baik yaitu pembaca yang berkemampuan literasi sains. 

Jadi tidak semata--mata membaca informasi saja kemudian dengan cepat menyimpulkan dan mengadili, namun dengan adanya kemampuan literasi sains dalam diri manusia maka ia mempunyai rasa ingin mencari tahu kebenarannya sebelum menyimpulkan informasi kemudian menyebarkannya.  Suatu kemampuan literasi sains itu merupakan kemampuan dalam mengolah suatu informasi secara sistematis dan berdasarkan langkah ilmiah dengan menggunakan pengetahuan, menganalisis, mengolah dan menarik kesimpulan dari suatu prinsip, fakta ataupun data yang ada untuk dapat memahami informasi dengan benar. 

Dengan begitu, seseorang akan menjadi pembaca yang baik, sehingga akan melatih cara berprikir kritis manusia dalam menanggapi sebuah bahan yang dibaca. Karena pada kenyataannya banyak pihak yang salah dalam menyimpulkan sebuah pertanyaan hanya karena mereka tidak begitu jeli dalam membaca atau bisa dikatakan kurangnya berkemampuan literasi sains. 

Pola pikir seseorang  tergantung bahan bacaannya. Tingkah  laku perspektif seseorang dalam memandang sebuah kehidupan akan terpengaruh dengan apa yang di input dalam otak mereka dan pastinya akan meningkatkan kemampuan komunikasi dengan kosa kata yang baik. Jika seseorang  mengonsumsi bahan bacaan yang berbobot, tidak menutup kemungkinan dia akan berfikir dengan cara pandang  seperti isi buku tersebut. 

Seperti kita mengetahui  pada seorang  penyair, dengan bukti mahirnya seorang penyair memainkan kata, dia pasti membaca beribu-ribu kata sebelum ia menulis, kemudian seseorang  yang suka dan terbiasa membaca  fiksi pastinya  cenderung lebih mampu  menulis fiksi. Seperti hal nya juga seorang penulis, dia mampu menciptakan satu bait, maka ia harus mampu membaca satu bab buku. Dan untuk penulis yang mampu membuat satu bab buku, maka dia harus membaca beribu--ribu bab untuk meningkatkan kosa kata ketika menulis. Begitu juga dengan seorang yang menekuni bacaan filsuf, mereka lebih condong menjalani kehidupannya sebagai filsuf.

Berdasarkan ilmu pengetahuan, membaca merupakan jembatan untuk mencapai sebuah muara kepahaman. Bagi para saintis, literasi sains menjadi sebuah pijakan bagi terintegrasinya ide dan teori, tanpa seseorang membaca dan mengkaji literatur dari penemuan terdahulu, maka akan sulit menunjang studi maupun tujuan yang hendak di capai. Karena tidak menutup kemungkinan seorang saintis tidak bisa berjalan sendiri dalam mengungkap ilmiah yang memang kajiannya begitu luas dan terus berevolusi tiap pergantian zamannya.

Penulis : Khurotun Khasanah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun